Jika suatu kisah disebut dalam Al-Qur’an berarti kisah itu mempunyai
arti dan nilai yang sangat besar. Ada suatu peristiwa besar yang
diabadikan Allah dalam Al-Qur’an, yaitu peristiwa penyerangan tentara
gajah ke Makkah. Peristiwa yang telah diabadikan Allah dalam surat
Al-fill ini terjadi pada abad keenam atau sekitar tahun 570M. Pada saat
itu negara Yaman dikuasai oleh seorang raja Kristen dari Habasyah
bernama Negus yang berhasil mengusir bangsa Yahudi dari negeri itu. Lalu
mengangkat Abrahah Ashram sebagai seorang gubernur di negeri Yaman.
Tidak berjauhan dari negeri Yaman, ada sebuah kota tua bersejarah,
yiaitu Makkah. Di sana terdapat sebuah Baitullah (rumah Allah), Ka’bah
namanya, rumah yang didirikan oleh nabi Ibrahim as dan dan puteranya
Ismail as beberapa abad silam. Seluruh ummat manusia dari berbagai
bangsa dan negeri datang setiap tahun berkumpul menunaikan haji ke
tempat itu. Tidak sedikit pula dari penduduk Yaman sendiri datang ke
sana berkumpul dan berhaji menurut adat dan cara mereka pada masa itu.
Dengan kumpulnya ummat manusia di Makkah yang begitu banyak setiap
tahun, maka kota Makkah menjadi ramai dan bangsa Quraisy sebagai
penguasa Baitullah (Ka’bah) semakin terhormat dan mendapat kedudukan
yang layak pula. Lalu timbul hasud dan niat busuk di hati Abrahah untuk
membelokkan ummat manusia agar jangan datang ke Makkah, tetapi hendaknya
datang ke Yaman untuk menunaikan haji itu. Ia berniat ingin memindahkan
Ka’bah ke Yaman sebagai pengganti Ka’bah di Makkah.
Niat itu segera dilaksanakannya. Lalu dia membangun sebuah gereja
besar di kota San’a, ibukota negeri Yaman yang diberi nama gereja
Al-Qulais. Gereja besar itu dibuatnya dengan bentuk yang sebaik-baiknya
dan dihiasi dengan berbagai macam ukiran antik, dan dipenuhi dengan
benda benda berharga. Setelah selesai pembangunan gereja ia mengundang
semua ummat manusia menunaikan haji ke sana. Tentu dengan cara demikian
ia bisa menarik orang-orang untuk memeluk agama Nasrani dan kehadiran
manusia yang banyak itu akan menambah kemakmuran negerinya.
Kehadiran gereja itu cukup mengundang kemarahan bangsa Arab. Mulailah
terjadi pembekotan, tidak seorangpun di antara bangsa Arab yang mau
menunaikan haji ke Yaman, sekalipun sudah dianjurkan dan diperintahkan
oleh Abrahah. Hati hati mereka sudah tertancap di Ka’bah, sekalipun
bentuk Ka’bah tidak begitu menarik, bahkan tidak diukir oleh
ukiran-ukiran antik dan tidak pula dihiasi dengan perhiasan-perhiasan
yang mewah. Ini karena janji Allah kepada nabi Ibrahim as dan putranya
Ismail as ketika meletakkan batu pertama di Ka’bah. Pada saat itu nabi
Ibrahim berdoa:
فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
“Ya, Allah, Jadikanlah hati sebagian
manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari
buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” Ibrahim 37
Dari kemarahan bangsa Arab timbul isu isu yang mana seorang laki-laki
dari suku Kinanah membuang hajat di dalam gereja. Tatkala Abrahah
mengetahui hal itu, ia marah besar dan bersumpah akan memimpin seluruh
tentaranya berangkat menuju Makkah untuk menghancurkan Ka’bah. Ia
berharap pula jika Ka’bah sudah diruntuhkan, terpaksa semua bangsa Arab
akan datang ke Yaman, ke gereja besar yang sudah disediakannya sebagai
pengganti Ka’bah. Abrahah lalu mempersiapkan tentera yang besar
jumlahnya dengan berkenderaan gajah. Pasukan ini lalu berangkat menuju
ke kota Makkah untuk meruntuhkan Ka’bah.
Mendengar berita ini, berita Abrahan akan datang dengan tenteranya
yang berkenderaan gajah untuk meruntuhkan Ka’bah, rumah suci yang mereka
hormati, mereka bersiap untuk mempertahankannya dengan segala kekuatan
yang ada pada mereka. Tetapi mustahil mereka bisa melawanya karena
tentara Abrahah sangat besar jumlahnya. Mereka sadar bahwa mereka tidak
mempunyai kekuatan apapun untuk melawannya, kemudian mereka semuanya
terpaksa pasrah dan menyerah.
Tetkala Abrahah tiba di Al-Mughamas, daerah dekat Thaif, ia mengutus
seorang laki-laki dari Habasyah yang bernama Al-Aswad bin Maqshud untuk
segera berangkat ke Makkah. setibanya di kota Makkah ia menggiring harta
penduduk bangsa Quraisy dan lainnya. Diantara harta yang dirampasnya
ada 200 ekor unta milik kakek Nabi saw, Abdul Muthalib bin Hasyim yang
pada saat itu ia sebagai pemimpin dan pembesar kaum Quraisy. Mereka
semua tidak bisa melawanya dan tidak bisa berbuat apa apa.
Sebelum memasuki kota Makkah, Abrahah memerintahkan pasukannya untuk
berhenti duhulu. Lalu ia mengutus Hunathah Al-Himyari ke Makkah untuk
membawa surat seruan terhadap penduduk Makkah. Dalam surat itu penduduk
Makkah diperintahkan tunduk dan mengalah dan membiarkan pasukannya masuk
meruntuhkan Ka’bah, dan pula keinginannya ingin bertemu dengan ketua
dan sesepuh kota Makkah.
Abdul Muthalib Bin Hasyim datang menemui utusan sebagai pemimpin
rakyat Quraisy dan orang yang bertanggungjawab terhadap Ka’bah. Utusan
itu segera berkata kepadanya: “Abrahah berpesan kepada tuan bahawa ia
bukan datang untuk memerangi bangsa Quraisy, tetapi hanya untuk
menghancurkan Ka’bah. Kalau tuan dan bangsa Quraisy tidak menghalangi
maksudnya, maka tidak akan terjadi pertumpahan darah dan Abrahah
berpesan supaya tuan datang menemuinya”. Abdul Muthalib menjawab: “Demi
Allah, kami tidak akan memerangi kamu, karena kami tidak mempunyai
kekuatan untuk berperang”. “Kalau begitu mari kita menghadap Abrahah”,
kata utusan itu mengajak Abdul Muthalib.
Utusan itu berangkat bersama sama Abdul Muthalib dan beberapa pemuka
Quraisy menuju perkemahan tentera Abrahah untuk bertemu dengan Abrahah.
Setibanya di kemah, Abrahah terharu melihat ketampanan rupa Abdul
Muthalib dan kewibawaanya. Ia lalu bangun dari singgasananya dan tidak
dipersilahkannya untuk dukuk di bawah dan ia memutuskan untuk turun ke
bawah dan duduk di sampingnya di tikar permadani. Ia memperlakukan Abdul
Muthalib sebagai tamu terhormat.
Lalu Abrahah berkata: “Katakanlah kepadaku, apa keperluan tuan?”.
Abdul Muthalib mejawab: “Keperluanku hanya agar kamu mengembalikan
kepadaku 200 unta yang kau rampas dariku”. Mendengar permintaan itu,
Abrahah menjadi heran dan berkata: “Kami datang untuk mehancurkan
Ka’bah, sekarang kenapa tuan hanya membicarakan tentang 200 ekor unta
yang kami rampas, dan tuan lupakan agama dan Ka’bah yang tuan puja?”.
Dengan tangkas Abdul Muthalib menjawab: “Saya ini hanya pemilik unta,
sedangkan Ka’bah itu ada Pemiliknya dan Dia sendiri yang akan menjaga
dan memeliharanya.”. Lalu Abrahah berkata: “Kalau begitu tuan tidak
akan menghalangi niat kami?”. Abdul Muthalib menjawab: “Itu adalah
urusan kamu dengan Pemilik Ka’bah”. Maka untuk menyenangkan hati Abdul
Muthalib, semua unta yang dirampasnya dikembalikan kepadanya.
Hari mulai malam dan gelap-gulita. Di malam itulah tentera Abrahah
akan memasuki kota Makkah untuk menghancurkan Ka’bah. Keadaan penduduk
kota Makkah mulai panik, Abdul Muthalib kembali ke Makkah dan dilihatnya
semua penduduk Makkah besar-kecil, laki-laki perempuan sibuk bersiap
siap semuanya untuk mengungsi, Mereka membawa semua barang dan ternak
mereka, ingin menghindarkan diri dari bahaya yang mungkin akan menimpah
mereka. Lalu Abdul Muthalib dan beberapa masyarakat Quraisy pergi
menuju Ka’bah. Mereka semua berdoa kepada Allah sambil memegang pintu
Ka’bah agar Dia menurunkan pertolongnanNya dan menghalangi Abrahah dan
pasukanya. Abdul Muthalib menangis sambil memegang pintu Ka’bah seraya
berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya seorang hamba hanya mampu melindungi
dirinya dan hewannya, maka lindungilah rumah-Mu. Janganlah Engkau
biarkan pasukan salib dan agama mereka mengalahkan kekuatan-Mu esok
hari”.
Setelah mereka masing-masing mencium Hajar Aswad serta berdoa agar
Allah memelihara Ka’bah dari bencana tentera Abrahah, mereka
meninggalkan Ka’bah menuju ke atas sebuah bukit, untuk menyaksikan
kejadian selanjutnya. Di pagi harinya kota Makkah sunyi senyap dari
penduduk dan tentera Abrahah mulai bergerak untuk memasuki kota Makkah.
Tetkala Abrahah mengarahkan gajahnya ke Makkah, gajahnya tidak mau
berdiri walaupun dipukuli tapi tetap tidak mau berdiri. Lalu Abrahah
mencoba mengarahkan gajahnya ke arah Yaman, gajahnya berdiri dan
berlari. Lalu diarahkan gajahnya ke Syam, gajahnya melakukan hal yang
sama dan demikian seterusnya.
Tiba-tiba Allah mengutus burung burung laut yang bernama Ababil.
Setiap seekor burung membawa 3 buah batu kecil sebesar kacang Arab atau
kacang adas, satu di paruhnya dan dua di kakinya. Batu-batu itu
dijatuhkan kepada pasukan bergajah. Subhanallah, hasilnya sangat ajaib,
bukan hanya luka parah tetapi pasukan Abrahah dan gajah-gajahnya menjadi
hancur lebur, daging dan tulang mereka coplok berceceran di atas tanah,
tidak seorang pun yang terluput dari bahaya maut, semuanya habis
binasa. Melihat kejadian yang luar biasa itu, Abrahah mulai takut, lalu
kembali melarikan diri, pulang menuju San’a. Ia terkena sebuah batu dan
tubuhnya yang tersisa tinggal sebesar anak burung. Ia mati di Sana’
karena luka yang dideritanya dalam perang ajaib itu.
Sunguh peristiwa pasukan gajah ini telah membawa bukti besar atas
kekuasaan Allah dan membawa dampak yang besar terhadap Quraisy dan
kedudukanya. Seperti juga peristiwa ini mengangkat kedudukan Abdul
Muthalib martabatnya di kalangan masyarakat Arab. Karena ia telah
melakukan sesuatu hal dengan penuh kecerdasan dan strategi yang indah
dan menyelamatkan kaumya dari bencana yang besar. Begitulah caranya
membela agama Allah bukan dengan kekerasan atau emosi yang tidak
terkendalikan
Kejadian hebat itu, menjadi tahun sejarah pertama bagi seluruh bangsa
Arab dan di tahun itu pula lahir seorang manusia suci Muhammad bin
Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim di kota Makkah. Dengan lahirnya
Rasulallah saw, Ka’bah akan tetap menjadi rumah suci dengan arti yang
sebenarnya sampai sekarang dan sampai hari kiamat nanti. Ke sanalah
ummat Islam dari berbagai negeri, dari berbagai bangsa dan warna kulit
berkumpul setiap tahun, untuk menunaikan ibadat haji seperti yang
diperintahkan Allah. Dari tahun ke tahun, dari abad ke abad, kota
kesayangan Nabi, Makkah, tidak pernah tidur dikunjungi ummat manusia
dari segala penjuru yang jumlahnya lebih banyak dari pengunjung kota
Patikan, Washington, London, ataupun Paris.
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ
رَبُّكَ بِأَصْحَابِ ٱلْفِيلِ * أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ *
وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْراً أَبَابِيلَ * تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ مِّن
سِجِّيلٍ * فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُولِ
”Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana
Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah Dia telah
menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Kakbah) itu sia-sia?
Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang
melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu
Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat). Apakah kamu
tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara
bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk
menghancurkan Kakbah) itu sia-sia?, Dan Dia mengirimkan kepada mereka
burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu
(berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti
daun-daun yang dimakan (ulat). Al-Fil: 1-5