Burdah artinya mantel, dapat juga
diartikan shifa (kesembuhan). Imam Busyiri adalah seorang penyair yang
suka memuji raja-raja untuk mendapatkan uang. Kemudian beliau tertimpa
sakit faalij (setengah lumpuh) yang tak kunjung sembuh walaupun sudah
berobat ke dokter manapun.
Tak lama kemudian beliau mimpi bertemu Rasulullah S.A.W. yang memerintahkannya untuk menyusun syair ang berisi pujian kepada Rasulullah. Maka beliau mengarang Burdah dalam 10 pasal pada tahun 6-7 H. Seusai menyusun Burdah, beliau kembali mimpi bertemu Rasulullah yang menyelimutinya dengan Burdah (mantel). Ketika bangun, sembuhlah beliau dari sakit lumpuh yang dideritanya.
Qoshidah
Burdah ini tersebar ke seluruh penjuru bumi dari timur sampai barat.
Bahkan disyarahkan oleh sekitar 20 ulama, diantaranya yang terkenal
adalah Imam Syaburkhiti dan Imam Baijuri.
Habib
Husein bin Mohammad Alhabsyi (saudara Habib Ali Alhabsyi sohibul maulid
Simtud Duror) biasa memimpin Dalail Khoiroot di Mekkah. Kemudian beliau
mimpi bertemu Rasulullah yang memerintahkannya untuk membaca Burdah di
majlis tersebut. Dalam mimpi tersebut, Rasulullah berkata bahwa membaca
Burdah sekali lebih afdol daripada membaca Dalail Khoiroot 70 kali.
Ketika Hadramaut tertimpa paceklik hingga banyak binatang buas berkeliaran di jalan, Habib Abdulrahman Al Masyhur memerintahkan setiap rumah untuk membaca Burdah. Alhamdulillah, rumah-rumah mereka aman dari gangguan binatang buas.
Beberapa Syu’araa
(penyair) di zaman itu sempat mengkritik bahwa tidaklah pantas pujian
kepada Rasulullah dalam bait-bait Burdah tersebut diakhiri dengan
kasroh/khofadz. Padahal Rasulullah agung dan tinggi (rofa’). Kemudian
Imam Busyiri menyusun qoshidah yang bernama Humaziyyah yang bait-baitnya
berakhir dengan dhommah (marfu’).
Imam Busyiri juga menyusun Qoshidah Mudhooriyah. Pada qoshidah tersebut terdapat bait yang artinya,
“Aku
bersholawat kepada Rasulullah sebanyak jumlah hewan dan tumbuhan yang
diciptakan Allah." Kemudian dalam mimpinya, beliau melihat Rasulullah
berkata bahwa sesungguhnya malaikat tak mampu menulis pahala sholawat
yang dibaca tersebut.
Habib
Salim juga bercerita tentang seseorang yang telah berjanji kepada
dirinya untuk menyusun syair hanya untuk memuji Allah dan Rasulullah.
Suatu ketika ia tidak mempunyai uang dan terpaksa menyusun syair untuk
memuji raja-raja agar mendapat uang. Ia pun bermimpi dan Rasulullah
berkata, ”Bukankah engkau telah berjanji hanya memuji Allah dan
Rasul-Nya?! Aku akan memotong tanganmu.”
Kemudian
datanglah Sayidina Abu Bakar r.a meminta syafaat untuknya dan
dikabulkan oleh Rasulullah. Ketika ia terbangun dari tidurnya, ia pun
langsung bertobat. Kemudian ia melihat di tangannya terdapat tanda bekas
potongan dan keluar cahaya dari situ.
Habib
Salim mengatakan bahwa Burdah ini sangat mujarab untuk mengabulkan
hajat-hajat kita dengan izin Allah. Namun terdapat syarat-syarat yang
harus dipenuhi. Yaitu mempunyai sanad ke Imam Busyiri, mengulangi bait ”
maula ya solli wa sallim “, berwudhu, menghadap kiblat, memahami makna
bait-bait, dibaca dengan himmah yang besar, beradab, dan memakai
wewangian.