Ka’bah Dan Nabi Adam as
Setelah penciptaan Adam as dan penurunanya dari surga ke muka bumi
yang mana kisah ini telah diabadikan dalam Al-Qur’an, pertama tama yang
dilakukan Adam sesampainya di bumi, adalah merenofasi Baitullah yang
telah dibangun oleh para malaikat. Adam adalah manusia pertama yang
melakukan shalat dan thawaf di sana. Hal ini dilakukan terus-menerus
oleh Adam as hingga ia wafat. Setelah wafatnya Adam as, yang memakmurkan
dan membangun Baitullah atau Ka’bah adalah Nabi Syits, anak laki-laki
Nabi Adam. Bangunan ketika itu terdiri dari tanah dan batu, dan bangunan
tersebut dapat bertahan sampai Nabi Nuh as. Ketika topan dan tsunami
besar melanda pada masa Nabi Nuh as, Ka’bah pun roboh dan hancur, yang
tersisa hanya fondasi dasarnya. Hal itu terjadi sampai pada generasi
ketiga dan menurut ahli sejarah, tidak dijumpai keterangan di dalam
Alquran dan hadits-hadits Shahih.
Ka’bah Dan Nabi Ibrahim as
Adapun generasi berikutnya yang merenofasi Ka’bah adalah Nabi Ibrahim
as dan putranya Ismail as. Setelah Nabi Ibrahim as meninggalkan
istrinya Hajar dan puteranya di Makkah, dia pernah berkunjung untuk
mengetahui keadaan mereka. Saat Ismail mulai dewasa, Ibrahim sering
menjenguknya dari Palestina. Suatu hari, Nabi Ismail diajak berdialog
oleh Nabi Ibrahim, “Sesungguhnya Allah telah menyuruhku untuk melakukan
sebuah pekerjaan”. Ismail kemudian menyahut dengan kalimat,
“Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan Allah”. “Apakah engkau mau
membantunya?” tanya Nabi Ibrahim. Ismail menjawab, “Aku siap untuk
membantu”. “Sesungguhnya Allah telah memerintahkan aku untuk membangun
rumah di sini”, tutur Ibrahim sambil menunjuk ke arah sebuah lemab yang
kini menjadi Masjidil Haram.
Dikisahkan oleh Imam Thabari, Nabi Ibrahim as telah dibantu malaikat
Jibril di saat merenofasi Ka’bah. Ibrahim as bertanya kepada Jibril,
“Apakah di tempat ini aku diperintahkan membangun rumah Allah itu?”.
Kemudian Jibril menjawab, “Benar di tempat itu!”. Setelah itu, fondasi
yang pernah dibangun Nabi Adam as yang merupakan petunjuk Allah lewat
malaikat-Nya kembali ditemukan Nabi Ibrahim setelah berabad-abad lamanya
tidak terpelihara, bahkan telah menjadi tandus dan tidak ada
tanda-tanda kewujudan Ka’bah. Nabi Ibrahim as dan Ismail as akhirnya
membangun sebuah rumah di atas fondasi tersebut. Tetkala dinding Ka’bah
mulai tinggi, Nabi Ibrahim as mengambil batu (yang sekarang terkenal
dengan nama Maqam Ibrahim), lalu meletakanya dan ia berdiri di atas batu
tersebut untuk memasang batu di bagian atas, dan Ismail as memberikan
batu dari bawah.
Ketika Nabi Ibrahim dan Ismail as sampai pada penyelesaian akhir dari
sudut (rukun) bangunan Baitullah, dan hanya tinggal satu sudut atau
rukun lagi belum tertutup, Nabi Ibrahim kemudian berkata: “Wahai anakku,
ambillah satu batu yang memberikan daya tarik bagi manusia”. Kemudian
Ismail memberikan sebuah batu. Ibrahim berkata “Bukan batu seperti itu
yang aku maksud”. Ismail pun mencari lagi batu-batu yang istimewa
seperti yang dipinta ayahnya. Saat Ismail sudah membawa batu temuannya,
ternyata Nabi Ibrahim as sudah menempelkan di bagian sudut atau rukun
itu sebuah batu yang datang dari surga. Ismail as bertanya kepada
ayahnya: “Wahai ayahku, siapakah gerangan memberikan batu itu
kepadamu?”. Ibrahim kemudian menjawab, “Telah datang kepadaku Malaikat
dari langit memberikan batu itu dari surga”. Batu itulah kemudian
dikenal dengan Hajar Aswad yang posisinya tepat di sudut (rukun) dekat
pintu Ka’bah. Begitu selesai, Nabi Ibrahim as berdoa:
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّآ إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
”Ya Tuhan kami, terimalah amalan kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui’ (al-baqarah: 127)
Kemudian Nabi Ibrahim as membuat pintu Ka’bah sejajar dengan tanah
dan tidak dibuatkan daun pintunya. Pintu Ka’bah baru dibuat oleh Tuba
Al-Humairi, seorang penguasa dari Yaman, dan pintunya ditinggikan dari
tanah. Selain bangunan kotak Ka’bah yang berbentuk kubus, telah dibentuk
pula batu melingkar yang tidak ada rukun-nya atau sisinya. Batu
melingkar inilah yang disebut Hijir Ismail. Ada yang meriwayatkan bahwa
Nabi Ibrahim as membangun Baitullah ini dalam usianya yang ke-100 tahun.
Wallahu a’lam.