KATA
PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin
segala puji kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya
kepada penulis, sehingga atas ridho-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah ini.
Tugas
makalah ini diselesaikan untuk memenuhi tugas yang diberikan dan sebagai sarana
menambah wawasan.
Walaupun
telah berusaha semaksimalkan mungkin penulis menyadari penuh bahwa tugas
makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat diharapkan penulis sebagai pengetahuan dan
perbaikan di masa yang akan datang.
Mudah-mudahan
makalah yang penulis buat ini bisa bermanfaat baik bagi pembaca maupun bagi
penulisnya.
DAFTAR
ISI
VIII. AKHLAK MUSLIM TERHADAP ORANG TUA
dan GURU
Pendahuluan
Definisi Akhlak
A. Akhlak
terhadap orang tua
1.1 Syarat Menjadi Anak Berbakti
B. Akhlak Terhadap Guru
2.1 Adab-Adab
Menghormati Guru :
C. Realita Anak Zaman Sekarang
D. Durhaka Kepada Orang Tua dan Guru
4.1 Definisi Durhaka
4.2 Di antara Bentuk Durhaka pada Orang Tua
DAFTAR PUSTAKA
Pendahuluan
Seberapa
hormatkah kita sebagai anak kepada orang tua kita?guru kita?mungkin kata
tersebut bukanlah kata yang mesti ditanyakan,karena rasa hormat kepada orang
tua dan guru itu merupakan sebuah kewajiban bagi seorang anak.
Beginilah
cara al-Qur’an dan hadits-hadits menjelaskan mengenai kewajiban anak terhadap
orang tua. Mereka harus menghormati, mentaati , berbuat baik dan tidak berkata
buruk atau sesuatu yang menyakitkan kedua orang tua. “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
“ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan
yang mulia” QS. Al-Isra’, 17: 23. Karena kedua orang tua, terutama ibu,
telah mengawali melakukan kewajiban dengan kasih sayang yang dilimpahkan. Sejak
anak masih berupa bayi, bahkan masih dalam kandungan. Hamil dengan penuh beban
kesusahan, melahirkan, menyusui, merawat, mendidik dan menafkahi dan saat
melahirkan ibu melakukan taruhan nyawa dan darah. Semua itu merupakan bentuk
kasih sayang yang telah dilakukan kedua orang tua (Lihat: QS. Luqman, 31: 14
dan QS al-Ahqaf, 46: 15). Jadi, tinggal anak yang berkewajiban untuk
menghormati dan memuliakan kedua orang tuanya.
Namun
nyatanya pada zaman yang modern seperti sekarang ini istilah hormat kepada
orang tua itu mulai berkurang.Anak zaman sekarang saat ini banyak sekali anak
yang tidak berbakti kepada orang tuanya dan mulai berlaku tidak sopan kepada
orang tuanya,kebanyakan anak mempunyai pendengaran yang tidak peka pada
perkataan orang tua sehingga mempunyai
istilah masuk telinga kanan keluar telinga kiri.Tidak sedikit anak yang
membangkang peintahnya dan menyakiti hati orang.Sungguh perbuatan yang sangat
tercela yang menyakiti orang tua dan termasuk kedalam golongan anak yang
durhaka.
Perlu
diketahui orang tua merawat dan mengasuh anak-anakmya hampir sepanjang hidup
mereka, hingga pada sampai saat orang tua menjadi tua dan lemah sehingga
membutuhkan perawatan dan pememeliharaan untuk dirinya. Dan anak-anaknyalah
yang wajib melakukannya sebagai bentuk ketaatan kepada perintah-Nya dan hanya
mengharapkan pahala-Nya.
VIII.
AKHLAK MUSLIM TERHADAP ORANG TUA dan GURU
Definisi
Akhlak
Akhlak adalah suatu sikap yang
melekat dalam jiwa seseorang yang melahirkan perbuatan-perbuatan berdasarkan
kemauan dan pilihan,baik dan buruk, terpuji dan tercela. Akhlak tersebut
melekat menjadi tabiat jiwa karena pengaruh pendidikan baik dan buruk. Seorang
mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling sempurna akhlaknya dan
akhlak merupakan amalan yang paling utama serta merupakan amalan yang paling
banyak memasukkan ke surga1.
Akhlak
berasal dari bahasa arab yaitu alkhulq, al-khuluq yang mempunyai arti watak,
tabiat. Secara istilah akhlak menurut Ibnu Maskawi adalah sesuatu keadaan bagi
jiwa yang mendorong ia melakukan tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa
melalui pikiran dan pertimbangan. Keadaan ini terbagi dua, ada yang berasal
dari tabiat aslinya, ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang
berulang-ulang. Boleh jadi, pada mulanya tindakan itu melalui pikiran dan
pertimbangan, kemudian dilakukan terus menerus, maka jadilah suatu bakat dan
akhlak.
A.
Akhlak terhadap orang tua
Orang tua adalah penyebab perwujudan
kita. Kalaulah mereka itu tidak ada, kitapun tidak akan pernah ada. Kita tahu
bahwa perwujudan itu disertai dengan kebaikan dan kenikmatan yang tak terhingga
banyaknya, plus berbagi rizki yang kita peroleh dan kedudukan yang kita raih.
Orang tua sering kali mengerahkan segenap jerih paya mereka untuk menghindarkan
bahaya dari diri kita. Mereka bersedia kurang tidur agar kita bisa
beristirahat. Mereka memberikan kesenangan-kesenangan kepada kita yang tidak
bisa kita raih sendiri. Mereka memikul berbagai penderitaan dan mesti berkorban
dalam bentuk yang sulit kita bayangkan.
1.
Abu Fatiyah Al-Adnani, 2002, AGENDA
MUKMIN Panduan Membina Pribadi Mukmin Ideal,Qisty
Saufa Abadi, halaman 70
Dengan
demikian, menghardik kedua orang tua dan berbuat buruk kepada mereka tidak
mungkin terjadi kecuali dari jiwa yang bengis dan kotor, berkurang dosa, dan
tidak bisa diharap menjadi baik. Sebab, seandainya seseorang tahu bahwa
kebaikan dan petunjuk allah mempunyai peranan yang sangat besar, tentunya siapa
tahu pula bagaimana harus berbuat baik kepada orang yang semestinya
diperlakukan dengan baik., bersikap mulia terhadap orang yang telah membimbing,
berterima kasih kepada orang yang telah memberikan kenikmatan sebelum dia
sendiri bisa mendapatkannya, dan yang telah melimpahinya dengan berbagai
kebaikan yang tak mungkin bisa di balas. Orang tua adalah orang\orang yang
bersedia berkorban demi anaknya, tanpa memperdulikan apa balasan yang akan
diterimanya1.
Kewajiban anak adalah penghormatan
(dan tentu ketaatan) dan haknya adalah memperoleh kasih- sayang. Idealnya,
prinsip ini tidak bisa dipisahkan. Artinya, seorang diwajibkan menghormati jika
memperoleh kasih-sayang. Dan orang tua diwajibkan menyayangi jika memperoleh
penghormatan. Ini timbal balik, yang jika harus menunggu yang lain akan seperti
telur dan ayam. Tidak ada satupun yang memulai untuk memenuhi hak yang lain.
Padahal biasanya, seseorang memperoleh hak jika telah melaksanakan kewajiban.
Karena itu, yang harus didahulukan adalah kewajiban. Tanpa memikirkan hak yang
mesti diperoleh. Orang tua seharusnya menyayangi, dengan segala perilaku,
pemberian dan perintah kepada anaknya, selamanya. Begitu juga anak, harus
menghormati dan memuliakan orang tuanya, selamanya. Sebagai wujud bakti kita
terhadap orang tua, kita harus mengetahui mana akhlak yang harus kita lakukan
dan kebiasaan buruk yang harus kita jauhi agar tidak menyakiti hati orang tua2.
1. Joesafira,
2005, http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/04/akhlak-anak-terhadap-orang-tua-dan.html
2. Faqihuddin
Abdul Kodir,2007,
http://fahmina.or.id/artikel-a-berita/artikel/17-berbakti-pada-orang-tua- antara-hak-dan-kewajiban.html
Allah
mewasiatkan agar berterima kasih kepada kedua orang tua disamping bersyukur
kepadaNya. Allah juga memerintahkan agar sang anak memperlakukan kedua orang
tua dengan cara yang baik walaupun mereka memaksanya berbuat kufur terhadap
Allah. Berdasarakan ini anda tahu, bahwa yang disyariatkan bagi anda adalah
tetap memperlakukan ayah anda dengan baik, tetap berbuat baik kepadanya
walaupun ia bersikap buruk terhadap anda. Terus berusaha mengajaknya kepada
al-haq. Kendati demikian, anda tidak boleh mematuhinya dalam hal kemaksiatan1.
Sebagai
wujud rasa berterima kasih kita terhadap orang tua tentulah tidak cukup hanya
dengan mengucapkan rasa syukur dan terima kasih. Kasih sayang orang tua harus
kita balas juga dengan kasih sayang dengan cara berbakti kepada mereka dengan
tiada akhir. Meskipun si anak sudah dewasa dan berkeluarga, anak masih memiliki
kewajban dan tanggung jawab terhadap orang tuanya.
1.1
Syarat Menjadi Anak Berbakti
Ada
tiga persyaratan yang harus dipenuhi, agar seorang anak bisa disebut sebagai
anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya:
Satu, lebih mengutamakan ridha dan
kesenangan kedua orang tua daripada ridha diri sendiri, isteri, anak, dan
seluruh manusia.
Dua, menaati orang tua dalam semua
apa yang mereka perintahkan dan mereka larang baik sesuai dengan keinginan anak
ataupun tidak sesuai dengan keinginan anak. Selama keduanya tidak memerintahkan
untuk kemaksiatan kepada Allah.
Tiga, memberikan untuk kedua orang
tua kita segala sesuatu yang kita ketahui bahwa hal tersebut disukai oleh
keduanya sebelum keduanya meminta hal itu. Hal ini kita lakukan dengan penuh
kerelaan dan kegembiraan dan selalu diiringi dengan kesadaran bahwa kita belum
berbuat apa-apa meskipun seorang anak itu memberikan hidup dan hartanya untuk
kedua orang tuanya2.
1. http://www.almanhaj.or.id/content/1425/slash/0
B.
Akhlak Terhadap Guru
Sebagai penuntut ilmu, sesungguhnya kewajiban
menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban yang Allah berikan kepada setiap muslim
dan muslimah. Seorang muslim berkewajiban untuk menuntut ilmu yang dengannya ia
dapat beribadah dengan benar dan sesuai dengan ketentuan syari’at.
Allah
berfirman yang artinya :
“Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat1”.
Hendaknya seorang muslim meniatkan
upaya menuntut ilmu tersebut untuk mencari ridha Allah semata, ditujukan agar
menuntut ilmu tersebut ia dapat mengerti apa yang diwajibkan dan diharamkan
Allah terhadapnya. Maka ilmu utama yang harus ia cari adalah ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan tugas hidupnya sebagai hamba Allah, yaitu untuk beribadah.
Adapun ilmu-ilmu yang berkaitan dengan kehidupan sosial, seperti kedokteran,
matematika, fisika, pengetahuan alam dan ilmu-ilmu lainnya, maka yang demikian
itu merupakan suatu keutamaan jika ia mempelajarinya2.
Untuk memperoleh ilmu tersebut,
tentulah kita membutuhkan orang yang ahli dalam bidang ilmu. Orang yang ahli
dalam bidang ilmu adalah guru. Sebagaimana orang tua kita,
ternyata guru juga mempunyai jasa yang sangat besar kepada kita. Mereka
mengajari kita ilmu yang berguna, mendidik ahklaq, tentunya kita juga wajib
mencintai dan menghormatinya, menyenangkan hatinya dan memperlakukannya dengan
baik. Menerima pelajaran yang diberikan guru dengan hati yang penuh rasa
ikhlas, perasaan senang, mematuhi perintahnya tentunya akan bermanfaat bagi
kita sendiri.
1.
(Q.S Al
Mujadilah : 11)
2.
Abu Fatiyah Al-Adnani, 2002, AGENDA
MUKMIN Panduan Membina Pribadi Mukmin Ideal,Qisty Saufa Abadi, halaman 28.
sabda
Rosululloh saw :
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka
menuntut ilmu padanya, Alloh mudahkan baginya dengannya jalan menuju syurga.1”
Murid
yang sopan dan rendah hati akan mudah mendapatkan ilmu dan mendapatkan
manfaatnya. Sebaliknya murid yang sombong dan tidak sopan hanya akan menambah
kesombongan dan meperburuk perilakunya2.
2.1 Adab-Adab Menghormati Guru :
1.
Mulai memberi salam dan hormat.
2. Banyakkan berdiam diri.
3. Meminta izin guru untuk bertanya.
4. Jangan sekali-kali berhujah dengan guru.
5. Tunjukkan sikap menerima pendapatnya.
6. Tidak menyinggung perasaannya.
7. Duduk bersopan dan tenang di hadapan guru.
8. Cari masa yang sesuai untuk bertanya.
9. Sentiasa berbaik sangka dengan guru.
10.Tidak memandang besar kelemahannya kerana dia juga manusia biasa.
11.Memberikan segala keutamaan terhadap guru.
12.Sentiasa merendah diri kepadanya3.
2. Banyakkan berdiam diri.
3. Meminta izin guru untuk bertanya.
4. Jangan sekali-kali berhujah dengan guru.
5. Tunjukkan sikap menerima pendapatnya.
6. Tidak menyinggung perasaannya.
7. Duduk bersopan dan tenang di hadapan guru.
8. Cari masa yang sesuai untuk bertanya.
9. Sentiasa berbaik sangka dengan guru.
10.Tidak memandang besar kelemahannya kerana dia juga manusia biasa.
11.Memberikan segala keutamaan terhadap guru.
12.Sentiasa merendah diri kepadanya3.
1.
HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud,
At-Tirmidzi dan Ibnu Majah
C. REALITA ANAK ZAMAN SEKARANG
Orang tua
merawat dan mengasuh anak-anaknya hampir sepanjang hidup mereka,sejak sang ibu
mengandung seorang anak selama kurang lebih selama 9 bulan,mungkin bisa kita
ibaratkan kita sedang menggendong tas yang berisi buku-buku yang menambah beban
pikul kita waktu berangkat kuliah,mungkin akan terasa berat dan capek sehingga
mengurangi buku itu dan mungkin kalau sudah diambang batas buku yang ada dalam
tas itu kita keluarkan atau bahkan kita lempar sejauh mungkin karena menyebabkan
punggung kita sakit. Berbeda jauh dengan sang ibu yang yang sedang
mengandung,dia tidak pernah mengeluh bahkan sang ibu sangat senang dengan
sepenuh hati saat sedang mengandung,kasih sayangnya dia sampaikan dengan
mengelus-elus perutnya sambil memejamkan matanya penuh harapan kepada sang
illahi dengan harapan semoga anak yang dikandungnya ini menjadi anak yang
sholeh dan berbakti kepada orang tuanya.
Berbeda dengan
perjuangan seorang ayah dalam mencari rejeki yang halal untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya terutama pada sang anak yang dalam masa kandungan.Pada
pagi hari sang ayah pergi bekerja dan terus bekerja hingga larut malam
Dan Kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya ;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah , dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu
bapakmu , hanya kepadaKu-lah kembalimu . Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaKu”1.
Orang
tua semakin lama semakin termakan oleh usia mereka menjadi tua rentan dan
melemah. Kulit ibu yang cantik semakin tua semakin mengkerut, ayah yang biasa
menggendong kini tulang punggungnya semakin rapuh dan bungkuk. Mereka menjadi
sangat tua dan lemah sehingga membutuhkan perawatan dan pememeliharaan untuk
dirinya. Dan tidak ada lagi orang selain anak-anaknyalah yang wajib
melakukannya sebagai bentuk ketaatan kepada perintah-Nya dan hanya mengharapkan
pahala-Nya.
1.
Qur’an surat Lukman ayat 14-15
Namun
kenyataannya pada zaman sekarang ini
Panti Jompo masih sangat penuh oleh orang tua.Panti jompo adalah suatu tempat
orang tua. Maksudnya, merekalah orang tua yang dicampakkan oleh anaknya atau
lebih parahnya si anak itu sudah malas merawat orang tuanya yang sudah tua, karena
orang tuanya selalu merengek kesakitan karena penyakit umurnya sehingga si anak
itu merasa risih dan terganggu karena keberadaannya,ada juga karena sang anak lebih
mengutamakan kebebasan semu dari pada bakti kepada orang tuanya .Berbeda sekali
dengan orang tua yang merawat sang anak dari kecil hingga dewasa sampai
sekarang ini. Mereka selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya dengan
penuh kasih sayang dan tidak pernah ada rasa keluh kesal didalam hati mereka.
Masih
banyak juga anak yang masih sangat malas untuk melayani dan merawat orang
tua.Seperti kejadian yang seperti ini, “Nak,bisa tolong belikan ibu garam dapur
ke warung?Ibu sedang masak kehabisan garam”,suruh seorang kepada anaknya.
Namun,si anak menjawab,”ah,bu malas aku
barus aja pulang sekolah”.
Mungkin percakapan seperti ini sudah
sering kita dengar dan bahkan pernah kita alami.
Sungguh si anak itu telah menjawab
dengan perkataan yang salah dan durhaka. Padahal garam juga untuk kebutuhan
makan si anak. Bagaimana rasa sayur tanpa garam tentu tidak enak. Bahkan ironis
sekali ada juga orang tua yang secara tidak sadar dianggap sebagai pembantu.
Mereka membersihkan rumah, mencuci pakaian, dan menjadi pengasuh anak dari si
anak yang sudah berumah tangga.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda, “Sungguh merugi, sungguh
merugi, dan sungguh merugi orang yang mendapatkan kedua orangtuanya
yang sudah renta atau salah seorang dari mereka kemudian hal itu tidak dapat
memasukkannya ke dalam surga1.”
1.
Hadist Riwayat Muslim
D. DURHAKA KEPADA ORANG TUA dan GURU
4.1 Definisi
Durhaka
Kata al-’uquuq (durhaka) berasal
dari kata al-’aqq yang berarti asy-syaq (mematahkan) dan al-qath’u atau dalam
bahasa Arab disebut al-’aaq (anak yang durhaka). Jamak dari kata al-’aaq adalah
al-‘aqaqah. Yang dimaksud dengan al-’uquuq (durhaka) adalah mematahkan
“tongkat” ketaatan dan “memotong” (memutus) tali hubungan antara seorang anak
dengan orang tuanya. Jadi, yang dimaksud dengan perbuatan durhaka kepada kedua
orang tua adalah mematahkan “tongkat” ketaatan kepada keduanya, memutuskan tali
hubungan yang terjalin antara orang tua dengan anaknya. Seorang anak
dikatakan telah durhaka kepada orang tuanya jika dia tidak patuh dan tidak
berbuat baik kepadanya, meninggalkan sesuatu yang disukai keduanya, dan tidak
menaati apa yang diperintahkan atau diminta oleh mereka berdua1.
4.2 Di
antara Bentuk Durhaka pada Orang Tua
’Abdullah bin ’Umar radhiyallahu ’anhuma berkata,
إبكاء الوالدين من العقوق
”Membuat orang tua menangis termasuk bentuk durhaka pada orang tua.”
إبكاء الوالدين من العقوق
”Membuat orang tua menangis termasuk bentuk durhaka pada orang tua.”
Mujahid mengatakan,
لا ينبغي للولد أن يدفع يد والده إذا ضربه، ومن شد النظر إلى والديه لم يبرهما، ومن أدخل عليهما ما يحزنهما فقد عقهما
“Tidak sepantasnya seorang anak menahan tangan kedua orang tuanya yang ingin memukulnya. Begitu juga tidak termasuk sikap berbakti adalah seorang anak memandang kedua orang tuanya dengan pandangan yang tajam. Barangsiapa yang membuat kedua orang tuanya sedih, berarti dia telah mendurhakai keduanya.”
لا ينبغي للولد أن يدفع يد والده إذا ضربه، ومن شد النظر إلى والديه لم يبرهما، ومن أدخل عليهما ما يحزنهما فقد عقهما
“Tidak sepantasnya seorang anak menahan tangan kedua orang tuanya yang ingin memukulnya. Begitu juga tidak termasuk sikap berbakti adalah seorang anak memandang kedua orang tuanya dengan pandangan yang tajam. Barangsiapa yang membuat kedua orang tuanya sedih, berarti dia telah mendurhakai keduanya.”
Ka’ab Al Ahbar pernah ditanyakan
mengenai perkara yang termasuk bentuk durhaka pada orang tua, beliau
mengatakan,
إذا أمرك والدك بشيء فلم تطعهما فقد عققتهما العقوق كله
“Apabila orang tuamu memerintahkanmu dalam suatu perkara (selama bukan dalam maksiat, pen) namun engkau tidak mentaatinya, berarti engkau telah melakukan berbagai macam kedurhakaan terhadap keduanya.”
إذا أمرك والدك بشيء فلم تطعهما فقد عققتهما العقوق كله
“Apabila orang tuamu memerintahkanmu dalam suatu perkara (selama bukan dalam maksiat, pen) namun engkau tidak mentaatinya, berarti engkau telah melakukan berbagai macam kedurhakaan terhadap keduanya.”
Oleh
karena itu berbuat baiklah kepada orang tua dan guru selagi masih ada
kesempatan untuk berbakti kepada mereka. Terutama berbakti kepada ibu.
Dalam kedua kitab Shahih diriwayatkan, “Seseorang datang kepada Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam dan bertanya, Wahai Rasulullah, siapakah yang
berhak mendapatkan perlakuan baik? Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
menjawab, Ibumu. Beliau bertanya, Kemudian siapa? Rasulullah menjawab, Ibumu la
bertanya lagi, Kemudian siapa lagi? la menjawab, ibumu. la bertanya lagi,
kemudian siapa? Beliau menjawab, ‘Ayahmu. Kemudian yang paling dekat dan yang
paling dekat.
Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam mengulangi kewajiban berbakti kepada seorang ibu
hingga tiga kali sedangkan berbakti kepada ayah satu kali. Hal itu disebabkan
karena derita yang dialami seorang ibu lebih besar dari pada yang dialami
seorang ayah dan kasih sayang yang diberikannya juga lebih besar daripada ayah.
Belum lagi kalau dibandingkan dengan beratnya mengandung, kontraksi, melahirkan,
menyusui, dan berjaga malam1.
Pengorbanan
ibu terhadap kita sebagai anak sungguhlah besar. Tidak ada materi berupa uang,
dan harta untuk membalas jasa seorang ibu melainkan menjadi anak yang saleh dan
berbakti kepadanya.
1. 1. http://r0ch4.wordpress.com/durhaka-kepada-orang
-tua/
DAFTAR PUSTAKA
Abu Fatiyah Al-Adnani, 2002, AGENDA MUKMIN Panduan
Membina Pribadi Mukmin Ideal,Qisty Saufa Abadi
Aqidah Akhlak untuk Madrasah Ibtidiyah, Drs. H.
Chatibul Umam dkk., Menara Kudus.
Daradjat, Zakiah, Kepribadian Guru, Jakarta: Bulan
Bintang, 1980
Nasihat-nasihat Qur`an: Akhlak dan Perilaku, Litera
Antarnusa.
Nasihat-nasihat Qur`an: Akhlak dan Perilaku, Litera
Antarnusa.
Terjemah Bulughul Maram. Muh Syarief Sukandy, PT Al Ma`arif: Bandung.
www.muslimah.or.id
Terjemah Bulughul Maram. Muh Syarief Sukandy, PT Al Ma`arif: Bandung.
www.muslimah.or.id