Larangan menangisi mayyit secara
berlebihan (meratap), memukul pipi, mencakar-cakar wajah dan merobek-robek
pakaian.
عَنْ
عُمَرَ بْنِ
اْلخَطَّابِ
رض قَالَ:
قَالَ
النَّبِيُّ ص
اَلـْمَيِّتُ
يُعَذَّبُ
فِى
قَبْرِهِِ
بِمَا
نِـيْحَ
عَلَـيْهِ.البخارى
و مسلم و ابن
ماجه و
النسائى وَ
قَالَ
بِالنِّيَاحَةِ
عَلَـيْهِ
عَنِ
اْلمُغِيْرَةِِ
بْنِ
شُعْبَةَ رض
قَالَ:
سَمِعْتُ
رَسُوْلَ
اللهِ ص
يَقُوْلُ: اِنَّهُ
مَنْ نـِيْحَ
عَلَـيْهِ
يُعَذَّبُ بِمَا
نِـيْحَ عَلَـيْهِ.
البخارى و
مسلم
Dari Mughirah bin Syu'bah RA, ia
berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya orang
yang diratapi atasnya, maka ia disiksa dengan sebab diratapi atasnya".
[HR. Bukhari dan Muslim]
عَنِ
النُّعْمَانِ
بْنِ
بَـشِيْرٍ رض
قَالَ:
اُغْمِيَ
عَلَى عَبْدِ
اللهِ بْنِ رَوَاحَةَ
فَجَعَلَتْ
اُخْتُهُ
عَمْرَةُ تَـبْكِى،
وَاجَبَلاَهْ،
وَا كَذَا،
وَا كَذَا،
تُعَدِّدُ
عَلَـيْهِ،
فَقَالَ حِيْنَ
اَفَاقَ: مَا
قُـلْتِ
شَيْئًا
اِلاَّ قِـيْلَ
لِى: اَنــْتَ
كَذلِكَ.
فَـلَمَّا
مَاتَ لَمْ
تَـبْكِ
عَلَـيْهِ.
البخارى
Dari Nu'man bin Basyir RA, ia
berkata : Ketika Abdullah bin Rawahah pingsan, 'Amrah (yaitu) saudara
perempuannya menangis (sambil berteriak) dengan menyebut-nyebutnya : "Oh,
pelindungku, oh-ini, oh-itu", ia menyebut-nyebut berbagai kebaikannya.
Kemudian ketika (Abdullah bin Rawahah) siuman, ia berkata : "Tidaklah
engkau mengatakan sesuatu, kecuali dikatakan kepadaku. Apakah kamu seperti yang
dikatakan itu ?!" Maka setelah (Abdullah bin Rawahah) meninggal, 'Amrah tidak menangisinya.
[HR. Bukhari]
عَنْ
اَبِى
مُوْسَى رض
عَنِ
النَّبِيِّ ص
قَالَ: اِنَّ
اْلمَيِّتَ
لَـيُعَذَّبُ
بِـبُكَاءِ
اْلحَيِّ
اِذَا
قَالَتْ وَ
اعَضُدَاهُ،
وَا
مَانِعَاهُ،
وَا
نــَاصِرَاهُ،
وَا
كَاسِبَاهُ
جُبِذَ
اْلمَيَّتُ
فَـقِيْلَ:
اَنــَاصِرُهَا
اَنــْتَ؟
اَكَاسِبُهَا
اَنــْتَ؟.
الحاكم و قال:
صحيح الاسناد
Dari Abu Musa RA, dari Nabi SAW,
beliau bersabda : "Sesungguhnya mayyit itu disiksa dengan sebab tangisnya
orang yang hidup, apabila ia menyebut-nyebutnya : "Oh, penanggungjawabku,
Oh, penjagaku, Oh penolongku, Oh tumpuan harapanku", maka mayyit itu
ditarik dan ditanya dengan pertanyaan-pertanyaan "Apakah kamu penolongnya
? Apakah kamu tumpuan harapannya ?" [HR. Al-Hakim,
dan ia berkata : "Sahih sanadnya"]
عَنْ
اَبِى
مُوْسَى رض
اَنَّ
رَسُوْلَ
اللهِ ص
قَالَ: مَا
مِنْ مَمِّتٍ
يَمُوْتُ
فَـيَقُوْمُ
بَاكِـيْهِمْ
فَيَقُوْلُ:
وَا
جَبَلاَهُ،
وَا
سَيِّدَاهُ اَوْ
نَحْوَ ذلِكَ
اِلاَّ
وُكِّلَ بِهِ
مَلَكَانِ
يُلْـهِزَانِهِ
هكَذَا
كُـنْتَ. ابن
ماجه و
الترمذى و
اللفظ له و
قال: حديث حسن
غريب
Dari Abu Musa RA, ia berkata :
Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah bersabda : "Tidaklah seorang mayyit
yang meninggal, lalu ada orang yang menangisi diantara mereka dengan
menyebut-nyebutnya : "Oh-pelindungku, Oh-penanggungjawabku" atau
seperti itu, kecuali dengannya ada dua malaikat yang diserahi untuk memukul
dada (mayyit itu) dengan bertanya : "Apakah seperti itu keadaanmu ?".
[HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi, dan ia berkata : "Ini hadits Hasan
Gharib"]
عَنْ
اَبِى
هُرَيـْرَةَ
قَالَ: قَالَ
رَسُوْلُ
اللهِ ص:
اِثْـنَتَانِ
فِى النَّاسِ
هُمَابِـهِمْ
كُـفْرٌ: اَلطَّعْنُ
فِى
الـنَّسَبِ،وَ
النِّيَاحَةُ
عَلَى
اْلمَيِّتِ.
مسلم
Dari Abu Hurairah RA, ia berakta :
Rasulullah SAW bersabda : "Ada dua perkara yangmana dua perkara itu
merupakan kekufuran padanya, yaitu : 1. Mencaci nasab (keturunan) dan, 2.
Niyahah (meratapi) atas mayyit". [HR. Muslim]
عَنْ
اَنــَسِ
بْنِ مَالِكٍ
رض اَنَّ
عُمَرَ رض
لَمَّا
طُعِنَ
عَوَّلـَتْ
عَلَـيْهِ حَفْصَةُ
فَـقَالَ
لَهَاعُمَرُ:
يَـا حَفْصَةُ
اَمَا
سَمِعْتِ
رَسُوْلَ
اللهِ ص يَـقُوْلُ:
اِنَّ
اْلمُعْوَلَ
عَلَـيْهِ
يُـعَذَّبُ؟
قَالَتْ:
بَـلَى. ابن
حبان فى صحيحه
Dari Anas bin Malik RA, sesungguhnya
'Umar RA ketika dia ditikam orang, Hafshah menangisinya. Maka 'Umar berkata
kepadanya : "Hai Hafshah, apakah kamu tidak mendengar Rasulullah SAW
pernah bersabda : "Sesungguhnya (mayyit) yang ditangisi itu tersiksa
?" Hafshah menjawab : "Ya, saya sudah mendengarnya".
[HR. Ibnu Hibban di dalam shahihnya]
عَنْ
اَبِى
سَعِيْدٍ
اْلخُدْرِيِّ
رض قَالَ:
لَعَنَ
رَسُوْلُ
اللهِ ص:
اَلنـَّائِحَةَ
وَ
اْلمُسْتَمِعَةَ.
ابو داود
Dari Abu Sa'id
Al-Khudriy RA, ia berkata : "Rasulullah SAW melaknat orang perempuan yang
meratapi mayyit dan orang perempuan yang sengaja duduk untuk mendengarkan orang
yang meratap tersebut". [HR. Abu Dawud]
Keterangan :
Tentang Orang yang mati (mayyit)
disiksa karena tangisan/ratapan yang hidup, ini maksudnya : Si mayyit sedih
dan susah mengetahui orang-orang yang menangisi atau meratapinya karena mereka
melanggar larangan agama.
عَنْ
اَنــَسٍ
قَالَ: لَمَّا
ثَـقُلَ
رَسُوْلُ
اللهِ ص
جَعَلَ
يَـتَغَشَّاهُ
اْلكَرْبُ
فَقَالَتْ
فَاطِمَةُ: وَ
اَقْرَبَ
اَبـْتَاهُ
فَقَالَ:
لَـيْسَ
عَلَى اَبِـيْكَ
كَرْبٌ
بَعْدَ
اْليَوْمِ.
فَـلَمَّا مَاتَ
قَالَتْ: يَـا
اَبـْتَاهُ
اَجَابَ رَبـًّا
دُعَاهُ،
يَـا
اَبـْتَاهُ
جَنَّةُ اْلـفِرْدَوْسِ
مَأْوَاهُ
يَـا
اَبـْتَاهُ اِلَى
جـِبْرِيـْلَ
نَـنْعَاهُ.
فَـلَمَّا
دُفِنَ
قَالَتْ
فَاطِمَةُ:
اَطَابَتْ
اَنــْفُسُكُمْ
اَنْ
تَحْثُوْا
عَلَى
رَسُوْلِ
اللهِ ص التُّـرَابَ.
البخارى
Dari Anas, ia berkata : Ketika
Rasulullah SAW bertambah berat sakitnya sehingga diliputi oleh kesukaran
(keluarnya ruh), lalu Fathimah berkata : "Alangkah sukarnya ayahku".
Lalu (Nabi SAW) bersabda : "Tidak ada kesukaran bagi ayahmu sesudah hari
ini !". Maka ketika beliau wafat Fathimah berkata : "Oh ayahku, ia
telah memenuhi panggilan Tuhannya. Oh ayahku surga Firdaus tempat kembalinya.
Oh ayahku, kepada Jibril kuberitahukan". Lalu ketika beliau dimakamkan,
Fathimah berkata : "Sampai hatikah kalian menaburkan tanah atas jenazah
Rasulullah ?". [HR. Bukhari]
عَنْ
اَنــَسٍ
اَنَّ اَبَا
بَكْرٍ
دَخَلَ عَلَى
النَّبِيِّ ص
بَعْدَ
وَفَاتُهُ
فَوَضَعَ
فَمَهُ
بَيْنَ
عَيْنَيْهِ
وَ وَضَعَ
يَدَيـْهِ
عَلَى
صُدْغَيْهِ وَ
قَالَ: وَا
نَـبِيَّاهُ
وَا
خَلـِيْلاَهُ
وَا
صَفِـيَّاهُ.
احمد
Dari Anas,
sesungguhnya Abu Bakar masuk ke (kamar) Nabi SAW sesudah wafatnya, lalu ia letakkan
mulutnya diantara kedua mata beliau, dan meletakkan kedua tangannya atas dua
pelipisnya sambil berkata : "Oh Nabi, Oh kekasih, Oh orang pilihan".
[HR. Ahmad]
Keterangan :
Apa yang dilakukan Fathimah dan Abu
Bakar tersebut tidak termasuk meratap, atau menyebut-nyebut yang dilarang
agama, karena tidak dilakukan dengan cara Jahiliyah.
عَنْ
اَبِى
هُرَيـْرَةَ
رض قَالَ:
قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ ص
ثَـلاَثـَةٌ
مِنَ
اْلكُـفْرِ
بِاللهِ:
شَقُّ
اْلجَيْبِ،
وَ
النـِّيَاحَةُ،
وَ الطَّعْنُ
فِى
الـنَّسَبِ.
ابن حبان فى صحيحه
و الحاكم و
قال: صحيح
الاسناد
Dari Abu Hurarirah RA, ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda : "Ada tiga perkara termasuk kufur kepada Allah :
1. Merobek-robek pakaian, 2. Niyahah (meratap) dan, 3. Mencaci nasab".
[HR. Ibnu Hibban di dalam shahihnya dan Al-Hakim, ia berkata : "Shahih
sanadnya"].
عَنْ
اَبِى
اُمَامَةَ رض
اَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ
ص لَعَنَ
اْلخَامِسَةَ
وَجْهَهَا،
وَ الشَّاقَّةَ
جَيْبَهَا،
وَ
الدَّاعِيَةَ
بِاْلـوَيـْلِ
وَ
الـثُّـبُوْرِ.
ابن ماجه و ابن
حبان فى صحيحه
Dari Abu Umamah RA, ia berkata :
"Sesungguhnya Rasulullah SAW melaknat wanita yang mencakar-cakar wajahnya,
wanita yang merobek-robek bajunya dan wanita yang berdoa (meminta) supaya
ditimpa kecelakaan dan kebinasaan". [HR. Ibnu Majah
dan Ibnu Hibban di dalam shahihnya]
عَنِ
ابـْنِ
مَسْعُوْدٍ
رض قَالَ:
قَالَ
رَسُوْلُ
اللهِ ص:
لَـيْسَ
مِنَّا مَنْ
ضَرَبَ
اْلخُدُوْدَ،
وَ شَقَّ
اْلجُيُوْبَ،
وَ دَعَا
بِدَعْوَى
اْلجَاهِلـِيَّةِ.
البخارى و
مسلم و
الترمذى و النسائى
و ابن ماجه
Dari Ibnu Mas'ud RA, ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda : "Bukanlah dari golongan kita orang yang memukul
pipi, yang merobek-robek baju dan yang menyeru dengan seruan jahiliyah".
[HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah]
عَنْ
اَسِيْدِ
بْنِ اَبِى
اَسِيْدٍ
التــَّابِعِيِّ
عَنِ
امْرَأَةٍ
مِنَ
اْلمُبَايِعَاتِ
قَالَتْ:
كَانَ
فِـيْمَا
اَخَذَ
عَلَـيْنَارَسُوْلُ
اللهِ ص فِى
اْلمَعْرُوْفِ
الَّذِى اَخَذَ
عَلَـيْنَا
اَنْ لاَ
نَخـْمِشَ
وَجْهًا، وَ
لاَ نَدْعُوَ
وَيـْلاً، وَ
لاَ نَـشُقَّ
جَيْبًا، وَ
لاَ
نَـنْشُرَ
شَعْرًا. ابو
داود
Dari Asid bin Abi
Asid seorang tabi'in dari seorang wanita yang ikut bai'at kepada Rasulullah
SAW, ia berkata : "Adalah diantara apa-apa yang Rasulullah ambil dari
bai'at kami di dalam kebaikan yang beliau menyuruh kami supaya dipegang teguh
ialah supaya kami tidak mencakar-cakar muka, tidak berdoa dengan kebinasaan,
tidak merobek-robek baju dan tidak mengurai rambut".
[HR. Abu Dawud]
9. Menyiarkan Khabar Kematian
عَنِ
ابْنِ
مَسْعُوْدٍ
عَنِ
النَّبِيِّ ص
قَالَ:
اِيـَّاكُمْ
وَ النَّعْيَ
فَاِنَّ النَّعْيَ
عَمَلُ
اْلجَاهِلـِيَّةِ.
الترمذى كذلك
و رواه موقوفا،
وذكر انه اصح
Dari Ibnu Mas'ud dari Nabi SAW
beliau bersabda : "Takutlah kamu akan menyiar-nyiarkan kabar kematian,
karena menyiar-nyiarkan kabar kematian itu perbuatan orang Jahiliyah".
[Begitulah dikatakan Tirmidzi, dan ia meriwayatkannya dengan Mauquf sedang ia
menyebutnya : sebagai hadist (dalam bab ini) yang paling shah].
عَنْ
حُذَيـْفَةَ
اَنــَّهُ
قَالَ: اِذَا
مِتُّ فَلاَ
تُـؤْذِنُوْانـِى
اَحَدًا. اِنِّى
اَخَافُ اَنْ
يَكُوْنَ
نَعْيًا.
اِنِّى
سَمِعْتُ
رَسُوْلَ
اللهِ ص
يَنْهَى عَنِ
النَّعْيِ.
احمد و ابن
ماجه و
الترمذى و صححه
Dari Hudzaifah bahwa ia pernah
berkata : "Apabila aku telah meninggal, maka janganlah ada seorangpun yang
mengumumkan kematianku, karena aku khawatir itu merupakan menyiarkan kabar
kematian, sebab aku pernah mendengar Rasulullah SAW melarang menyiarkan berita
kematian". [HR. Ahmad, Ibnu Majah dan
Tirmidzi dan Tirmidzi mengesahkannya]
عَنْ
اِبْرَاهِيْمَ
اَنـــَّهُ
قَالَ: لاَ بَـأْسَ
اِذَا مَاتَ
الرَّجُلُ
اَنْ يُؤْذَنَ
صَدِيـْقُهُ
وَ
اَصْحَابُهُ،
اِنَّمَا كَانَ
يُكْرَهُ
اَنْ يُطَافَ
فِى
اْلمَجَالـِسِ،
فَيُقَالُ:
اَنــْعِى
فُلاَنـًا،
فِعْلَ
اَهْلِ
اْلجَاهِلـِيَّةِ.
سعيد فى سننه
Dari Ibrahim bahwa ia berkata :
"Tidak mengapa apabila ada seorang meninggal lalu ia memberi kabar kepada
teman dan shahabat-shahabatnya, hanyasanya yang tidak disukai adalah yang
diberitakan secara berkeliling di majlis-majlis lalu diumumkan : "Aku
umumkan bahwa fulan telah meninggal". Demikian itu adalah perbuatan
orang-orang Jahiliyah". [HR. Sa'id di dalam Sunannya]
عَنْ
اَنــَسٍ
قَالَ: قَالَ
رَسُوْلُ
اللهِ ص
اَخَذَ
الرَّايَةَ
زَيـْدٌ
فَـأُصِيْبَ،
ثُمَّ
اَخَذَهَا
جَعْفَرٌ
فَـاُصِيْبَ،
ثُمَّ
اَخَذَهَا
عَبْدُ اللهِ
بْنُ رَوَاحَةَ،
فَاُصِيْبَ.
وَ اِنَّ
عَيْنَيْ
رَسُوْلِ
اللهِ ص
لَـتَذْرَفَانِ.
ثُمَّ
اَخَذَهَا
خَالـِدُ
بْنُ
اْلوَلــِيْدِ
مِنْ غَيْرِ
اِمْرَةٍِ،
فَـفُـتِحَ
لَهُ. احمد و
البخارى
Dari Anas ia
berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Zaid telah membawa bendera lalu
terbunuh kemudian diambil oleh Ja'far lalu ia pun terbunuh, kemudian diambil
oleh Abdullah bin Rawahah lalu ia juga terbunuh. (Anas berkata) : "Sedang
kedua mata Rasulullah SAW bercucuran". Lalu diambil oleh Khalid bin Walid
tanpa diperintah, lalu ia diberi kemenangan".
[HR. Ahmad dan Bukhari]
Keterangan :
A. Mengkhabarkan
kematian yang dilarang oleh Nabi SAW adalah sebagaimana yang biasa dilakukan
oleh kaum jahiliyah, yaitu : Apabila ada seorang yang terpandang di masyarakat
meninggal dunia, mereka menyiarkan berita kematian itu ke seluruh penjuru kota
dengan berteriak-teriak sambil menyebut-nyebut kebaikan yang mati, dan
kecelakaan bangsa Arab karena ditinggal olehnya.
B. Adapun kalau
tidak sebagaimana cara Jahiliyah tersebut tidaklah mengapa, lagi pula karena
merawat dan mengurus orang yang mati itu adalah kewajiban bagi qaum Muslimin,
maka bagaimana mungkin kewajiban itu dapat terlaksana dengan baik tanpa
menyiarkan berita kematiannya ?
Jadi yang dilarang oleh Nabi SAW itu
adalah menyiarkan khabar kematian dengan cara Jahiliyah seperti keterangan A.
Sedangkan untuk keterangan B, perhatikan riwayat di bawah ini :
عَنْ
اَنــَسٍ رض
اَنَّ
النَّبِيَّ ص
نَعَى زَيـْدًا
وَ جَعْفَرًا
وَ ابْنَ
رَوَاحَةَ قَـبْلَ
يَأْتـِيَهُمْ
خَبَرُهُمْ.
احمد و البخارى
Dari Anas RA meriwayatkan, bahwa Rasulullah
mengkhabarkan meninggalnya Zaid, Ja'far dan Ibnu Rawahah sebelum berita
kematian itu sampai kepada mereka. [HR. Ahmad dan
Bukhari]
عَنْ
اَبِى
هُرَيـْرَةَ
رض اَنَّ
النَّبَيَّ ص
نَعَى
النَّجَاشِيَّ فِى
اْلــيَوْمِ
الَّذِىْ
مَاتَ فِيْهِ.
الجماعة
Abu Hurairah RA
bahwa Nabi SAW menyiarkan berita wafatnya Raja Najasyi pada hari kematiannya
itu. [HR. Jama'ah]
Dan juga riwayat :
Dari Abi Hurairah
tentang kisah perempuan yang biasa menyapu masjid, lalu Nabi SAW bertanya dari
hal (perempuan) itu; mereka menjawab : "Ia telah mati". Maka sabdanya
: "Mengapa tidak kamu beritahukan kepadaku ?" Seolah-olah mereka
pandang kecil urusannya. Maka beliau bersabda : "Tunjukkanlah kepadaku
quburnya". Lalu mereka tunjukkan kepadanya, kemudian beliau
menshalatkannya. [Muttafaq 'alaih]