Ka’bah merupakan tempat termulia dan pusat ibadah bagi umat manusia.
Entah pada saat zaman jahiliyah sebelum datang Islam atau setelah
datangnya Islam Ka’bah adalah Baitullah Al-Haram, rumah suci bagi
mereka. Sepanjang sejarah Islam, Ka’bah terpelihara kesuciaan dan
kehormataannya dan tetap menjadi pusat perhatian para khadim atau
pengurusnya.
Ka’bah dalam bahasa Arab artinya kubus atau segi empat diambil dari
kata ka’aba atau muka’ab. Banyak riwayat atau sirah yang mengungkapkan
tentang hal ini, seperti yang diriwatkan Al-Azraqi dari Abu Nujaih atau
Ikrimah dan Mujahid semua mereka berpendapat bahwa dinamakan Ka’bah
karena bentuknya segi empat seperti kubus. Walaupun yang sebenarnya ia
bukan bangunan empat persegi yang memiliki panjang dan lebar yang sama.
Antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad panjangnya 11,52 meter, dari Hajar
Aswad ke Rukun Iraqi 12,84 meter, dari Rukun Iraqi ke Rukun Syami atau
sisi Hijir Ismail 11,28 meter, dan dari Rukun Syami ke Rukun Yamani
13,16 meter.
Ka’bah adalah baitullah al-haram atau rumah suci yang letaknya di
poros atau di tengah masjid. Tepatnya, Ka’bah berada di pusat masjidil
Haram. Allah berfirman dalam Al-Qur’an dalam surat al-Ma’idah:97
جَعَلَ اللَّهُ الْكَعْبَةَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ قِيَاماً لِّلنَّاسِ
”Allah telah mejadikan Ka’bah rumah suci itu sebagai pusat (peribadahan) manusia”
Ka’bah adalah rumah ibadah pertama bagi manusia yang dibangun di muka bumi, hal ini ditegaskan dalam Surat Al-Imron ayat 96:
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكاً وَهُدًى لِّلْعَالَمِينَ
” Sesungguhnya rumah yang mula-mula
dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di
Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.”
Ayat ini diterangkan oleh para ulama sebagai bantahan Allah kepada
ahli kitab yang mengatakan bahwa awal mula rumah ibadah yang diciptakan
Allah adalah Baitul Maqdis di palestina. Dalam sebuah Hadits yang
diriwayatkan Imam Muslim dari Abi Dzar, Rasulullah saw menyatakan bahwa
perbedaan waktu antara dibangunnya Baitullah di Mekah dengan Baitul
Maqdis di Yerusalem adalah empat puluh tahun. Jelasnya, bahwa baitullah
di Makkah sudah lebih dulu dibangun 40 tahun sebelum Baitul Maqdis.
Ayat di atas juga menjadi hujjah atau alasan bagi para ulama yang
berpendapat bahwa pertama makhluk yang mendirikan Ka’bah adalah para
malaikat, bukan manusia. Buktinya, ayat di atas mengunggunakan kalimat ”
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah)
manusia”. Kata kata ”untuk (tempat ibadah) manusia”
kita perlu garisbawahi, ini artinya Ka’bah sudah ada sebelum manusia
diciptakan Allah atau sebelum Adam as, datok manusia, diciptakan-Nya,
Ka’bah telah dibangun Allah untuk tempat ibadah manusia. Berarti sangat
jelas bahwa yang membangun Ka’bah pertama kali bukanlah manusia,
melainkan para malaikat atas perintah Allah. Di lain tempat atau di
surat al-Baqarah:127, Allah Swt. berfirman:
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّآ إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
”Dan ingatlah ketika Nabi Ibrahim
meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail seraya
berdo’a : Ya Tuhan kami terimalah daripada kami amalan kami,
sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”
Dari ayat di atas, sepintas lalu kita memahami bahwa nabi Ibrahim as
adalah orang yang pertama membangun Ka’bah di permukaan bumi ini.
Padahal kalau kita teliti, sebelum Nabi Ibrahim menginjakkan kakinya ke
tanah Makkah, Ka’bah sudah ada dan sudah dibangun oleh malaikat. Hal itu
bisa dipahami dari kata “Dan ingatlah ketika Nabi Ibrahim meninggikan
(membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail”. Yang dimaksud
meninggikan berarti meninggikan bangunan yang sudah ada bukan membangun.
Jadi jelas bahwa generasi pertama yang membagun Ka’bah adalah para
Malaikat, sebelum Nabi Adam diciptakan tentu atas perintah Allah.
Al-kisah, langit dan bumi bergemuruh karena terjadi desas desus bahwa
Allah berkehendak menciptakan makhlukNya yang bernama Adam as, kakek
moyang manusia yang akan menjadi khalifah di muka bumi. Ketika para
malaikat mengetahui bahwa Allah akan menciptakan Adam, manusia pertama
yang diciptakan dari tanah dengan tangan Nya, dan diberikan kepadanya
segala macam kesempurnaan dari mulai ruh, jasad, darah, daging, syahwat,
kekuatan, dihiasi dengan akal, dan diberikan kepadanya ilmu yang tidak
diberikan kepada para malaikat “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama
nama seluruhnya”, para malaikat pun heran dengan kehendak Allah. Mereka
tidak iri atau hasut, akan tetapi ingin mengetahui apa hikmahnya Allah
ingin menciptakan manusia yang akan merusak dan menumpahkan darah di
muka bumi? Mereka bertanya kepada Allah “Mengapa Engkau hendak
menjadikan di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau”. Allah pun langsung berseru: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa
yang kamu tidak ketahui” – al-Baqarah: 30 ( Lihat Shafwah At-Tafasir
oleh Muhammad Ali As-Shabuni)
Karena takut akan murka Allah Swt., para malaikat tidak bertanya lagi
siapa yang layak dijadikan khalifah di bumi, manusia atau malaikat,
maka para malaikat segera mohon ampun kepada Allah. Karena Arsy Allah
cukup besar, maka dengan seizin-Nya Dia membangun Baitul Makmur di bawah
Arsy untuk tempat para malaikat memohon ampun dan mengerjakan tawaf
setiap hari. Di sana para malaikat mengerjakan tawaf silih berganti
siang dan malam. Baitul Ma’mur tidak pernah kosong dikunjungi oleh para
Malaikat sehingga tidak kurang dari 7000 malaikat yang mengelilingi
Baitul Makmur setiap harinya, bahkan menurut riwayat ada di antara
malaikat yang hanya dapat thawaf sekali saja, dan tidak dapat lagi
mengelilingi tawafnya karena sesaknya Baitul Makmur yang dibangun oleh
Allah dari Zabarjad yaitu batu permata seperti zamrut dan yang
bertahtakan Yakut berwarna merah itu (lihat kitab Akhbar Makkah oleh
Al-Azraqi).
Kemudian Allah segera memerintahkan para malaikat untuk membangun
Ka’bah di bumi yang persis bentuknya seperti Baitul Makmur di bawah
Arsy, besar dan ukurannya sama, posisinya berada tepat sejajar dengan
Baitul Makmur yang berada di ‘Arsy. Bahkan, Imam Al-Azraqi meriwatkan
bahwa jika Baitul Makmur yang berada di Arsy (tempat para malaikat
berthawah) runtuh maka akan jatuh tepat ke Baitullah yang berada di
Mekah. Atau dalam arti kasarnya andaikata dijatuhkan sebuah batu dari
Baitul Makmur ke bawah maka akan sampai batu itu tapat ke tengah-tengah
Ka’bah. Subahnallah.