I.
PENDAHULUAN
Islam telah mengajarkan kepada kita agar berbakti kepada
orang tua, mengingat banyak dan besarnya pengorbanan serta kebaikan orang tua
terhadap anak, yaitu memelihara dan mendidik kita dejak kecil tanpa perhitungan
biaya yang sudah dikeluarkan dan tidak mengharapkan balasan sedikit pun dari
anak, meskipun anak sudah mandiri dan bercukupan tetapi orang tua tetap
memperlihatkan kasih sayangnya, oleh karena itu seorang anak memiliki
macam-macam kewajiban terhadap orang tuanya menempati urutan kedua setelah
Allah Swt, dan kita juga dilarang durhaka kepada orang tua. Dalam makalah ini,
pemakalah akan memaparkan tentang birrul walidain dan ‘uququl walidain.
II.
HADIS
A.
Hadis
Abdullah ibnu Umar tentang ridho Allah terletak pada ridho orang tua.
عَنْ عَبْدُ الله
بن عَمْرٍو رضي الله عنهما قال قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: رِضَى اللهُ فى
رِضَى الوَالِدَيْنِ و سَخَطُ الله فى سَخَطُ الوَالِدَيْنِ ( اخرجه الترمذي وصححه
ابن حبان والحاكم)
Artinya:
dari Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah bersabda: “
Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan murka Allah itu
terletak pada murka orang tua”. ( H.R.A t-Tirmidzi. Hadis ini dinilai shahih
oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim)[1]
B.
Hadis
Abu Hurairah tentang siapakah yang berhak dipergauli dengan baik.
عَنْ
اَبِي هُرَيرَةَ رضي الله عنه قال جَاءَ رَجُلٌ الى رسولِ الله صلى الله عليه وسلم
فقال يَا رسولَ الله مَنْ اَحَقًّ النّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قال: اُمُّك قال:
ثُمَّ مَنْ؟ قال: ثُمَّ اُمُّك قال: ثم من؟ قال :ثم امُّك قال: ثم من؟ قال : ثم
اَبُوْكَ (اخرجه البخاري)
Artinya: dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: “ Suatu saat
ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, lalu bertanya: “ Wahai
Rasulullah, siapakah yang berhak aku pergauli dengan baik?” Rasulullah menjawab
: “ Ibumu!”, lalu siapa? Rasulullah menjawab: “ Ibumu!”, lalu siapa? Rasulullah
menjawab: “Ibumu!”. Sekali lagi orang itu bertanya: kemudian siapa? Rasulullah
menjawab: “ Bapakmu!”(H.R.Bukhari).[2]
C.
Hadis
Abdullah bin Mas’ud tentang amal yang paling disukai Allah SWT.
عَبْدُ الله بن
مَسْعُودٍ قال سَاَ لْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم ايُّ الْعَمَلِ اَحَبُّ
الى الله قال: الصَّلَاةُ على وَقْتِهَا قال: ثم اي قال:ثُمَّ بِرُّ
الْوَالْدَيْنِ قال: ثم اي قال: الجِهَادُ فى سَبِيْلِ الله ( اخرجه البخاري و
مسلم)
Artinya: “ dari Abdullah bin Mas’ud r.a. ia berkata: “
Saya bertanya kepada Nabi saw: amal apakah yang paling disukai oleh Allah
Ta’ala?” beliau menjawab: “ shalat pada waktunya. “ saya bertanya lagi: “
kemudian apa?” beliau menjawab: “ berbuat baik kepada kedua orang tua. “ saya
bertanya lagi: “ kemudian apa?” beliau menjawab: “ berjihad(berjuang) di jalan
Allah.” (H.R. Bukhari dan Muslim).[3]
D.
Hadis
Al-Mughirah bin Su’bah tentang Allah mengharamkan durhaka kepada ibu, menolak
kewajiban, meminta yang bukan haknya.
عن المغيرة بن شعبة قال النبي صلى الله عليه وسلم : ان الله
حرم عليكم عقوق الامهات ووأد البنات ومنع وهات وكره لكم قيل وقال وكثرة السؤال
واضاعة المال (اخرجه البخاري)
Artinya: dari Al-Mughirah bin Syu’ban r.a. ia berkata,
Nabi Saw telah bersabda: “ Sungguh Allah ta’ala mengharamkan kalian durhaka
kepada ibu, menolak kewajiban, meminta yang bukan haknya dan mengubur
hidup-hidup anak perempuan. Allah juga membenci orang yang banyak bicara,
banyak pertanyaan dan menyia-nyiakan harta.” (H.R.Bukhari).[4]
E.
Hadis
Abdullah ibnu Umar tentang dosa-dosa besar.
عن عبد الله بن عمر
ورضى الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ان من اكبر الكبا ئر ان
يلعن الر جل والديه . قيل رسول الله.و كيف يلعن لر جل والديه ؟ قا ل: يسب الرجل
ابا لرجل فيسب أبا لرجل فيسب أبا ه و يسب ( أخر جه امام بخاري)
Artinya: “ dari Abdullah bin ‘amr bin al-ash ia
berkata, Rasulullah Saw telah bersabda: “ diantara dosa-dosa besar yaitu
seseorang memaki kedua orang tuanya. “ para sahabat bertanya: “ Wahai
Rasulullah, apakah ada seseorang yang memaki kedua orang tuanya?” Beliau
menjawab: “ Ya, apabila seseorang memaki ayah orang lain, kemudian orang itu
membalas memaki ayahnya kemudian ia memaki ibu orang lain, dan orang itu memaki
ibunya. (H.R. Bukhari).[5]
III.
PEMBAHASAN
A. Birrul Walidain
A. Birrul Walidain
1.
Pengertian
Birrul Walidain
Istilah
Birrul Walidain terdiri dari kata Birru dan al-Walidain. Birru
atau al-birru artinya kebajikan dan al-walidain artinya kedua
orang tua atau ibu bapak. Jadi, Birrul Walidain adalah berbuat kebajikan
terhadap kedua orang tua.
2.
Kedudukan
Birrul Walidain
Birrul Walidain mempunyai
kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Allah dan Rasul-Nya menempatkan
orang tua pada posisi yang sangat istimewa, sehingga berbuat baik pada keduanya
juga menempati posisi yang sangat mulia, dan sebaliknya durhaka kepada keduanya
menempati posisi yang sangat hina. Karena mengingat jasa ibu bapak yang sangat
besar sekali dalam proses reproduksi dan regenerasi umat manusia.
Secara
khusus Allah juga mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan seorang ibu
dalam mengandung, menyusui, merawat dan mendidik anaknya. Kemudian bapak,
sekalipun tidak ikut mengandung tapi dia berperan besar dalam mencari nafkah,
membimbing, melindungi, membesarkan dan mendidik anaknya, sehingga mempu
berdiri bahkan sampai waktu yang sangat tidak terbatas.
Berdasarkan
semuanya itu, tentu sangat wajar dan logis saja, kalau si anak dituntut untuk
berbuat kebaikan kepada orang tuanya dan dilarang untuk mendurhakainya.[6]
3.
Bentuk-Bentuk
Birrul Walidain
Adapun bentuk-bentuk Birrul Walidain di antaranya:
a.
Taat
dan patuh terhadap perintah kedua orang tua, taat dan patuh orang tua dalam
nasihat, dan perintahnya selama tidak menyuruh berbuat maksiat atau berbuat
musyrik, bila kita disuruhnya berbuat maksiat atau kemusyrikan, tolak dengan
cara yang halus dan kita tetap menjalin hubungan dengan baik.
b.
Senantiasa
berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap hormat, sopan santun, baik
dalam tingkah laku maupun bertutur kata, memuliakan keduanya, terlebih di usia
senja.[7]
c.
Mengikuti
keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, baik masalah
pendidikan, pekerjaan, jodoh, maupun masalah lainnya. Selama keinginan dan
saran-saran itu sesuai dengan ajaran Islam.
d.
Membantu
Ibu Bapak secara fisik dan materil. Misalnya, sebelum berkeluarga dan mampu
berdiri sendiri anak-anak membantu orang tua terutama ibu. Dan mengerjakan
pekerjaan rumah.
e.
Mendoakan
Ibu Bapak semoga diberi oleh Allah kemampuan, rahmat dan kesejahteraan hidup di
dunia dan akhirta.
f.
Menjaga
kehormatan dan nama baik mereka.
g.
Menjaga,
merawat ketika mereka sakit, tua dan pikun.
h.
Setelah
orang tua meninggal dunia, Birrul Walidain masih bisa diteruskan dengan cara
antara lain:
-
Mengurus
jenazahnya dengan sebaik-baiknya
-
Melunasi
semua hutang-hutangnya
-
Melaksanakan
wasiatnya
-
Meneruskan
sillaturrahmi yang dibinanya sewaktu hidup
-
Memuliakan
sahabat-sahabatnya
-
Mendoakannya.[8]
4.
Doa
Anak untuk Orang Tua
Seorang
anak yang ingin mendoakan kedua orang tuanya dapat mengambil contoh dari ayat
suci Alquran yaitu, doa Nabi Ibrahim as ketika mengajukan permohonan kepada
Allah Swt agar dapat lah kiranya Allah memberi ampunan pada kedua orang tuanya
dari dosa-dosa yang telah mereka perbuat.
Doa Nabi
Ibrahim as dalam Q.S.Ibrahim:41
41. Ya Tuhan
Kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin
pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)".
Permohonan
Nabi Ibrahim dalam Q.S. Al-Israa’: 24
24. dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil".
B.
‘Uququl
Walidain
‘Uququl
Walidain artinya mendurhakai kedua orang tua. Durhaka kepada kedua orang tua
adalah dosa besar yang dibenci oleh Allah Swt, sehingga adzabnya disegerakan
oleh Allah di dunia ini. Hal ini mengingat betapa istimewanya kedudukan kedua
orang tua dalam ajaran Islam dan juga mengingat betapa besarnya jasa kedua orang
tua terhadap anaknya, jasa itu tidak bisa diganti dengan apapun.
Adapun
bentuk pendurhakaan terhadap orang tua bermacam-macam dan bertingkat-tingkat,
mulai dari mendurhaka di dalam hati, mengomel, mengatakan “ah” ( uffin, berkata
kasar, menghardik, tidak menghiraukan panggilannya, tidak pamit, tidak patuh
dan bermacam-macam tindakan lain yang mengecewakan atau bahkan menyakitkan hati orang tua.) di
dalam Q.S. A-Israa:23 di ungkapkan oleh Allah dua contoh pendurhakaan kepada
orang tua yaitu, mengucapkan kata “uffin” dan menghardik ( lebih-lebih lagi
bila kedua orang tua sudah berusia lanjut).[9]
[1]
Ibnu Hajar al-Asqolani, Terjemahan
lengkap Bulughul Maram, ( Jakarta: Akbar,cet2,2009),hlm.671.
[2]
Imam nawawi, Terjemah Riyadhus
Shalihin juz I, (Jakarta: Pustaka Amani,cet IV,1999),hlm.327.
[3]
Imam Nawawi,...hlm.325.
[4]
Imam ibnu Al-Jauzi, Shahih
Bukhari juz IV,(Qohiroh:Darul Hadis,2008),hlm.138.
[5]
Imam Muhammad bin Ismail al-‘amir
al-Yamin as-Son’ani, Subulussalam, Syarh Bulughul Maram, ( Beirut: Darul
Kutub al-Ilmiyah,1998)hlm,306.
[6]
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhklak,(Yogyakarta,LPPI,cetIX,2007),hlm.147-152.
[7]
Mahmud Sya’roni, Cermin Kehidupan
Rosul,(Semarang: Aneka Ilmu,cet I, 2006),hlm.378.
[8]
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak,..hlm.152-156.
[9]
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak,...hlm,157-159.