Histats

Arsip Blog

Entri Populer

Hak cipta. Diberdayakan oleh Blogger.
Home » » SHALAT LAIL/MALAM

SHALAT LAIL/MALAM

Sholat Sunnah Lail ialah : Sholat-sholat Sunnah yang dikerjakan pada malam hari selain  Ba'diyah 'Isya'.
Adapun waktunya ialah : Sehabis sholat 'Isya' hingga akhir waktu 'Isya' dan masuk waktu Shubuh. Dan sholat Lail itu boleh dikerjakan sebelum maupun sesudah  tidur.
Macam-macamnya:
Termasuk di dalam  istilah  Sholat Malam,diantaranya  ialah :
A.  Sholat Sunnah Tarawih
B.  Sholat Sunnah  Tahajjud
C.  Sholat  Sunnah  Witir.
D.  Shalat Iftitah.
A.  Sholat  Tarawih
Tarawih artinya relax,  santai,  istirahat.
Ulama mengistilahkan Sholat Sunnah ini dengan Sholat Tarawih, karena melihat riwayat yang menjelaskan tentang bagaimana cara Nabi SAW melakukannya. Yaitu dengan perlahan-lahan/relax/santai serta diselingi dengan istirahat pada tiap-tiap kali salam, sebagaimana riwayat dibawah ini:
Dari 'Aisyah RA. katanya:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يُصَلّى اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِى اللَّيْلِ ثُمَّ يَتَـرَوَّحُ فَاَطَالَ حَتَّى رَحِمْتُهُ. البيهقى.
"Adalah Rasulullah SAW. sholat 4 rekaat  dimalam  hari. Kemudian beliau beristirahat/ bertarawih lama sekali, sehingga aku merasa  kasihan kepadanya."  (H.R. Baihaqi)
Waktu,  Bilangan  dan Cara Pelaksanaan
a.  Waktunya.
Setiap malam pada bulan Romadlon; boleh dikerjakan diawwal malam atau di
pertengahan maupun di akhirnya, baik sebelum tidur maupun sesudah tidur. Tegasnya, sholat tarawih adalah sholat malam di bulan Romadlon.
قَالَ اَبُوْ ذَرّ: صُمْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص . فَلَمْ يُصَلّ بِنَا حَتَّى بَقِيَ سَبْعٌ مِنَ الشَّهْرِ فَقَامَ بِنَا حَتَّى ذَهَبَ ثُلُثُ اللَّيْلِ ثُمَّ لَـمْ يَقُمْ بِنَا فِى السَّادِسَةِ وَقَامَ بِنَا فِى اْلخَامِسَةِ حَتَّى ذَهَبَ شَطْرُ اللَّيْلِ. ابو داود.
"Telah berkata Abu Dzarr, kami telah  berpuasa bersama  Rasulullah SAW. Beliau tidak sholat -- malam --  bersama kami hingga tinggal tujuh hari dari bulan itu. Lalu beliau sholat bersama  kami hingga lewat sepertiga malam, kemudian beliau tidak bersama  kami  pula pada malam yang keenam. Tetapi  beliau  sholat bersama  kami  pada malam yang ke lima pada  waktu  lewat  tengah malam." (H.S.R. Abu Dawud)
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَانِ بْنِ عَبْدِ اْلقَارِيّ اَنَّهُ قَالَ: خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ ابْنِ اْلخَطَّابِ رض لَيْلَةً فِى رَمَضَانَ اِلىَ اْلمَسْجِدِ فَاِذَا النَّاسُ اَوْزَاعٌ مُتَفَرّقُوْنَ يُصَلّى الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ وَيَصَلّى الرَّجُلُ فَيُصَلّى بِصَلاَتِهِ الرَّهْطُ. فَقَالَ عُمَرُ: اِنىّ اَرَى لَوْ جَمَعْتُ هؤُلاَءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ لَكَانَ اَمْثَلَ. ثُمَّ عَزَمَ فَجَمَعَهُمْ عَلَى اُبَيّ بْنِ كَعْبٍ. ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ لَيْلَةً  اُخْرَى وَالنَّاسُ يُصُلُّوْنَ بِصَلاَةِ قَارِئِهِمْ قَالَ عُمَرُ: نِعْمَ اْلبِدْعَةُ هذِهِ وَالَّتِى يَنَامُوْنَ عَنْهَا اَفْضَلُ مِنَ الَّتِى يَقُوْمُوْنَ يُرِيْدُ اخِرَ اللَّيْلِ. وَكَانَ النَّاسُ يَقُوْمُوْنَ اَوَّلَهُ. البخارى.
Dari Abdurrahman bin Abdul Qariyyi, bahwasanya ia berkata : "Saya pernah keluar ke masjid bersama Umar bin Khaththab RA. pada suatu malam di bulan Ramadlan, Tiba-tiba kami dapati orang-orang sama berkelompok-kelompok dan terpisah-pisah, ada yang shalat sendirian dan ada yang shalat dengan diikuti beberapa orang. Maka Umar berkata, "Saya berpendapat lebih baik mereka ini saya kumpulkan dengan diimami oleh seorang imam". Kemudian Umar ber'azam dan mengumpulkan mereka itu dengan diimami oleh Ubay bin Ka'ab. Kemudian saya keluar lagi bersama Umar pada malam yang lain, sedang orang-orang shalat dengan bermakmum kepada imam mereka. Umar berkata, "Sebaik-baik bid'ah, adalah ini". Dan shalat yang mereka kerjakan pada akhir malam adalah lebih utama dari pada yang mereka kerjakan di awal malam. Sedangkan orang-orang biasa mengerjakannya di awal malam".  [HR. Bukhari juz 2 : 252].
b. Bilangan Raka'atnya
Sholat Sunnah Tarawih ini, bilangan raka'at yang biasa dikerjakan oleh Nabi SAW adalah sebelas raka'at beserta witirnya. Dan sebanyak-banyaknya tak terbatas, berapa saja seseorang mampu melaksanakannya hingga habis waktunya sholat sunnah itu, yaitu masuk waktu Shubuh.
عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يُصَلّى مَا بَيْنَ اَنْ يَفْرَغَ مِنْ صَلاَةِ اْلعِشَاءِ اِلىَ اْلفَجْرِ اِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُسَلّمُ بَيْنَ كُلّ رَكْعَتَيْنِ وَ يُوْتِرُ بِوَاحِدَةٍ. الجماعة الا الترمذى.
Dari 'Aisyah RA, ia berkata : "Rasulullah SAW shalat antara beliau selesai dari shalat 'Isyak hingga fajar, 11 rekaat. Beliau salam antara tiap-tiap 2 rekaat dan lalu berwitir 1 rekaat". [HR. Al-Jama'ah selain Tirmidzi].
قَالَتْ عَائِشَةُ. كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يُصَلّى اَرْبَعًا فَلاَ تَسْئَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُوْلِـهِنَّ ثُمَّ يُصَلّى اَرْبَعًا فَلاَ تَسْئَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُوْلِـهِنَّ ثُمَّ يُصَلّى ثَلاَثًا. البخارى و مسـلم.
"Telah berkata 'Aisyah : adalah Rasulullah SAW. pernah sholat 4 raka'at, jangan engkau tanya bagusnya dan panjangnya, kemudian beliau sholat 4 raka'at, jangan engkau tanya bagusnya dan  panjangnya, kemudian beliau sholat witir 3 reka'at." (H.S.R. Bukhari dan Muslim)
Keterangan:
Maksud hadits tersebut, Nabi SAW. sholat 2  raka'at salam, 2 raka'at salam lalu
istirahat. Dilanjutkan lagi 2 raka'at salam, 2 raka'at salam lalu istirahat. Kemudian sholat  witir  3 reka'at.
'Aisyah  RA.  berkata :
اِنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص مَاكَانَ يَزِيْدُ فِى رَمَضَانَ وَلاَ غَيْرِهِ عَلَى اِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً. البخارى و مسـلم
"Bahwasanya Rasulullah SAW. tiada melebihkan di  bulan Romadhon dan di luar bulan Ramadlan atas sebelas raka'at". (H.R.Bukhari dan Muslim)
Keterangan :
Hadits ini bukan merupakan batas dari Nabi SAW, tetapi hanya menunjukkan  bahwa biasanya Nabi SAW sholat  sebelas  raka'at.
عَنِ ابْنِ عُمَرَرض قَالَ: قَامَ رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ صَلاَةُ اللَّيْلِ ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص. صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى. فَاِذَا خَافَ اَحَدُكُمُ الصُّبْحَ فَلْيُوْتِرْ بِوَاحِدَةٍ تُوْتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى. الجماعة.
"Ibnu 'Umar RA. berkata : Seorang lelaki berdiri, lalu bertanya kepada Rasulullah SAW. katanya: Ya Rasulullah, bagaimanakah  sholat malam itu? Rasulullah SAW. menjawab:  Sholat  malam itu  2  raka'at 2 raka'at. Maka apabila seseorang kamu khawatir akan masuk  Shubuh hendaklah berwitir dengan 1 raka'at. Yang seraka'at itu mewitirkan untuk sholat yang telah dikerjakan." (Diriwayatkan Al-Jama'ah)
c. Cara Pelaksanaan
1. Boleh dengan Jahr (suara nyaring)  maupun Sirr (suara lembut):
سُئِلَتْ عَائِشَةُ: كَيْفَ كَانَتْ قِرَاءَةُ النَّبِيّ ص بِاللَّيْلِ ؟ فَقَالَتْ: كُلُّ ذلِكَ قَدْ كَانَ يَفْعَلُ رُبَمَا اَسَرَّ وَرُبَمَاجَهَرَ. احمد وابو داود والترمذى.
"Telah ditanya 'Aisyah RA.: Bagaimana bacaan Nabi SAW. pada waktu (sholat) malam? Jawabnya : Semuanya itu dikerjakan  oleh  Rasulullah SAW. terkadang beliau membaca sirr (perlahan) dan terkadang beliau membaca jahr (nyaring)".
                                          (H.S.R. Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi)
2. Boleh dikerjakan dengan berjama'ah maupun munfarid  (sendirian)
قَالَتْ عَائِشَةُ: اِنَّ النَّبِيَّ ص صَلَّى فِى اْلمَسْجِدِ فَصَلَّى بِصَلاَتِهِ نَاسٌ. ثُمَّ صَلَّى الثَّانِيَةَ فَكَثُرَ النَّاسُ. ثُمَّ اجْتَمَعُوْا مِنَ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ اَوِ الرَّابِعَةِ فَلَمْ يَخْرُجْ اِلَيْهِمْ رَسُوْلُ اللهِ ص فَلَمَّا اَصْبَحَ قَالَ: رَأَيْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ فَلَمْ يَمْنَعْنِى مِنَ اْلخُرُوْجِ اِلَيْكُمْ اِلاَّ اَنّى خَشِيْتُ اَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ ... وَذلِكَ فِى رَمَضَانَ. البخارى و مسـلم.
"Telah berkata 'Aisyah, bahwasanya Nabi SAW. pernah sholat malam  dimasjid maka orang-orangpun turut sholat bersama beliau, dan beliau sholat pula pada malam yang kedua, maka  bertambah banyak orang mengikutinya. Kemudian malam ketiganya atau ke empatnya  mereka telah berkumpul tetapi beliau tidak datang. Keesokan harinya beliau berkata : Saya mengetahui apa yang kalian kerjakan  semalam, saya tidak berhalangan untuk  datang  kepadamu hanya saya takut jangan-jangan sholat itu kau anggap wajib  atasmu. Kata 'Aisyah, kejadian tersebut pada bulan Romadhon."  (HSR. Bukhari dan Muslim)
B. Shalat  Sunnah  Tahajjud
Sholat Sunnah Tahajjud adalah : Sholat malam yang dikerjakan di luar Romadhon.
Nama Tahajjud diambil dari firman  Allah ayat 79 surat Al Isra' :
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِه نَا فِلَةً لَّكَ. الاسراء:79
"Dan pada sebagian malam hari bersholat Tahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah  tambahan bagimu" (Al Isra' : 79)
Perlu diketahui bahwa pada hakekatnya sholat sunnah tarawih dan sholat sunnah tahajjud adalah sama-sama termasuk sholat lail/malam. Maka untuk mempermudah pembahasannya, oleh para ulama diberi  istilah yang berlainan, yaitu sholat sunnah tahajjud dan sholat sunnah tarawih. Adapun perbedaannya hanya terletak pada kapan dan bagai-mana melaksanakannya.
Perbedaan-perbedaan  tersebut ialah :
Sholat Sunnah Tahajjud
1.  Istilah untuk sholat lail yang diker-
     jakan pada malam hari diluar bu-
     lan Ramadlan
2.  Nabi tidak pernah mengerjakan de-
     ngan berjama'ah
3.  Dikerjakan sesudah lewat tengah
     malam.
Sholat Sunnah Tarawih
1. Istilah untuk sholat lail yang dilaksa-nakan pada bulan Ramadlan dan dikerjakan dengan  santai.
2. Boleh dikerjakan dengan berjama'ah  maupun munfarid (sendiri).
3.  Boleh  dikerjakan di awwal, pertenga-
     han atau di akhir malam.
Jadi selain perbedaan di atas, secara  keseluruhan  antara  kedua sholat itu adalah sama.
C. Sholat Sunnah Witir
Sholat sunnah witir ialah sholat sunnah lail yang dikerjakan dengan bilangan rakaat
yang ganjil (witir = ganjil).
عَنْ عَلِيّ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص اَوْتِرُوْا يَا اَهْلَ اْلقُرْانِ فَاِنَّ اللهَ وِتْرٌ يُحِبُّ اْلوِتْرَ. الخمسة وصححه ابن خزيمة.
"Dari 'Ali RA, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW. 'Berwitirlah kamu hai ahli Qur'an karena sesungguhnya Allah itu witir/ tunggal Ia suka kepada (sholat) witir".  (Diriwayatkan oleh Khamsah  dan disahkan oleh Ibnu Khuzaimah)
Waktunya : Pada setiap malam, baik di dalam maupun diluar Ramadlan, boleh dikerjakan di awwal, pertengahan, ataupun diakhir malam, baik sebelum maupun sesudah tidur, kesemuanya itu pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. :
عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ: مِنْ كُلّ اللَّيْلِ قَدْ اَوْتَرَ رَسُوْلُ اللهِ ص مِنْ اَوَّلِ اللَّيْلِ وَ اَوْسَطِهِ وَاخِرِهِ فَانْتَهَى وِتْرُهُ اِلىَ السَّحَرِ. الجماعة.
"'Aisyah RA. berkata: 'Dalam seluruh  malam Rasulullah SAW. telah  pernah mengerjakan witir, di permulaan malam, dipertengahannya, dan di akhirnya, hingga berkesudahan witirnya pada waktu sahur." (H.R. Al Jama'ah)
عَنْ جَابِرٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ خَافَ اَنْ لاَ يَقُوْمَ مِنْ اخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوْتِرْ اَوَّلَهُ وَمَنْ طَمِعَ اَنْ يَقُوْمَ اخِرَهُ فَلْيُوْتِرْ اخِرَ اللَّيْلِ. فَاِنَّ صَلاَةَ اخِرِ اللَّيْلِ مَشْهُوْدَةٌ وَذلِكَ اَفْضَلُ. مـسلم.
Dari Jabir RA, ia berkata : "Telah bersabda Rasulullah SAW : "Barangsiapa khawatir tidak akan bangun pada akhir malam, maka bolehlah berwitir pada awal malam. Dan barangsiapa berkeyakinan mampu bangun di akhir malam, maka hendaklah mengerjakan witir pada saat itu, karena shalat di akhir malam itu disaksikan dan yang demikian itu lebih utama. [HR. Muslim].
Catatan : Bila dilaksanakan dibulan Romadlon, maka boleh  dengan berjama'ah (sebagai bagian/penutup dari sholat tarawih), dan boleh pula dengan cara munfarid (sendirian). Sedang bila dikerjakan di luar Ramadlan menurut tuntunan adalah dikerjakan  secara sendiri dan bukan dengan berjama'ah.
Bilangan Raka'at serta Cara Pelaksanaannya
a. Satu rakaat, berdasar sabda Nabi SAW. :
صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى. فَاِذَا خَافَ اَحَدُكُمُ الصُّبْحَ فَلْيُوْتِرْ بِوَاحِدَةٍ تُوْتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى. البخارى و مسـلم.
"Sholat malam itu dua (rakaat) dua (rakaat), maka apabila  seseorang di antara kalian takut (masuk waktu) Shubuh  hendaklah  ia witir 1 rakaat. Yang serakaat itu mewitirkan sholat yang telah ia kerjakan." (H.S.R. Bukhari dan Muslim)
b.  Tiga Rakaat
Bila melaksanakan 3 rakaat, maka harus dengan satu tasyahud di rakaat yang akhir, lalu salam,  sebagaimana  riwayat di bawah ini:
قَالَتْ عَائِشَةُ رض :كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يُوْتِرُ بِثَلاَثٍ وَلاَ يَفْصِلُ بَيْنَهُنَّ. احمد والنسائى
"'Aisyah RA. berkata : Rasulullah SAW. pernah berwitir dengan 3 raka'at,  tiada  mengadakan pemisahan  antaranya (mengerjakannya dengan sekali salam)."  (H.R. Ahmad dan An-Nasai).
Dan tidak diperkenankan sholat witir yang 3 itu  dengan 2 raka'at lalu salam dan kemudian disambung dengan 1 rakaat lalu salam. Hal ini menyalahi keterangan dalam riwayat 'Aisyah di atas tentang pelaksanaan sholat itu oleh Nabi SAW. dan juga menyalahi akan arti witir itu sendiri,  karena  witir  itu artinya ganjil,  sedang  2 itu genap, jadi tidak dapat  dikatakan  witir. Dan juga kita tidak diperkenankan sholat 3 raka'at  tersebut dengan 2 tasyahud dan 1 salam. Sebab ini menyerupai Maghrib, yang demikian ini dilarang oleh Nabi SAW sebagaimana hadits di bawah  ini. Sabda Nabi SAW.:
لاَتُوْتِرُوْا بِثَلاَثٍ. اَوْتِرُوْا بِخَمْسٍ اَوْ بِسَبْعٍ وَلاَ تُشَبّهُوْا بِصَلاَةِ اْلمَغْرِبِ. الدارقطنى.
Jangan kamu shalat witir 3 rekaat,  (tetapi)  shalatlah  witir  5 atau 7, dan janganlah kamu menyerupai dengan shalat Maghrib". [HSR. Daruquthni].
Keterangan : Dalam hadits ini, Rasulullah SAW melarang kita shalat witir 3 rekaat dan memerintahkan untuk shalat dengan 5 rekaat atau  7  rekaat. Sedang hadits-hadits lain menerangkan bahwa Rasulullah SAW  sendiri mengerjakan shalat witir 3 rekaat. Maka dari kedua macam hadits tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa : "Yang dilarang  mengerjakan  shalat witir 3 rekaat itu adalah  shalat  witir yang menyerupai shalat Maghrib, sedang shalat witir 3 rekaat yang tidak serupa dengan shalat Maghrib tidak dilarang, bahkan dikerjakan oleh Rasulullah SAW sendiri".
Adapun bentuk keserupaan itu ialah : Dengan 2 tasyahud satu salam. Maka untuk tidak menyerupai shalat Maghrib hendaklah shalat witir 3 rekaat tersebut dengan 3
rekaat sekaligus dengan satu tasyahud di akhir rakaat  dan  satu salam.
c. 5 rekaat dengan satu tasyahud di rakaat yang  terakhir kemudian salam. Berdasar riwayat sebagai berikut :
قَالَتْ عَائِشَةُ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يُصَلّى مِنَ اللَّيْلِ ثَلاَثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً يُوْتِرُ مِنْ ذلِكَ بِخَمْسٍ وَلاَ يَجْلِسُ فِى شَيْءٍ مِنْهُنَّ اِلاَّ فِى اخِرِهِنَّ. البخارى و مسـلم.
"Aisyah RA berkata, "Rasulullah SAW shalat di malam hari 13 rekaat;  dari 13  itu  beliau shalat witir 5 rekaat. Beliau  tidak  duduk  pada sesuatu  rekaat dari yang 5 ini, melainkan pada  akhirnya".  [HR. Bukhari  dan Muslim].
d. 7 rekaat dengan 2 tasyahud di rekaat 6 dan 7 lalu salam. Berdasar riwayat sebagai berikut:
عَنْ عَائِشَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص لَـمَّا كَبُرَ وَضَعُفَ اَوْتَرَ بِسَبْعِ رَكَعَاتٍ لاَ يَقْعُدُ اِلاَّ فِى السَّادِسَةِ ثُمَّ يَنْهَضُ وَلاَ يُسَلّمُ فَيُصَلّى السَّابِعَةَ ثُمَّ يُسَلّمُ تَسْلِيْمَةً. ابن هزم.
"Dari Aisyah RA, bahwasanya Rasulullah SAW setelah  lanjut  usia  dan lemah badannya, beliau berwitir dengan 7 rekaat dan tidak  duduk kecuali pada rekaat yang ke 6 kemudian berdiri tanpa salam lalu menyelesaikan rekaat yang ke 7 kemudian bersalam dengan satu kali salam". [HR. Ibnu Hazm].
e. 9 rekaat dengan 2 tasyahud di rekaat yang  ke 8 dan ke 9 setelah itu salam. Berdasar  riwayat  sebagai berikut :
قَالَ سَعِيْدُ بْنُ هِشَامٍ لِعَائِشَةَ. اَنْبِئِيْنِى عَنْ وِتْرِ رَسُوْلِ اللهِ ص فَقَالَتْ: كُنَّا نُعِدُّ لَهُ سِوَاكَهُ وَطَهُوْرَهُ فَيَبْعَثُهُ اللهُ مَتَى شَاءَ لَنْ اَبْعَثَهُ مِنَ اللَّيْلِ فَيَتَسَوَّكُ وَيَتَوَضَّأُ وَيُصَلّى تِسْعَ رَكَعَاتٍ لاَ يَجْلِسُ فِيْهَا اِلاَّ فِى الثَّامِنَةِ فَيَذْكُرُ اللهَ وَيَحْمَدُهُ وَيَدْعُوْهُ ثُمَّ يَنْهَضُ وَلاَ يُسَلّمُ ثُمَّ يَقُوْمُ فَيُصَلّىالتَّاسِعَةَ ثُمَّ يَقْعُدُ فَيَذْكُرُ اللهَ وَيَحْمَدُهُ وَيَدْعُوْهُ ثُمَّ يُسَلّمُ تَسْلِيْمًا. يُسْمِعُنَا ثُمَّ يُصَلّى رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ مَا يُسَلّمُ وَهُوَ قَاعِدٌ فَتِلْكَ اِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يَا بُنَيَّ. اجمد ومسلم.
Said bin Hisyam telah bertanya kepada 'Aisyah RA :  "Hendaklah  engkau beritahukan kepadaku tentang shalat  witir Rasulullah SAW". Jawab 'Aisyah : "Kami biasa menyediakan  penggosok gigi dan air wudlu bagi Rasulullah SAW, lalu beliau bangun  malam pada waktu yang dikehendaki oleh Allah, bukan sebab saya bangunkan.  Kemudian beliau menggosok gigi dan berwudlu lalu  shalat (witir)  sembilan rekaat dan beliau tidak duduk  (attahiyat)  melainkan pada rekaat yang ke delapan, lalu beliau menyebut, memuji dan  berdoa  kepada Allah. Kemudian beliau  bangun  dengan  tidak mengucap salam dan berdiri shalat (rekaat) yang ke sembilan, kemudian  beliau duduk (attahiyat) menyebut, memuji dan berdoa  kepada Allah; kemudian beliau mengucap salam sehingga  terdengar oleh kami. Setelah itu  beliau shalat 2 rekaat  dengan  duduk.  Yang demikian itu jadi 11 rekaat hai anakku".    [HSR. Ahmad dan Muslim].
Dan  kita  dilarang mengerjakan 2 shalat witir pada  satu  malam
عَنْ طَلْقِ بْنِ عَلِيّ رض قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ص يَقُوْلُ: لاَ وِتْرَانِ فِى لَيْلَةٍ. احمد والنسائى والترمذى وصححه ابن حبان.
Dari Thalq bin Ali, ia berkata : "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : "Tidak ada dua witir pada satu malam"  [HR.  Ahmad, Nasai, Tirmidzi dan dishahkan oleh Ibnu Hibban].
D. Shalat Iftitah.
Shalat Iftitah adalah shalat sunnah dua rekaat yang ringan untuk mengawali shalat lail.
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِذَا قَامَ اَحَدُكُمْ مِنَ اللَّيْلِ فَلْيَفْتَحْ صَلاَتَهُ بِرَكْعَتَيْنِ خَفِيْفَتَيْنِ. احمد و مـسلم.
Abu Hurairah RA berkata, "Rasulullah SAW bersabda, "Apabila seseorang dari kamu bangun pada malam hari, maka hendaklah ia membuka shalatnya dengan rua rekaat yang ringan. [HR. Ahmad dan Muslim].
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ اِفْتَتَحَ صَلاَتَهُ بِرَكْعَتَيْنِ خَفِيْفَتَيْنِ. احمد و مـسلم.
Dari 'Aisyah RA, ia berkata, "Adalah Rasulullah SAW apabila bangun di malam hari beliau membuka shalat malamnya dengan dua rekaat yang ringan". [HR. Ahmad dan Muslim].