KEPADA PEMBACA
Dalam semua buku yang ditulis Harun Yahya, masalah keimanan
disampaikan dengan merujuk pada ayat-ayat Al Quran, dan pembaca
diharapkan mempelajari kalimat-kalimat Allah dan menerapkannya dalam
kehidupan. Semua materi yang berkaitan dengan ayat-ayat Allah dijelaskan
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan keraguan atau tanda tanya
dalam pikiran pembaca. Gaya bahasa yang tulus, apa adanya dan fasih,
sengaja dipilih untuk menjamin agar semua orang, dari segala umur dan
kelompok sosial, dapat memahami buku-buku ini dengan mudah. Dengan
uraian efektif dan jelas, buku-buku ini dapat dibaca sampai selesai
dalam waktu singkat. Bahkan, orang-orang yang sangat keras menentang
spiritualitas terpengaruh juga oleh fakta yang disajikan dalam buku-buku
ini dan tidak dapat menyangkal kebenaran isinya.
Buku ini dan tulisan Harun Yahya lainnya dapat dibaca
sendiri atau dipelajari dalam diskusi kelompok. Manfaat mempelajari
buku-buku ini dalam kelompok adalah, setiap pembaca dapat menyampaikan
renungan dan pengalamannya kepada yang lain.
Di samping itu, turut serta memperkenalkan dan membaca
buku-buku ini yang ditulis semata-mata untuk memperoleh ridla Allah Swt.
akan menjadi pengabdian besar bagi agama. Seluruh buku Harun Yahya
sangat meyakinkan. Oleh karena itu, bagi mereka yang ingin menyampaikan
ajaran agama kepada orang lain, salah satu cara paling efektif adalah
menganjurkan mereka membaca buku-buku ini.
Ada alasan kuat mengapa tinjauan buku-buku Harun Yahya yang
lain disertakan pada akhir buku ini. Dengan tinjauan tersebut, pembaca
yang memegang buku ini akan tahu bahwa masih banyak buku lain
sekualitas, yang kami harap dapat pula dinikmatinya. Pembaca akan
menemukan sumber materi, kaya akan isu-isu yang berhubungan dengan
keimanan, yang dapat dimanfaatkannya.
Tidak seperti dalam buku-buku lain, dalam buku-buku ini,
Anda tidak akan menemukan pandangan pribadi penulis, penjelasan yang
merujuk pada sumber meragukan, gaya yang mengabaikan rasa hormat dan
takzim kepada masalah-masalah suci, tidak pula uraian pesimistis yang
menimbulkan keraguan dan penyimpangan di dalam hati.
TENTANG PENGARANG
Pengarang, yang menulis dengan nama pena HARUN YAHYA, lahir di Ankara
pada tahun 1956. Setelah menyelesaikan sekolah dasar dan menengahnya di
Ankara, ia kemudian mempelajari seni di Universitas Mimar Sinan,
Istambul dan filsafat di Universitas Istambul. Semenjak 1980-an,
pengarang telah menerbitkan banyak buku bertema politik, keimanan, dan
ilmiah. Harun Yahya terkenal sebagai penulis yang menulis karya-karya
penting yang menyingkap keke-liruan para evolusionis, ketidak-sahihan
klaim-klaim mereka dan hubungan gelap antara Darwinisme dengan ideologi
berdarah seperti fasisme dan komunisme.
Nama penanya berasal dari dua nama Nabi: “Harun” dan “Yahya” untuk
memuliakan dua orang nabi yang berjuang melawan kekufuran. Stempel Nabi
pada cover buku-buku penulis bermakna simbolis yang berhubungan dengan
isi bukunya. Stempel ini mewakili Al Quran, kitabullah terakhir, dan
Nabi kita, penutup segala nabi. Di bawah tuntunan Al Quran dan Sunah,
pengarang menegaskan tujuan utamanya untuk menggugurkan setiap ajaran
funda-mental dari idelogi ateis dan memberikan “kata akhir”, sehingga
membisukan sepenuhnya keberatan yang dia-jukan melawan agama.
Semua karya pengarang ini berpusat pada satu tujuan: menyampaikan
pesan-pesan Al Quran kepada masyarakat, dan dengan demikian mendorong
mereka untuk memi-kirkan isu-isu yang berhubungan dengan keimanan,
seperti keberadaan Tuhan, keesaan-Nya, dan hari akhirat, dan untuk
menunjukkan dasar-dasar lemah dan karya-karya sesat dari sistem-sistem
tak bertuhan.
Karya-karya Harun Yahya dibaca di banyak negara, dari India hingga
Amerika, dari Inggris hingga Indonesia. Buku-bukunya tersedia dalam
bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Spanyol, Portugis, Urdu, Arab,
Albania, Rusia, Serbia-Kroasia (Bosnia), Polandia, Melayu, Turki Uygur,
dan Indonesia, dan dinikmati oleh pembaca di seluruh dunia.
Buku-buku karya pengarang: The Evolution Deceit (Keruntuhan Teori
Evolusi), Signs in the Heaven and the Earth for the Men of Understanding
(Menyingkap Rahasia Alam Semesta), Perished Nations (Negeri-Negeri yang
Musnah), The Creation of the Universe (Penciptaan Alam Raya), The
Miracle in the Ant (Keajaiban pada Semut), The Miracle of the Atom
(Keajaiban pada Atom), The Miracle in the Spider (Keajaiban pada
Laba-Laba), The Miracle in the Honeybee, The Miracle in the Cell, The
Miracle of the Immune System (Sistem Kekebalan Tubuh dan Keajaiban di
Dalamnya), The Miracle in the Eye, The Miracle in the Gnat, The Creation
Miracle in Plants (Keajaiban Penciptaan pada Tumbuhan), The Truth of
the Life of This World (Fakta-Fakta yang Mengungkap Hakikat Hidup di
Dunia), Children, Darwin’s Lied!, The Design in Nature, Darwin's
Antagonism Against the Turks, The Golden Age, Confessions of
Evolutionists, The Misconceptions of Evolutionists, The Qur’an Leads the
Way to Science, Self-Sacrifice and Intelligent Models of Behaviour in
Living Beings, Eternity Has Already Started, The End of Darwinism,
Timelessness and the Reality of Fate, Judaism and Freema-sonry,
Freemasonry and Capitalism, Satan's Religion: Freemasonry, Jehovah's
Sons and the Freemasons, The New Masonic Order, The 'Secret Hand' in
Bosnia, The Holocaust Hoax, Behind the Scenes of Terrorism, Israel's
Kurdish Card, A National Strategy for Turkey, Solution: Qur'anic Morals.
Terdapat pula karya-karyanya dalam bentuk brosur: The Mystery of the
Atom, The Collapse of the Theory of Evolution: The Fact of Creation, The
Collapse of Materialism, The End of Materialism, The Blunders of
Evolutionists 1, The Blunders of Evolutionists 2, The Microbiological
Collapse of Evolution, The Fact of Creation, The Collapse of the Theory
of Evolution in 20 Questions, The Biggest Deception in the History of
Biology: Darwinism.
Karya-karya pengarang yang berhubungan dengan Al Quran: Ever Thought
About the Truth?, Devoted to Allah, Abandoning the Society of Ignorance,
Paradise, The Theory of Evolution, dan sebagainya.
DAFTAR ISI
Kepada Pembaca
Tentang Pengarang
Daftar Isi
Pendahuluan
BUKU SATU
Bab 1 Agama Mendorong Sains
• Percaya kepada Allah Membuat Ilmuwan Bergairah dan Bersemangat
• “Hasrat untuk Melayani” dalam Diri Ilmuwan yang Percaya
Bab 2 Agama Membimbing Sains pada Jalan yang Benar
• Kerugian Sains yang Disebabkan Obsesi Materialisme dengan Model “Alam Semesta Tanpa Batas”
• Kerugian Sains yang Disebabkan oleh Klaim bahwa “Tidak Ada Rancangan di Alam”
• Kerugian Sains yang Disebabkan oleh Usaha Sia-sia untuk Membuktikan Teori Evolusi
• Kerugian Sains yang Disebabkan oleh Klaim bahwa “Materi Tak-Hidup Dapat Membentuk Kehidupan”
• Kerugian Sains yang Disebabkan oleh Usaha-Usaha untuk Membuktikan Klaim “Evolusi Spesies”
• Kebuntuan Mutasi
• Kebuntuan Fosil
• Kerugian Sains yang Disebabkan oleh “Mereka yang Mengingkari Rancangan Sempurna di Alam”
• Efek Negatif terhadap Ilmuwan Evolusionis dan Ateis Setelah Mengetahui Usaha Mereka Sia-sia
• Kerugian Sains Akibat Penipuan-Penipuan Evolusionis
• Temuan-Temuan Ilmiah Selalu Membuktikan Penciptaan Meskipun Evolusionis Tidak Menyukainya
• Kesimpulan
Bab 3 Agama dan Sains Selalu Sejalan
• Reaksi Gereja Abad Pertengahan terhadap Para Ilmuwan
• Kritik yang Didasarkan pada Bibel dan Taurat
• Klaim bahwa “Sains Pasti Menjadi Materialis”
• Pendekatan Materialis yang Dogmatis dan Keras Kepala
Bab 4 Keajaiban Ilmiah Al Quran
• Pembentukan Alam Semesta
• Perluasan Alam Semesta
• Orbit
• Atap yang Terpelihara
• Langit yang Mengembalikan
• Lapisan Atmosfer
• Fungsi Gunung
• Identitas pada Sidik Jari
• Pergerakan Gunung
• Keajaiban pada Besi
• Angin yang Mengawinkan
• Kadar Hujan
• Laut-Laut Tidak Saling Bercampur
• Jenis Kelamin Bayi
• Gumpalan Daging yang Melekat pada Rahim
• Otot yang Membungkus Tulang
• Tiga Tahap Perkembangan Bayi dalam Rahim
• Air Susu Ibu
• Kesimpulan
BUKU DUA
Bab 5 Ilmuwan yang Meyakini Keberadaan Tuhan
Bab 6 Kesimpulan
PENDAHULUAN
Allah memerintahkan umat manusia untuk menyelidiki dan merenungkan
penciptaan langit, bumi, gunung-gunung, bintang-bintang, tetumbuhan,
benih, binatang, pergantian siang dan malam, manusia, hujan dan pelbagai
ciptaan lainnya. Dengan mencermati semua ini, manusia akan semakin
menyadari cita seni ciptaan Allah di dunia sekelilingnya, dan pada
akhirnya dapat mengenali Penciptanya, yang telah menciptakan seluruh
alam semesta beserta segala isinya dari ketiadaan.
“Sains” menawarkan cara untuk menemukan cita rasa seni
ciptaan Allah, yaitu dengan mengamati alam semesta beserta seluruh
mahluk di dalammya, dan menyampaikan hasilnya kepada umat manusia.
Agama, oleh karena itu, mendorong sains, menjadikannya alat untuk
mempelajari keagungan ciptaan Allah.
Agama tidak hanya mendorong studi ilmiah, tetapi juga
memungkinkan riset ilmiah mencapai pembuktian dan di-lakukan dengan
efisien, karena didukung oleh kebenaran yang diungkapkan melalui agama.
Alasannya adalah bahwa agama merupakan sumber tunggal yang menyediakan
jawaban pasti dan akurat, misalnya untuk pertanyaan bagaimana kehidupan
dan alam semesta tercipta. Dengan demikian, jika dimulai pada landasan
yang tepat, riset akan mengungkapkan kebenaran mengenai asal usul alam
semesta dan pengaturan kehidupan, dalam waktu tersingkat dan dengan
upaya dan energi minimum. Seperti dinyatakan oleh Albert Einstein, yang
di-anggap sebagai salah seorang ilmuwan terbesar abad ke-20, "Sains
tanpa agama adalah pincang", dengan perkataan lain, ilmu pengetahuan
jika tidak dipandu oleh agama, tidak dapat maju dengan benar, tetapi
justru membuang banyak waktu dalam mencapai suatu hasil, atau bahkan
lebih buruk lagi, tidak memperoleh pembuktian.
Ilmu pengetahuan — yang gigih dikaji para ilmuwan materialis
yang tidak mampu melihat kebenaran, terutama dalam dua ratus tahun
terakhir — ternyata telah menimbul-kan pemborosan waktu, kesia-siaan
banyak riset, dan peng-hamburan jutaan dolar tanpa menghasilkan apa-apa.
Ada satu fakta yang harus disadari benar: ilmu penge-tahuan
dapat mencapai hasil yang dapat dipercaya hanya jika tujuan utamanya
adalah penyelidikan tanda-tanda pen-ciptaan di alam semesta, dan bekerja
keras semata-mata untuk mencapai tujuan ini. Ilmu pengetahuan dapat
men-capai tujuan akhirnya dalam waktu sesingkat mungkin hanya bila ia
ditunjukkan ke arah yang benar, dengan kata lain jika dipandu dengan
benar.
BUKU SATU
BAB 1 AGAMA MENDORONG SAINS
Islam merupakan agama akal (reason) sekaligus nurani (conscience).
Seseorang menyadari kebenaran yang dinyatakan agama dengan menggunakan
ilmunya, tetapi memperoleh kesimpulan dari kebenaran yang telah
dilihatnya dengan mengikuti nuraninya. Seseorang yang menggunakan
kemampuan akal dan nuraninya dalam mempelajari objek apa pun di alam
semesta ini, sekalipun ia bukanlah seorang ahli dalam hal ini, akan
paham bahwa objek tersebut telah diciptakan oleh Pemilik Kebijakan, Ilmu
dan Kekuatan Agung. Dan, sekalipun ia mungkin menemu-kan sedikit saja
dari ribuan faktor yang memungkinkan ada-nya kehidupan di atas bumi,
sudah cukup baginya untuk memahami bahwa dunia telah dirancang untuk
mendu-kung kehidupan di dalamnya. Oleh karena itu, orang yang
menggunakan akal dan mengikuti nuraninya, akan dengan cepat menangkap
kemustahilan pernyataan bahwa dunia terbentuk secara kebetulan.
Singkatnya, orang yang berpikir dengan menggunakan kemampuan ini, tentu
menyadari tanda-tanda Allah dengan sejelas-jelasnya. Salah satu ayat
yang mengacu pada orang-orang yang memiliki sikap seperti itu, adalah:
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan
ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka.” (QS. Ali 'Imran, 3: 191) !
Di dalam Al Quran, Allah memerintahkan manusia untuk
memikirkan dan mengkaji tanda-tanda penciptaan di sekitar mereka.
Rasulullah Muhammad saw., sang utusan Allah, juga memerintahkan manusia
untuk mencari ilmu. Beliau bahkan menekankan bahwa menjadi kewajiban
manusialah untuk mencari ilmu. Perintah itu diungkapkan dalam hadits
shahih berikut ini:
Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim.1
Carilah ilmu dan sampaikanlah kepada yang lain.2
Barang siapa menyelidiki seluk-beluk alam semesta dengan
segala sesuatu yang hidup dan tak hidup di dalam-nya, dan memikirkan
serta menyelidiki apa yang dilihatnya di sekitarnya, akan mengenali
kebijakan, ilmu dan ke-kuasaan abadi Allah. Beberapa perintah Allah
kepada manusia untuk merenungkan penciptaan ditunjukkan dalam ayat Al
Quran berikut ini:
“Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang berada di atas
mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit biru
yang tidak mempunyai retak-retak sedikit pun? Dan Kami hamparkan bumi
itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami
tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk
menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali
(mengingat Allah). Dan Kami turunkan dari langit, air yang banyak
manfaatnya, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji
tanaman yang diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai
mayang yang bersusun-susun.” (QS. Qaaf, 50: 6-10) !
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali
tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak
seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang
tidak seimbang?” (QS. Al Mulk, 67: 3) !
“Maka hendaklah manusia memerhatikan dari apakah dia di-ciptakan?” (QS. Ath-Thaariq, 86: 5) !
“Maka apakah mereka tidak memerhatikan unta bagaimana dia diciptakan,
dan langit, bagaimana dia ditinggikan? Dan gunung-gunung, bagaimana ia
ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia diham-parkan?” (QS. Al Ghaasyiyah, 88:
17-20) !
Seperti diterangkan ayat-ayat di atas, Allah memerintahkan
manusia untuk mempelajari dan mengkaji berbagai aspek dunia, seperti
langit, hujan, tumbuhan, binatang, kelahiran, dan bentangan geografis.
Cara untuk menyelidiki semua ini, seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, adalah melalui sains. Pengamatan ilmiah memperkenalkan
manusia pada misteri penciptaan, dan akhirnya pada pengetahuan,
kebijakan dan kekuasaan tanpa batas yang dimiliki Allah. Sains adalah
suatu cara untuk mengenal Allah dengan tepat, dan karena itulah
sepanjang sejarah, se-jumlah ilmuwan yang memberikan sumbangan besar
bagi kemanusiaan telah beriman kepada Allah.
Percaya kepada Allah Membuat Ilmuwan Bergairah dan Bersemangat
Seperti telah disebutkan di atas, agama mendorong sains.
Mereka yang menggunakan akal dan mengikuti nurani untuk melakukan
peneliti-an ilmiah, akan memperoleh iman yang kuat karena mereka
memahami tanda-tanda Allah secara langsung. Mereka dihadapkan pada suatu
sistem tanpa cacat dan detail sempurna yang di-ciptakan Allah di tiap
tahapan penelitian yang mereka kerja-kan, dan di tiap penemuan yang
mereka buat. Seperti dinya-takan Rasulullah Muhammad saw., mereka
bertindak de-ngan mengetahui bahwa “orang yang pergi untuk mencari
pengetahuan adalah orang yang taat (beriman) pada Allah hingga ia
kembali.”3
Sebagai contoh, seorang ilmuwan yang melakukan penelitian
tentang mata, setelah mengetahui betapa kompleksnya sistem mata,
menemukan bahwa mata tidak akan pernah dapat terbentuk melalui proses
kebetulan yang berangsur-angsur. Pengujian lebih lanjut akan membuat dia
menyadari bahwa setiap detail dalam struktur mata adalah suatu ciptaan
ajaib. Dia melihat bahwa mata terdiri dari lusinan komponen yang bekerja
bersama dalam keselarasan, sehingga meningkatkan ke-kagumannya kepada
Allah yang menciptakannya.
Sama halnya, seorang ilmuwan yang menyelidiki kosmos akan
segera mendapati dirinya dihadapkan pada ribuan keseimbangan yang luar
biasa. Dia akan semakin haus akan ilmu setelah menemukan bahwa miliaran
galaksi dan miliaran bintang dalam galaksi ini berada dalam keselarasan
di dalam keluasan jagat raya tak berbatas. Melihat ini, orang yang
beriman menjadi sangat terpesona dan terilhami untuk melakukan studi
ilmiah menyingkap misteri alam semesta. Di dalam salah satu artikelnya,
Albert Einstein — yang dianggap sebagai jenius terbesar era yang lalu — ,
merujuk inspirasi yang diperoleh ilmuwan dari agama:
… Saya percaya bahwa perasaan religius yang luas adalah alasan paling
kuat dan paling mulia untuk penelitian ilmiah. Hanya mereka yang
menyadari upaya tak terukur dan -di atas segalanya- ketaatan (yang
tanpa semua itu pekerjaan-pekerjaan perintis dalam sains teoretis tidak
mungkin dicapai) saja yang mampu memahami kekuatan emosi (yang hanya
bisa ditimbulkan oleh pekerjaan seperti itu, sekalipun jauh dari
kenyataan hidup sehari-hari.) Keyakinan yang mendalam akan rasionalitas
alam semesta dan kerinduan untuk dapat memahami (meskipun hanya sebuah
pemikiran lemah yang terungkap) di dunia ini, pastilah yang membuat
Kepler dan Newton mampu menghabiskan bertahun-tahun bekerja dalam
kesendirian untuk menguraikan prinsip-prinsip mekanika luar angkasa!
Mereka yang hanya mendapatkan pengetahuan penelitian ilmiah dari
hasil-hasil praktis, dengan mudah dapat mengembangkan suatu gagasan
salah dari mentalitas orang-orang (yang karena dikepung oleh suatu dunia
skeptis) telah menunjukkan jalan ke arah pemikiran kelompok yang
me-nyebar ke seluruh dunia dan sepanjang abad. Hanya orang yang telah
mengabdikan hidupnya sampai akhir saya yang memiliki kesadaran jelas
tentang apa yang telah mengilhami orang-orang ini dan memberi mereka
kekuatan untuk tetap pada tujuan mereka kendati mengalami kegagalan tak
terbilang. Itu adalah perasaan religius kosmis yang memberi seseorang
kekuatan. Tidaklah berlebihan jika para modernis berkata bahwa di zaman
materialistis ini, para pekerja yang serius hanyalah orang-orang yang
amat religius.4
Johannes Kepler menyatakan bahwa dia terlibat dalam sains
untuk menggali karya Sang Pencipta, sedang Isaac Newton, ilmuwan besar
lain, menyatakan bahwa pendorong utama di belakang minatnya terhadap
sains adalah keinginannya untuk mengenal Tuhan dengan lebih baik.
Itu adalah pernyataan beberapa ilmuwan terkemuka. Para
ilmuwan ini — dan ratusan ilmuwan lain yang akan kita bahas di buku ini —
akhir-nya percaya pada keberadaan Allah dengan menyelidiki alam
semesta, ke-mudian terkesan oleh hukum-hukum dan fenomena yang telah
diciptakan Allah secara menakjubkan, serta berharap menemukan lebih
banyak lagi.
Seperti yang kita lihat, keinginan untuk mempelajari tentang
'bagai-mana Allah menciptakan alam semesta' telah menjadi faktor
pendorong terbesar bagi banyak ilmuwan. Ini sangat penting, karena orang
yang me-nyadari bahwa alam semesta dan segala makhluk hidup adalah
hasil pen-ciptaan, akan menyadari bahwa penciptaan tersebut mempunyai
tujuan. Tujuan ini kemudian mengarahkan manusia pada makna. Keinginan
memahami arti penciptaan, menemukan berbagai tandanya dan menemu-kan
berbagai detailnya, akan mempercepat laju kajian-kajian ilmiah.
Akan tetapi, jika kenyataan penciptaan alam semesta dan
makhluk hidup ditolak, makna ini akan lepas juga. Seorang ilmuwan yang
percaya pada filosofi materialis dan Darwinisme, akan beranggapan bahwa
alam semesta tidak memiliki tujuan, dan bahwa segalanya adalah peristiwa
kebetulan. Akibatnya, penyelidikan alam semesta dan makhluk hidup tak
diiringi pencarian makna. Mengomentari fakta ini, Einstein menyatakan,
“Saya tidak dapat menemukan ungkapan yang lebih baik daripada 'religius'
untuk keyakinan terhadap sifat rasional dari realitas, sepanjang dapat
diterima akal sehat manusia. Kapan saja perasaan ini tidak ada, sains
merosot menjadi empirisme membosankan." 5
Dalam kasus di atas, tujuan tunggal para ilmuwan dalam
melakukan penemuan-penemuan hanyalah untuk meraih ketenaran, untuk
diingat sejarah, atau untuk menjadi kaya. Tujuan seperti itu dapat
dengan mudah mengalihkannya dari ketulusan hati dan integritas ilmiah.
Sebagai contoh, jika kesimpulan yang dicapainya melalui penelitian
ilmiah tersebut bertentangan dengan pandangan masyarakat pada umumnya,
dia mungkin terpaksa merahasiakannya agar reputasinya tidak jatuh atau
dipermalukan publik, atau agar statusnya tidak turun.
Penerimaan terhadap teori evolusi dalam dunia sains adalah
suatu contoh tidak adanya ketulusan. Pada dasarnya, banyak ilmuwan —
yang setelah menghadapi fakta ilmiah — menyadari bahwa teori evolusi
tidak mampu menjelaskan asal kehidupan. Namun, mereka tidak berani
menyatakannya secara terbuka karena takut akan mendapat reaksi negatif.
Sehubungan dengan itu, seorang ahli fisika Inggris, H.S. Lipson membuat
pengakuan:
Kita tahu jauh lebih banyak tentang benda hidup dibandingkan Darwin.
Kita tahu bagaimana kerja syaraf dan saya memandangnya sebagai mahakarya
teknik elektro. Dan, kita memiliki ribuan -bahkan jutaan- syaraf dalam
tubuh kita. Kata yang muncul dalam benak tentang hal ini adalah:
“Rancangan.” Namun, para ahli biologi kolega saya tidak me-nyukai kata
itu.6
Kata “rancangan” disingkirkan dari literatur ilmiah hanya
karena ia tidak disukai, bersamaan dengan banyaknya ilmuwan yang
menyerah pada dogmatisme seperti itu. Mengomentari hal tersebut, Lipson
berkata:
Bahkan, evolusi menjadi semacam agama ilmiah; hampir semua ilmuwan sudah
menerimanya dan banyak yang siap “membengkokkan” peneliti-an mereka
agar sesuai dengannya.7
Situasi yang tidak diinginkan ini merupakan hasil tipuan
“sains anti Tuhan” yang menguasai masyarakat ilmiah mulai pertengahan
abad ke-19. Namun, seperti yang dinyatakan Einstein, “sains tanpa agama
adalah timpang.”8 Kepercayaan palsu ini tidak hanya mengarahkan
masyarakat ilmiah pada tujuan yang salah. Ia juga menyebabkan para
ilmuwan —yang menyadari kesalahan tersebut— tetap tak peduli atau diam
mengenainya.
Kita akan membahas masalah pertama secara terperinci pada bab-bab berikut.
“Hasrat untuk Melayani” dalam Diri Ilmuwan yang Percaya
Karena ilmuwan yang percaya akan keesaan dan kemahakuasaan
Allah tidak berorientasi terhadap keuntungan duniawi; seperti status,
peringkat, reputasi, atau uang, maka usaha mereka dalam penelitian
ilmiah bersifat tulus. Mereka tahu bahwa setiap misteri alam semesta
yang mereka ungkap akan meningkatkan pemahaman umat manusia tentang
Allah, sekaligus membantu manusia mengungkap kekuatan dan ilmu Allah
yang tak berbatas. Menegaskan keberadaan Allah bagi umat manusia dengan
menunjukkan realitas ciptaan-Nya, merupakan ibadah bagi orang-orang yang
beriman.
Digerakkan perhatian yang tulus seperti itu, para ilmu-wan
beriman melakukan penelitian penting secara luas de-ngan antusiasme
besar. Tujuan mereka adalah untuk mene-mukan hukum-hukum alam semesta,
sistem-sistem ajaib di alam dan mekanisme sempurna serta tingkah laku
cerdas pada makhluk hidup. Mereka mencapai keberhasilan dan membuat
kemajuan luar biasa. Mereka tidak pernah bimbang menghadapi
permasalahan, ataupun kehilangan semangat ketika gagal mendapatkan
penghargaan orang lain.
Mereka hanya ingin memperoleh keridhaan Allah untuk
pekerjaan yang mereka lakukan. Mereka melayani orang lain semata-mata
untuk mencapai ridha Allah. Mereka tidak me-ngenal batas dalam usaha
mereka. Mereka berusaha mem-berikan manfaat dan pelayanan sebaik mungkin
bagi orang lain. Lebih jauh, usaha tulus mereka membuat mereka sangat
produktif, dan studi mereka mengarah pada hasil positif.
Mereka yakin bahwa apabila kita 'memisahkan sains' dari
agama, maka kita pasti sedang dalam kesalahan besar. Pertama, mereka
yang tidak percaya pada Allah, tidak dapat mengalami peningkatan
spiritualitas dalam beragama. Proyek ilmiah yang mereka mulai dengan
penuh semangat segera berubah menjadi monoton dan membosankan. Motivasi
mereka, dengan pemikiran seperti itu, ditujukan semata-mata untuk menuai
keuntungan duniawi jangka pendek.
Karena hanya mengejar pemenuhan keinginan duniawi seperti
keka-yaan, peringkat dan reputasi, mereka hanya akan melakukan
penelitian yang -secara langsung- bisa memberikan keuntungan pribadi.
Sebagai contoh, seorang ilmuwan yang terobsesi untuk meningkatkan karier
se-mata, hanya akan melakukan penelitian pada bidang-bidang yang akan
mengantarkannya pada promosi. Dia tidak akan melakukan riset dalam suatu
bidang - meskipun dia yakin bahwa hal itu bermanfaat bagi kema-nusiaan -
kecuali jika riset itu memberi keuntungan untuk dirinya sendiri.
Atau, seandainya dia harus membuat pilihan antara dua topik
peneliti-an, dia akan memilih topik yang akan memberinya materi, gengsi,
atau pe-ringkat, dan dia akan membuang topik yang lain, padahal mungkin
lebih topik itu lebih bermanfaat bagi umat manusia.
Singkatnya, ilmuwan seperti ini jarang memberikan manfaat
bagi umat manusia, serta tidak mau mendahulukan kepentingan orang banyak
kecuali jika ada imbalan. Ketika peluang untuk meraih keuntungan
pribadi memudar, seperti peluang mendapatkan posisi yang menjamin secara
materi, atau mendapatkan gengsi dari orang lain, maka memudar pula
hasrat mereka untuk melayani umat manusia.
Rasulullah saw, juga merujuk bahaya mentalitas ini. Beliau bersabda:
Janganlah engkau memburu ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk berdiskusi
dengan kaum terpelajar dan membuktikan keunggulanmu di atas mereka,
atau untuk berdebat dengan orang yang bodoh atau untuk menarik perhatian
orang.9
Pada sisi lain, Rasulullah saw memuji orang yang mengajarkan ilmu yang bermanfaat. Sebuah hadits menerangkan :
Allah menurunkan rahmat kepada mereka yang mengajarkan orang lain ilmu yang bermanfaat.10
Sadar akan rahmat yang akan diterimanya, antusiasme dan
motivasi tulus yang dirasakan seseorang yang percaya pada Allah akan
membuka pandangan baru baginya, baik dalam bidang sains, maupun dalam
banyak bidang kehidupan lainnya, seperti seni, budaya, dan lain-lain.
Semangat ini tidak akan pernah memudar, bahkan akan semakin kuat.
BAB 2 AGAMA MEMBIMBING SAINS PADA JALAN YANG BENAR
Sains adalah penyelidikan terhadap dunia materi yang kita tinggali
melalui pengamatan dan percobaan. Oleh karena itu, melalui aktivitas
penyelidikan, sains akan menghasilkan berbagai kesimpulan berdasarkan
informasi yang dikumpulkan lewat pengamatan dan percobaan. Akan tetapi,
setiap disiplin ilmu juga mempunyai norma-norma tertentu yang harus
diterima begitu saja tanpa verifikasi lebih lanjut. Dalam literatur
ilmiah, norma-norma ini disebut “paradigma.”
Paradigma ini memetakan “arah” semua penyelidikan ilmiah
yang terkait. Sebagaimana diketahui, langkah per-tama penyelidikan
ilmiah adalah perumusan “hipotesis.” Untuk memulai topik penelitian,
para ilmuwan harus mem-bentuk sebuah hipotesis, kemudian mengujinya
secara ilmiah. Jika pengamatan dan eksperimen membenarkan hipotesis
tersebut, maka “hipotesis” ini disebut “prinsip atau hukum.” Jika
hipotesis tidak terbukti, maka hipotesis-hipotesis baru diuji dan proses
berlanjut.
Perumusan hipotesis, yang merupakan langkah awal dalam
proses ilmiah, amat bergantung pada sudut pandang sang ilmuwan. Sebagai
contoh, jika para ilmuwan menganut suatu pandangan, mereka bisa
mendasarkan pekerjaan pada hipotesis bahwa “materi mempunyai
kecenderungan untuk mengatur diri tanpa keterlibatan perantara yang
sadar.” Kemudian, mereka akan melakukan penelitian bertahun-tahun untuk
memverifikasi hipotesis itu. Namun, karena materi tidak memiliki
kemampuan tersebut, maka semua usaha mereka gagal. Lebih jauh, jika para
ilmuwan ini bersikeras mempertahankan hipotesis mereka, penelitian
mungkin akan berlanjut selama bertahun-tahun, dan bahkan beberapa
generasi. Namun, hasil akhirnya tetap saja suatu pemborosan waktu dan
sumber daya yang sangat besar.
Akan tetapi, jika titik asumsi adalah gagasan bahwa
“mustahil bagi materi untuk mengatur dirinya sendiri tanpa perencanaan
sadar,” penelitian ilmiah pasti akan mengikuti suatu jalan yang lebih
produktif, cepat, dan efisien.
Masalah ini, yaitu penetapan hipotesis yang sesuai,
memerlukan sumber yang sepenuhnya berbeda daripada data ilmiah
semata-mata. Identifikasi tepat sumber ini sangat penting. Sebab,
seperti yang diterangkan dalam contoh di atas, kesalahan dalam
mengidentifikasi sumber dapat mengakibatkan kerugian waktu
bertahun-tahun, berdekade-dekade bahkan berabad-abad, bagi dunia sains.
Sumber yang dicari adalah perwujudan kehendak Allah kepada
manusia. Allah adalah Pencipta alam semesta, bumi dan semua makhluk
hidup, oleh karena itu, pengetahuan yang paling akurat dan tak
terbantahkan tentang hal ini berasal dari-Nya. Dalam hal ini, Allah
telah mengungkapkan kepada kita informasi penting tersebut dalam Al
Quran. Hal yang paling mendasar adalah:
1) Allah telah ciptakan alam semesta dari ketiadaan. Tidak
ada satu pun yang terbentuk sebagai hasil kejadian acak, atau dengan
kehendaknya sendiri. Oleh karenanya, tak ada kejadian acak yang tidak
teratur di alam atau alam semesta. Yang ada hanyalah sebuah keteraturan
sempurna yang diciptakan dengan rancangan cerdas.
2) Materi alam semesta, dan terutama bumi yang kita
tinggali, secara khusus telah dirancang untuk mendukung kehidupan
manusia. Ada tujuan tertentu dalam pergerakan bintang, planet dan bulan,
dalam hamparan geografis bumi, dan dalam sifat air atau atmosfer, yang
memungkinkan ke-hidupan manusia berlangsung.
3) Semua bentuk kehidupan ada karena diciptakan Allah. Allah
menciptakan semua makhluk hidup. Lebih dari itu, semua makhluk
berperilaku berdasarkan inspirasi dari Allah, seperti yang dikutip dalam
ayat Al Quran yang mengambil contoh lebah madu. Ayat tersebut dimulai
dengan, “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah….” (QS. An- Nahl, 16: 68)
Ini adalah kebenaran absolut yang disampaikan Allah kepada
manusia dalam Al Quran. Pendekatan sains yang di-dasari fakta ini tak
pelak lagi akan mengarah pada kemajuan luar biasa dan memberikan
keuntungan bagi umat manusia. Banyak contoh hal ini dalam sejarah.
Dengan menempatkan sains pada posisi yang benar, barulah ilmuwan muslim —
yang pada saat itu membentuk peradaban terbesar di dunia — dimungkinkan
dapat menyumbangkan keberhasilan besar pada abad ke-9 dan ke-10. Di
Barat, pelopor dalam seluruh bidang sains dari fisika, ki-mia, astronomi
hingga biologi dan paleonto-logi, adalah para ilmuwan besar yang
per-caya kepada Tuhan, dan yang melaku-kan peneli-tian untuk
menye-lidiki apa yang di-ciptakan Allah.
Einstein juga menya-takan bahwa ilmuwan ha-rus bersandar pada sumber religius ketika mengembang-kan tujuan mereka:
Meskipun agama mungkin yang menentukan tujuan, namun ia telah belajar
dari sains — dalam pengertian yang paling luas — apa yang akan berperan
untuk pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Tetapi sains hanya dapat
diciptakan oleh mereka yang secara menyeluruh diilhami dengan cita-cita
ke arah kebenaran dan pemahaman. Ternyata, sumber perasaan ini muncul
dari lingkungan agama… saya tak bisa menyebut-kan ilmuwan sejati yang
tidak memiliki keimanan mendalam.11
Akan tetapi, sejak pertengahan abad ke-19, masyarakat ilmiah
telah memisahkan diri dari sumber ilahiah, dan berada di bawah pengaruh
filosofi materialis.
Materialisme, gagasan yang berasal dari kebudayaan Yunani
Kuno, mempertahankan pendapat bahwa keberadaan materi itu absolut dan
mengingkari Tuhan. Pandangan materialisme lambat laun memengaruhi
masyarakat ilmiah. Dimulai pada pertengahan abad ke-19, sejumlah besar
penyelidikan ilmiah telah diadakan untuk mendukungnya. Untuk tujuan ini,
banyak teori dirumuskan, seperti “model alam semesta tanpa batas”, yang
menyatakan bahwa alam semesta ada sejak waktu tanpa batas; teori
evolusi Darwin yang meyakini bahwa kehidupan terjadi secara kebetulan,
atau pandangan Freud yang mempertahankan pendapat bahwa pemikiran
manusia terdiri dari otak saja.
Setelah merenungkan semua itu, kita melihat bahwa klaim yang
di-ajukan materialisme tidak lain adalah suatu pemborosan waktu sains.
Selama beberapa dekade, banyak ilmuwan mengerahkan usaha terbaik mereka
untuk membuktikan satu di antara klaim-klaim tersebut, tetapi hasilnya
selalu membuktikan mereka salah. Temuan-temuan membenar-kan pernyataan
Al Quran bahwa alam semesta telah diciptakan dari ke-tiadaan, bahwa ia
khusus dirancang untuk kehidupan manusia, dan bahwa mustahil kehidupan
untuk ada dan berkembang secara kebetulan.
Sekarang, mari kita pikirkan fakta ini satu per satu.
Kerugian Sains yang Disebabkan Obsesi Materialisme
dengan Model “Alam Semesta Tanpa Batas”
Sampai awal abad ke-20, pendapat konvensional masyarakat
ilmiah, yang saat itu di bawah pengaruh materialis, adalah bahwa alam
semesta mempunyai dimensi tanpa batas, bahwa ia sudah ada sejak waktu
tanpa batas, dan akan terus ada selamanya. Menurut pandangan ini, yang
disebut “model alam semesta statis”, alam semesta tidak memiliki
permulaan maupun akhir, dan hanya me-rupakan timbunan ma-teri tak
terbatas. Ber-lawanan dengan fakta bahwa alam semesta te-lah diciptakan,
pandan-gan ini merupakan da-sar bagi filosofi mate-rialis.
Banyak ilmuwan yang mendukung ma-terialisme, atau cende-rung
terhadap filosofi seperti itu, menetapkan “alam semesta tanpa batas”
sebagai model dasar bagi penelitian ilmiah mereka. Aki-batnya, semua
peneliti-an tentang astronomi dan fisika bergantung pada hipotesis bahwa
materi ada tanpa batas waktu. Selama beberapa waktu, banyak ilmuwan
bekerja susah payah tanpa hasil. Akhirnya sains terbukti telah
meninggalkan gagasan yang salah itu.
Ilmuwan Belgia, Georges Lemaître, merupakan orang pertama
yang menyadari ketidaktepatan model “alam se-mesta tanpa batas”, dan
mendalilkan alternatif ilmiah untuk itu. Berdasarkan perhitungan Ilmuwan
Rusia, Alexandre Friedmann, Lemaître mengumumkan bahwa alam semesta
benar-benar mempunyai awal, dan bahwa ia berkembang sejak awal kejadian.
Dia juga menyatakan bahwa sisa-sisa radiasi dari awal kejadian dapat
dideteksi.
Di sini, harus dicatat bahwa Georges Lemaître adalah juga
seorang pendeta. Lemaître betul-betul percaya bahwa “alam semesta telah
diciptakan Allah dari ketiadaan.” Oleh karena itu, pendekatannya
terhadap sains sangat berbeda dengan para penganut materialisme.
Tahun-tahun berikutnya, ketepatan asumsi yang diajukan
Lemaître terbukti. Mula-mula, astronom Amerika bernama Edwin Hubble,
dengan teropong bintang raksasanya menemukan bahwa bintang bergerak
menjauh, bukan hanya dari kita namun juga antar-bintang itu sendiri. Ini
berarti bahwa alam semesta mengembang dan tidaklah statis seperti
diasumsikan para materialis.
Sebetulnya, jauh sebelum itu, Albert Einstein telah
memperhitung-kan secara teoretis bahwa alam semesta tidak mungkin
statis. Namun, dia menyimpan teori itu, karena perhitungannya tidak
sejalan dengan “model alam semesta statis” yang sedang secara luas
diakui masa itu. Bahkan, ilmuwan genius terbesar abad itu merasa
terintimidasi oleh dogmatisme pandangan materialis, sehingga memilih
untuk tidak mengungkapkan penemuan penting. Di kemudian hari, Einstein
menyatakan pilihannya itu sebagai “kekeliruan terbesar dalam kariernya”.
Ada kebenaran penting lainnya yang ditunjukkan oleh
perluasan alam semesta: jika alam semesta menjadi lebih besar sejalan
dengan waktu, maka mundur dalam waktu berarti alam semesta menjadi lebih
kecil. Ber-arti, jika kita kembali ke masa lalu cukup jauh, segalanya
akan menyusut dan memusat ke sebuah titik tunggal. Perhitungan
menunjukkan bahwa titik tunggal ini harus memiliki volume nol. Alam
semesta terbentuk sebagai hasil ledakan dari titik ini, sebuah ledakan
yang kemudian dikenal dengan nama “Big Bang.”
Pengacuan pada ledakan titik yang mempunyai volume nol tidak
lain hanyalah suatu istilah teoretis. Istilah volume nol adalah kata
lain dari “ketiadaan.” Keseluruhan alam semesta telah diciptakan dari
“tidak ada apa-apa.”
Teori Ledakan Dahsyat (Big Bang) dengan jelas menunjukkan
bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan. Meskipun demikian, bukti
ilmiah lebih lanjut diperlukan agar teori tersebut dapat diterima secara
luas. Pada tahun 1948, George Gamov mengemukakan bahwa jika alam
semesta terbentuk dari ledakan Big Bang — seperti diusulkan Lemaître —
maka harus ada sejumlah tertentu radiasi yang tertinggal setelah ledakan
tersebut, dan bahwa radiasi ini harus seragam di seluruh alam semesta.
Konfirmasi ilmiah dari dalil Gamov muncul kemudian. Tahun
1965, dua peneliti bernama Arno Penzias dan Robert Wilson menemukan sisa
radiasi itu yang disebut “radiasi latar belakang kosmik.” Radiasi
tersebut tidak hanya di satu tempat tetapi terbagi rata di seluruh alam
semesta. Segera disadari bahwa radiasi ini merupakan gaung peristiwa
“Big Bang,” dan masih bergema sejak awal le-dakan besar itu. Penzias dan
Wilson meraih hadiah Nobel un-tuk penemuan mereka.
Tahun 1989, Badan Antarik-sa dan Penerbangan Amerika (NASA),
meluncurkan satelit bernama COBE ke ruang angkasa untuk meneliti
radiasi latar belakang kosmik. Dalam beberapa menit, pemindai satelit
yang sen-sitif memberikan pembenaran atas pengukuran Penzias dan Wilson.
Penemuan bukti yang mene-gaskan alam semesta tercipta dari
ketiadaan dalam "Big Bang" meng-guncang ilmuwan materialis. Mereka
menyaksikan runtuhnya penelitian, hipotesis dan teori tanpa dasar mereka
satu demi satu. Ahli filsafat ateis yang terkenal, Antony Flew, memberi
komentar mengenai situasi ini:
Jelas sekali, pengakuan itu baik bagi jiwa. Oleh karena itu, saya akan
mulai dengan mengakui bahwa penganut ateis Stratonis harus merasa malu
dengan konsensus kos-mologis mutakhir ini. Sebab tampaknya para ahli
kosmo-logi menyediakan bukti ilmiah untuk apa yang dianggap St. Thomas
tidak terbukti secara filosofis; yaitu, bahwa alam semesta mempunyai
awal mula. Selama alam se-mesta dapat dianggap tidak hanya tanpa akhir,
namun juga tanpa permulaan, akan tetap mudah untuk mendesak bahwa
keberadaannya yang tiba-tiba, dan apa pun yang ditemukan menjadi
ciri-cirinya yang paling mendasar, harus diterima sebagai penjelasan
akhir. Meskipun saya memercayai bahwa teori itu (alam semesta tanpa
batas) masih benar, tentu saja tidak mudah atau nyaman untuk
mempertahankan posisi ini di hadapan kisah “Big Bang.”12
Seperti dijelaskan pada contoh di atas, jika seseorang
secara membuta meyakini materialisme, dia enggan meng-akui bukti apa pun
yang tidak mendukungnya. Walau harus mengakui fakta, dia tetap
memegang teguh komit-mennya terhadap materialisme.
Pada sisi lain, banyak ilmuwan — yang tidak bertekad mutlak
menyangkal keberadaan Tuhan — saat ini mengakui bahwa Allah Yang
Mahakuasa, menciptakan alam semesta. Sebagai contoh adalah seorang
ilmuwan Amerika, William Lane Craig, yang dikenal untuk penelitiannya
mengenai “Big Bang”:
Tentu saja, mengingat kebenaran peribahasa ex nihilo nihil fit (dari
kekosongan, muncul kekosongan), Big Bang memerlukan penyebab
supranatural. Karena singularitas kosmologis awal menunjukkan terminus
(batas akhir) dari semua trayek ruang dan waktu, tidaklah mungkin ada
penyebab fisik Big Bang. Penyebabnya tentulah melampaui ruang fisik dan
waktu: ia tentulah independen dari alam semesta, dan mahakuat tak
terkira. Dan tentulah penyebabnya adalah zat tunggal, berkemauan
bebas... Penyebab alam semesta tentulah pencipta tunggal, yang pada
sekian waktu lalu telah menghadirkan alam semesta dengan kehendak-Nya
sendiri.13
Kesimpulan penting lain yang dapat ditarik dari teori
Ledakan Dahsyat (Big Bang) adalah, seperti yang telah dise-butkan
sebelumnya, bahwa suatu pendekatan ilmiah yang didasarkan pada
pengetahuan ilahiah akan berhasil me-ngungkapkan misteri alam semesta.
Ilmuwan yang berpijak pada filosofi materialis dan mengajukan model
“alam se-mesta tanpa batas”, tak mampu membuktikan teori itu, mes-kipun
sudah mengerahkan seluruh upaya terbaik mereka.
Namun, teori Ledakan Dahsyat yang dikembangkan Georges
Lemaître, dan yang didasarkan pada sumber ilahiah, mendukung ke-majuan
ilmiah dan membantu menyingkap asal-usul sejati alam semesta. Akhirnya,
sains menyajikan bukti ilmiah dari apa yang telah didukung sejak semula
oleh sumber religius.
Kalau kita menengok sejarah sains abad ke-20, kita akan melihat kejadian serupa pada bidang lain pula.
Kerugian Sains yang Disebabkan oleh Klaim bahwa “Tidak Ada Rancangan di Alam”
Materialis tidak hanya mengusulkan bahwa alam semesta ada
sejak waktu tak terbatas, tetapi juga mengklaim bahwa tidak ada
rancangan atau tujuan di alam semesta. Mereka berargumentasi bahwa
seluruh keseimbangan, keselarasan, dan keteraturan di alam semesta
hanyalah kebetulan. Klaim ini, yang mendominasi dunia sains sejak paro
kedua abad ke-19, menentukan arah penyelidikan ilmiah.
Sebagai contoh, beberapa ilmuwan tertentu mengajukan sebuah
asumsi yang disebut “teori kekacauan” (chaos theory) untuk menunjukkan
bahwa tidak ada rancangan di alam semesta. Menurut teori ini,
keteraturan dapat secara spontan terbentuk dari kekacauan, dan sejumlah
studi ilmiah dilakukan untuk mendukung klaim itu. Perhitungan
ma-tematika, pengkajian ilmu fisika teoretis, percobaan fisik dan kimia,
semua dilakukan untuk menemukan jawaban bagi pertanyaan, “bagaimana
kita dapat menunjukkan bahwa alam semesta adalah produk kekacauan?”
Akan tetapi, setiap penemuan baru semakin menolak “teori
kebetulan dan kekacauan”, dan mengungkap bahwa ada rancangan mahabesar
di alam semesta. Penelitian yang dilakukan sejak tahun 1960 secara
konsisten menunjukkan bahwa semua keseimbangan fisik di alam semesta
dirancang dengan rumit demi kelangsungan hidup di dalammya. Ketika
penelitian dilanjutkan, ditemukan bahwa semua hukum fisika, kimia, dan
biologi, dari gaya fundamental seperti gravitasi dan elektromagnetisme,
serta dari detail struktur atom dan unsur-unsur alam semesta, telah
dirancang dengan tepat sehingga manusia dapat hidup di dalamnya. Ilmuwan
merujuk rancangan luar biasa ini sebagai “Prinsip Antropik”. Dengan
prinsip ini, setiap detail alam semesta secara cermat diatur untuk
memungkinkan kehidupan manusia.
Dengan temuan-temuan ini, aturan yang semula ditekankan
kepada masyarakat ilmiah oleh filosofi materialis, yang
menggembar-gemborkan bahwa “alam semesta adalah setumpuk materi tanpa
arti dan tujuan yang terjadi secara kebetulan”, terungkap sebagai
pemikiran keliru dan tak ilmiah. Ahli biologi molekular yang terkemuka,
Michael Denton, menyatakan komentar berikut dalam bukunya, Nature's
Destiny: How the Laws of Biology Reveal Purpose in the Universe:
Gambaran baru yang muncul dalam astronomi abad ke-20, menyajikan
tantangan dramatis bagi kepercayaan yang dianggap lazim dalam lingkungan
ilmiah selama empat abad terakhir: bahwa kehidupan adalah fenomena
sepele dan semata-mata peristiwa kebetulan dalam skema kosmik... Bukti
yang disajikan oleh kosmologi modern dan ilmu fisika adalah bukti yang
sama yang dicari para teologis alami pada abad ketujuh belas tetapi
gagal menemukannya dalam sains di zaman mereka. 14
“Teologis alami” (natural theologians) yang disebutkan di
atas adalah ilmuwan yang taat beragama dari abad ke-17 dan ke-18 yang
berusaha keras untuk meruntuhkan ateisme dengan alasan ilmiah, yaitu
membuktikan keberadaan Tuhan. Namun, seperti yang dinyatakan pula pada
kutipan di atas, karena pengetahuan ilmiah pada waktu itu ber-derajat
rendah, sulit bagi mereka membuktikan kebenaran yang mereka yakini. Dan
materialisme dengan dukungan sains tingkat primitif yang sama,
mengembangkan otoritas dalam dunia ilmiah. Namun, sains abad ke-20 telah
mem-balikkan haluan, dan menyajikan bukti nyata bahwa alam semesta
diciptakan oleh Allah.
Dalam hal ini, masalah nyata yang harus diper-timbangkan
adalah jumlah waktu luar biasa yang disia-siakan dalam penelitian untuk
membuktikan khayalan materialis bahwa, “tidak ada tujuan dan rancangan
di alam semesta”. Semua teori, rumusan, penelitian dalam ilmu fisika
teoretis, persamaan matematika, dan sebagainya, pada akhirnya terbukti
merupakan usaha yang tidak berharga dan sia-sia. Sama seperti ideologi
rasisme yang membawa bencana bagi umat manusia dengan mendorong
pecahnya Perang Dunia II, demikian juga ideologi materialis menyeret
dunia ilmu pengetahuan ke dalam kegelapan.
Namun, andaikan masyarakat ilmiah dahulu men-dasarkan usahanya bukan
pada konsep materialisme, me-lainkan pada kenyataan bahwa alam semesta
diciptakan oleh Allah, penelitian ilmiah tentu melaju ke arah yang
benar.
Kerugian Sains yang Disebabkan oleh Usaha Sia-sia untuk Membuktikan Teori Evolusi
Contoh yang paling informatif dari kesalahan orientasi dalam
sains adalah penerimaan Teori Evolusi Darwin. Sejak diperkenalkan dalam
agenda studi ilmiah sekitar 140 tahun lalu, teori ini benar-benar
merupakan kesalahan terbesar yang dilakukan dalam sejarah sains.
Teori evolusi menekankan bahwa kehidupan berasal dari
konfigurasi materi tak-hidup melalui peristiwa ke-betulan. Lebih jauh,
teori tersebut mengklaim bahwa organisme yang telah terbentuk secara
kebetulan berevolusi menjadi makhluk lain, lagi-lagi secara kebetulan.
Usaha bersama mencari pembenaran ilmiah untuk skenario ini menjadi pusat
perhatian selama satu setengah abad terakhir. Namun demikian,
ironisnya, hasil yang diperoleh membuktikan sebaliknya. Bukti ilmiah
telah menunjukkan bahwa evolusi itu tidak pernah terjadi, bahwa
perubahan bentuk yang berangsur-angsur dari satu jenis ke jenis lain
adalah tidak mungkin, dan bahwa setiap jenis makhluk hidup telah
diciptakan dengan unik dan dalam bentuknya yang sekarang ini.
Namun, sekalipun semua bukti berbicara lain, evolusionis
tetap melakukan studi dan eksperimen tak terhitung banyaknya, menulis
buku berjilid-jilid yang melulu berisi pemikiran keliru dan kesalahan,
men-dirikan institusi, mengadakan konferensi, dan mengudarakan program
televisi, untuk membuktikan evolusi. Eksploitasi ribuan ilmuwan serta
uang dan sumber daya yang tak terukur untuk pernyataan yang tidak dapat
dibuktikan, jelas merupakan kerugian serius bagi umat manusia. Kalau
saja sumber daya ini diarahkan dengan baik, kerugian seperti itu tidak
akan jadi terjadi. Alih-alih, langkah besarlah yang dicapai, dan hasil
nyata diperoleh pada bidang studi ilmiah yang lebih relevan.
Pada sisi lain, sejumlah ilmuwan atau pemikir sudah
menyadari betapa seriusnya kesalahan teori evolusi. Sebagai contoh, ahli
filsafat Inggris, Malcolm Muggeridge, berkomentar sebagi berikut:
Saya sendiri yakin bahwa teori evolusi, terutama sejauh mana teori
tersebut diterapkan, akan menjadi salah satu lelucon besar dalam buku
sejarah di masa datang. Generasi mendatang akan terheran-heran betapa
sebuah hipotesis yang begitu lemah dan meragukan dapat diterima begitu
saja.15
Ilmuwan Scandinavia, SøRen Løvtrup, menyatakan komentar berikut dalam bukunya Darwinism: The Refutation of a Myth:
Saya kira tidak ada orang yang menyangkal betapa ruginya jika seluruh
cabang ilmu pengetahuan menjadi kecanduan teori palsu. Tetapi inilah
yang telah terjadi dalam biologi. Sudah lama orang-orang mendiskusikan
masalah evolusi dengan kosakata khas Darwinian 'adaptasi', 'tekanan
seleksi', 'seleksi alam', dan lain-lain sampai-sampai mereka percaya
bahwa istilah-istilah itu benar-benar menjelaskan peristiwa alam.
Sesungguhnya tidak… Saya percaya bahwa suatu hari Mitos Darwin akan
digolongkan sebagai penipuan terbesar di dalam sejarah ilmu
pengetahuan.16
Bahkan sejumlah ilmuwan evolusioner telah menyadari bahwa
teori yang mereka dukung tidak sesuai dengan fakta, dan merasa tak
nyaman karenanya. “Menghidupkan terus teori (evolusi) masa kini sebagai
dogma tidak akan mendorong kemajuan ke arah penjelasan yang lebih
memuaskan tentang fenomena alam yang diamati”17, ujar ilmuwan
evo-lusionis Paul R. Ehrlich dalam suatu wawancara dengan Science.
Meski-pun secara tidak langsung, dia mengakui bahwa ketaatan buta pada
teori evolusi membahayakan sains.
Sekarang, mari kita lihat usaha sia-sia yang dilakukan untuk
men-dukung klaim teori evolusi yang tidak ilmiah, yang tidak memberi
sains apa-apa kecuali kerugian besar dalam waktu dan sumber daya.
Kerugian Sains yang Disebabkan oleh Klaim bahwa “Materi Tak-Hidup Dapat Membentuk Kehidupan”
Apa asal mula kehidupan? Apa yang membedakan burung atau jerapah dari batu, air, bumi, yang merupakan benda mati?
Jawaban dari pertanyaan ini telah membuat penasaran orang
sejak zaman dahulu. Ada dua pendapat utama. Gagasan pertama adalah, ada
garis pemisah sangat halus tetapi mudah ditembus antara benda hidup dan
benda mati, dan bahwa kehidupan dapat secara spontan muncul dari benda
mati. Dalam literatur ilmiah, pandangan ini disebut “abiogenesis”.
Gagasan kedua menyatakan bahwa ada pembatas yang tak bisa
ditembus antara benda hidup dan benda mati. Menurut pandangan ini,
organisme hidup mustahil dapat berkembang dari benda mati, dan suatu
bentuk kehidupan dapat muncul hanya dari bentuk kehidupan lain.
Pandangan ini yang diringkas menjadi “kehidupan hanya berasal dari
kehidupan” disebut “biogenesis”.
Yang menarik adalah, gagasan “abiogenesis” dihubungkan
dengan filosofi materialis, sedangkan gagasan “biogenesis” berasal dari
sumber religius. Filosofi materialis selalu berargumentasi bahwa benda
mati dapat menjadi organisme hidup. Ahli filsafat Yunani percaya, bentuk
kehidupan yang sederhana berasal dari benda mati.
Sebaliknya, sumber religius menyatakan bahwa satu-satunya
kuasa yang dapat memberikan kehidupan pada benda mati hanyalah daya
cipta Allah. Dalam ayat Al Quran dinyatakan:
“Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji
buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan
yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikan ialah
Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?” (QS. Al An'aam, 6: 95) !
“Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan
mematikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al Hadiid, 57:
2) !
Pada Abad Pertengahan, ketika pengetahuan manusia tentang
alam masih sangat terbatas, pandangan “abio-genesis” berlaku karena
suatu kesalahan pengamatan. Me-reka yang melihat belatung berkembang di
atas daging yang terbuka, berpikir bahwa kejadian ini “spontan”. Mereka
juga mengira bahwa tikus-tikus keluar secara spontan dari gandum di
lumbung. Kepercayaan ini, yang juga disebut “generasi spontan”, secara
luas diterima sampai abad ke-17.
Namun, eksperimen yang dilakukan oleh dua ilmuwan penting
mengubur gagasan “generasi spontan”. Orang per-tama dari mereka adalah
Francisco Redi. Dengan ekspe-rimen yang dilakukannya pada tahun 1668,
Redi menunjuk-kan bahwa belatung yang tampak di atas daging tidak
ter-bentuk secara spontan, tetapi berasal dari lalat yang bertelur di
atas daging. Dengan penemuan ini, pendukung paham “abiogenesis” mundur
dan menyatakan bahwa yang diha-silkan dari benda mati bukanlah organisme
berukuran besar seperti belatung atau kodok, melainkan mikroba yang tak
kasat mata. Debat tentang hal ini berlangsung terus selama dua abad
berikutnya. Ahli biologi Prancis, Louis Pasteur, akhirnya menunjukkan
me-lalui suatu rangkaian eksperimen, bahwa mikroba tidak dapat
berkembang dari benda mati pula. Pasteur meringkas kesimpulannya dalam
kata-kata berikut:
Dapatkah materi mengatur dirinya sendiri? Dengan kata lain, dapat-kah
organisme hadir ke dunia tanpa orang tua, tanpa nenek moyang? Itu
pertanyaan yang harus dipecahkan…. Tidak ada keadaan yang diketahui saat
ini di mana seseorang dapat menyatakan bahwa makhluk mikroskopis muncul
tanpa sel.18
Redi dan Pasteur memiliki satu kesamaan. Kedua ilmuwan itu
percaya akan keberadaan Tuhan, dan bahwa hidup itu diciptakan oleh-Nya.
Kepercayaan mereka berperan penting dalam kesadaran mereka akan
kejanggalan gagasan abiogenesis. Meskipun sejumlah ilmuwan yang berada
di bawah pengaruh materialisme (evolusionis seperti Darwin, Haeckel,
dll.) menganut pandangan abiogenesis, namun ilmuwan-ilmuwan lain yang
mendekati sains dengan wawasan yang benar, menyadari fakta “biogenesis”.
Namun, ilmuwan evolusionis terus menentang kenya-taan yang
sudah jelas ini. Ketaatan buta mereka pada filosofi materialis menarik
mereka ke dalam pergulatan sia-sia yang berlangsung seabad. Dua ilmuwan
materialis, Alexander Oparin dan J. B. Haldane, memperkenalkan gagasan
“evolusi kimia”. Menurut Oparin dan Haldane, abiogenesis tidak terjadi
dalam waktu singkat, tetapi dalam periode yang lama. Karena bertentangan
dengan hukum-hukum ilmiah tertentu, terutama Hukum Kedua Termodinamika,
klaim ini membawa dunia sains ke dalam kemacetan dan kerugian waktu.
Sepanjang abad, sejumlah ilmuwan melakukan eksperimen yang
berbasis hipotesis evolusi kimia, atau berupaya keras untuk mendukung
klaim tersebut dengan teori baru. Pelbagai laboratorium raksasa,
institusi besar, dan divisi universitas dikerahkan untuk itu. Namun,
semua usaha ini berakhir dalam kegagalan. Prof. Klaus Dose, evolusionis
terkenal yang menjabat Direktur Institut Biokimia di Universitas
Johannes-Gutenberg mengakui, semua usaha untuk membuktikan klaim bahwa
benda mati memproduksi benda hidup tidak berhasil.
Lebih dari 30 tahun percobaan mengenai asal usul kehidupan dalam bidang
evolusi kimia dan molekular, telah menghasilkan persepsi lebih baik
tentang besarnya permasalahan tentang asal kehidupan di bumi alih-alih
solusinya. Sekarang ini semua diskusi tentang teori prinsip dan
eksperimen dalam bidang itu berakhir pada jalan buntu atau pengakuan
ketidaktahuan.19
Seandainya dunia sains tidak terobsesi dengan gagasan
“abiogenesis” dan pemikiran keliru materialis, semua usaha yang
dilakukan atas nama “evolusi kimia” itu dapat disalurkan ke bidang yang
lebih produktif. Seandainya masyarakat ilmiah memulai dengan kesadaran
bahwa kehidupan diciptakan oleh Allah, dan hanya Allah yang berkuasa
untuk memberikan kehidupan, maka semua waktu, uang dan sumber daya
manusia yang terbuang itu dapat dihindarkan. Dan dengan demikian, sains
dapat berkonsentrasi pada penelitian dan penemuan baru yang berguna bagi
umat manusia, daripada berusaha membuktikan mitos Yunani Kuno.
Kini, masyarakat ilmiah telah menunjukkan bahwa benda mati
tidak dapat mengatur diri melalui peristiwa acak, dan kemudian bergabung
dengan benda mati lainnya untuk membentuk sel kompleks dan sempurna.
Sudah jelas pula bahwa jutaan bentuk kehidupan yang kita lihat di
sekitar kita tidak mungkin terbentuk dari sel-sel yang bergabung secara
kebetulan, seperti yang diklaim evolusionis. Tentu saja mawar, merak,
harimau, semut, dan semua makhluk hidup lainnya, mustahil muncul oleh
kehendak sel-sel tak sadar yang tersusun dari kombinasi atom tak sadar.
Seorang ilmuwan yang melakukan studi mendalam tentang hal ini tidak
mungkin merupakan hasil keputusan umum yang diambil oleh atom-atom tak
sadar. Mustahil bagi atom-atom tak sadar untuk mengem-bangkan seorang
manusia berkesadaran penuh.
Dalam hal ini, ratusan tahun lalu telah dinyata-kan dalam Al-Quran bahwa
kehidupan telah dicipta-kan oleh Allah dari “tidak ada apa-apa”, bahwa
Allah-lah satu-satunya yang menghidupkan, dan tidak ada selain Allah
yang berkuasa “memberikan kehidupan”. Jika sains menemukan implikasi
dari fakta yang disampaikan Allah kepada umat manusia, ia tidak mungkin
“membuang-buang waktu” dalam penelitian yang tidak menentu selama itu.
Kerugian Sains yang Disebabkan oleh Usaha-Usaha untuk Membuktikan Klaim “Evolusi Spesies”
Ada jutaan spesies yang hidup di bumi, dan spesies-spesies
ini berbeda satu dengan lainnya dalam satu atau banyak hal. Sebagai
contoh, lihatlah kuda, burung, ular, kupu-kupu, ikan, kucing, kelelawar,
cacing, semut, gajah, nyamuk, lebah, lumba-lumba, bintang laut,
ubur-ubur, unta... Semua bentuk kehidupan ini sangat berbeda satu sama
lain dalam karakteristik fisik, habitat, teknik berburu, taktik
pertahanan, kebiasaan makan, reproduksi, dan seterusnya.
Jadi, bagaimana makhluk-makhluk ini muncul?
Seseorang yang merenungkan pertanyaan ini dengan
memanfaatkan kemampuan nalarnya, akan melihat bahwa semua makhluk hidup
diran-cang, dan itu berarti diciptakan. Setiap rancangan membuktikan
kebera-daan perancang cerdas yang memproduksinya. Makhluk hidup, seperti
semua contoh rancangan lainnya di alam, membuktikan keberadaan Allah.
Kebenaran ini telah diungkapkan kepada kita melalui agama.
Dalam Al Quran, kita diberitahu bagaimana makhluk menjadi hidup: Semua
makhluk hidup telah diciptakan oleh Allah. Allah, dengan daya cipta-Nya
yang unik serta pengetahuan tanpa batas, melengkapi makhluk ciptaan-Nya
dengan karakteristik beraneka ragam. Dan dengan cara ini Dia menunjukkan
kekuasaan, kebijaksanaan dan pengetahuan-Nya yang tanpa batas kepada
manusia. Sebagian ayat yang mengacu pada penciptaan makhluk hidup
menyatakan:
“Dan di antara ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan)-Nya ialah
men- ciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata yang
Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Mahakuasa mengumpulkan semuanya
apabila dikehendaki-Nya.” (QS. Asy- Syuura, 42: 29) !
“Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian
dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan
dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki.
Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah
Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. An- Nuur, 24: 45) !
“Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia
meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak
menggoyangkan kamu; dan memperkembangbiakkan padanya segala macam jenis
binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan
padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik. Inilah ciptaan Allah,
maka perlihatkanlah oleh-mu kepada-Ku apa yang telah diciptakan oleh
sembahan-sembahan (mu) selain Allah. Sebenarnya orang-orang yang zhalim
itu berada di dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Luqman, 31: 10-11) !
“Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar ter-dapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman. Dan pada penciptaan
kamu dan hewan-hewan yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini.” (QS. Al
Jaatsiyah, 45: 3-4) !
Setelah menyadari kenyataan penciptaan, ilmuwan me-netapkan
berbagai disiplin ilmu, seperti biologi, anatomi, dan paleontologi.
Ilmuwan terkenal, seperti Carl Linnaeus, yang menggolongkan dunia
makhluk hidup di bawah kelas-kelas tertentu dan dikenal sebagai “Bapak
Taksonomi”; Georges Cuvier, penemu ilmu fosil dan anatomi komparatif;
Gregor Mendel, penemu ilmu genetika yang merumuskan hukum-hukum
penurunan karakteristik fisik; atau Louis Agassiz, yang dianggap sebagai
ahli biologi terbesar Amerika di abad ke-19, semua mempraktikkan sains
dengan kesadaran bahwa semua spesies makhluk hidup diciptakan Allah.
Kemudian, dengan pengenalan teori evolusi Charles Darwin,
dunia sains tenggelam dalam usaha untuk mem-buktikan bahwa “spesies
berevolusi dari spesies lainnya”. Usaha ini menyebabkan para ilmuwan
menyibukkan diri mereka dalam sejumlah penyelidikan tanpa hasil. Dalam
penggalian fosil yang dilakukan di seluruh dunia, ilmuwan mencari fosil
makhluk antara yang hidup pada waktu yang tidak ada dalam sejarah. Lebih
jauh, skenario khayalan telah dibuat untuk menjelaskan bagaimana
spesies tertentu ber-evolusi menjadi spesies lain. Jurnal-jurnal sains
menerbitkan skenario ini, dan pada akhirnya, skenario ini diajarkan
kepada siswa-siswa di sekolah.
Kutipan sebagian skenario ini dapat membantu menunjukkan
bagaimana para evolusionis merusak sains dengan fantasi liar mereka.
Sebagai contoh, sebuah artikel evolusionis menceritakan transisi reptil
menjadi mamalia, sebagai berikut:
Sebagian reptil di daerah dingin mulai mengembangkan metode untuk
mempertahankan keha-ngatan tubuh mereka. Panas tubuh mereka meningkat
dalam cuaca dingin, dan hilangnya panas tubuh akan ber-kurang ketika
sisik mereka mengecil dan meruncing, dan berevolusi menjadi bulu.
Berkeringat juga suatu adaptasi untuk mengatur temperatur tubuh, suatu
cara untuk mendi-nginkan tubuh bila perlu dengan cara menguapkan air.
Tetapi secara kebetulan anak reptil mulai menjilat keringat induknya
untuk makanan. Kelenjar keringat tertentu mulai mengeluarkan cairan yang
semakin kaya nutrisi, dan pada akhirnya menjadi air susu. Dengan begitu
anak-anak mama-lia awal dapat memulai kehidupannya dengan lebih baik.20
Untuk mendukung hipotesis evolusioner ini, ribuan ilmuwan
membuang-buang waktu mereka untuk mencari bukti-bukti ilmiah yang
penting bagi kejadian mustahil, seperti perubahan keringat menjadi air
susu, dan perubahan sisik menjadi bulu binatang. Pada kenyataannya,
tidak satu pun perubahan ini mungkin terjadi. Terutama, mustahil air
susu ibu yang mengandung segala zat yang diperlukan bayi berevolusi dari
“keringat”, seperti dinya-takan di atas. Air susu ibu (ASI) adalah
suatu zat yang diatur menurut kebu-tuhan bayi, dan kandungannya
dise-suaikan dengan tahapan perkembangan bayi. Semua yang dibutuhkan
bayi ada pada ASI. Sebagai contoh, pada hari bayi memerlukan kalium,
pada hari itu juga, ASI kaya akan kalium. Demikian pula untuk zat-zat
lainnya yang dibutuhkan bayi sepanjang perkembangannya. Sungguh mustahil
sumber nutrisi seperti ini terbentuk secara kebetulan.
Dengan pembuktian serupa, kom-ponen lain dari pernyataan di
atas, kisah tentang “evolusi sisik reptil menjadi bulu mamalia”, jelas
bertentangan de-ngan fakta ilmiah. Sisik dan bulu mem-punyai struktur
yang sepenuhnya ber-beda:
1. Bulu bersifat folikular; artinya ia tumbuh dari sebuah
kantung. Sisik, di lain pihak, adalah struktur rata dan tipis dalam
kulit. Di samping itu, sisik ber-kembang, tumbuh dan berganti dengan
cara berbeda dibandingkan bulu. Jelas keduanya tidak mempunyai
persamaan.
2. Tidak ada bukti ilmiah yang me-nyatakan bahwa bulu
berevolusi dari sisik. Kaum evolusionis tidak punya bukti fosil untuk
membuktikan klaim ini, sama seperti mereka tidak dapat mengusulkan
mekanisme logis untuk menjelaskan transformasi ini.
Perubahan reptil menjadi mamalia bukan satu-satunya “dongeng” yang tidak
ilmiah. Setiap evolusionis mempunyai “kisah” sendiri. Misalnya, cukup
banyak skenario khayalan telah diajukan tentang bagaimana dino-saurus
berubah menjadi burung. Salah satu skenario ini menyatakan bahwa
sebagian dinosaurus mulai terbang ketika mereka memburu lalat. Pendapat
lain menyatakan bahwa dinosaurus tumbuh sayap ketika mereka melompat
dari pohon ke pohon. Akhirnya, sains terbiasa “membukti-kan” skenario
hasil imajinasi para evolusionis ini. Sejauh ini, sejumlah besar ilmuwan
sudah melakukan pene-litian tentang bagaimana dinosaurus mulai terbang
ketika mereka berlari atau melompat dari pohon ke pohon. Dan mereka
mengha-biskan waktu bertahun-tahun untuk menun-jukkan bagaimana sisik
berubah menjadi bulu burung. Ahli burung evolusionis terkenal, Alan
Feduccia, adalah salah satu ilmuwan ini. Sepanjang hidupnya, dia
meneliti topik ini. Setelah menghabiskan 25 tahun untuk mencari mata
rantai antara dinosaurus dan burung, Feduccia memberikan pengakuan
berikut:
Saya telah mempelajari tengkorak burung selama 25 tahun, dan saya tidak
melihat persamaannya sedikit pun. Saya benar-benar tidak melihatnya...
Asal-muasal burung yang berasal dari theropoda, menurut saya, akan
sangat mempermalukan paleontologi abad ke-20.21
Skenario evolusionis tidak berhenti sampai di sini.
Sebagaimana yang diakui ahli fosil evolusionis, Dr. Colin Patterson,
“Cerita yang beredar luar biasa banyak, sebagian lebih imajinatif
daripada yang lainnya, mengenai bagaimana sebetulnya sejarah [kehidupan]
itu.”22 Evolusionis juga membuat klaim yang fantastis bahwa mamalia
laut, seperti paus dan lumba-lumba, berevolusi dari beruang yang suka
berenang. Lebih jauh lagi, sebagai dasar bagi skenario ini, mereka
membuat teori tentang makhluk setengah beruang/setengah paus, dan bahkan
mengarang cerita tentang “paus berjalan”.
Evolusionis bebas untuk bermimpi dan percaya pada skenario apa pun yang
mereka inginkan. Masalahnya adalah, mereka membuang-buang waktu dan
sumber daya dunia sains dengan harapan dapat membuktikan skenario ini.
Sebagaimana dikatakan ilmuwan evolusionis terkenal lainnya, Pierre Paul
Grassé, mengenai skenario evolusioner ini, “Tidak ada hukum yang
melarang orang melamun, tetapi sains tidak boleh terlena di dalamnya."23
Sains akan terus mengejar mitos selama ilmuwan mendasarkan
studi mereka pada hipotesis yang salah seperti Teori Darwin. Pengakuan
terhadap kenyataan penciptaan, pada sisi lain, akan mengakhiri semua
usaha sia-sia, yang menghambat kemajuan sains ini. Seperti disebutkan di
awal, Setiap makhluk hidup telah diciptakan secara unik oleh Allah.
Karakteristik fisik mereka, kebiasaan makan, teknik berburu, taktik
pertahanan, cara mereka membesarkan keturunan dll., semua menggambarkan
keselarasan sempurna. Tidak ada gunanya menyelidiki kemungkinan
keselarasan ini terjadi secara kebetulan. Kesempurnaan ini tidak mungkin
ada secara acak; hanya kuasa dan kendali Allah, Maha Pencipta, yang
memungkinkannya terjadi. Karena itu, akan jauh lebih bermanfaat untuk
menyelidiki kenyataan yang dapat dibuktikan dan semua perinciannya,
daripada membuat skenario yang sepenuhnya imajiner. Yang terpenting
lagi, penelitian dengan tujuan seperti itu akan membantu kita lebih
mengenal Allah Yang Mahabesar, Pencipta manusia dan alam semesta dari
ketiadaan.
Kebuntuan Mutasi
Teori evolusi kembali menyia-nyiakan waktu sains dan
menyesatkannya dengan pencarian “mutasi yang meng-untungkan”. Mutasi
adalah perubahan yang terjadi di dalam kode genetik organisme melalui
efek radiasi atau zat kimia. Meskipun evolusionis menyatakan bahwa
makhluk hidup berevolusi melalui mutasi, mutasi hampir selalu
ber-bahaya, dan efeknya selalu menyebabkan kerusakan pada organisme.
Kebocoran radiasi di Chernobyl adalah suatu indikasi efek mutasi yang
berbahaya. Setelah bencana ini terjadi, banyak orang menderita penyakit
seperti leukemia dan masalah serius seperti kelahiran abnormal.
Sekalipun sudah jelas mutasi berefek negatif, neo-Darwinisme
tetap mengajukan dua konsep sebagai “mekanisme evolusi”, dan salah
satunya adalah mutasi. Akibatnya, timbul tekad ilmuwan untuk membuktikan
bahwa mutasi dapat men-ciptakan efek menguntungkan pada makhluk hidup
sesuai dengan teori evolusi. Namun, sebagaimana diterangkan di atas,
mutasi selalu berbahaya, dan belum pernah diamati mempu-nyai efek
evolusioner.
Evolusionis dengan gigih merancang model mutasi tiruan, dan
bekerja berpuluh-puluh tahun untuk menemukan mutasi yang menguntungkan.
Sebagai contoh, lalat buah dimutasikan beberapa kali, dengan harapan
lalat-lalat tersebut akan memunculkan “mutasi yang memperbaiki kode
genetik”. Hasilnya adalah kega-galan mutlak. Evolusionis Michael Pitman
mengomentari eksperimen mutasi besar-besaran yang tidak menghasilkan
apa-apa ini:
Morgan, Goldschmidt, Muller, dan ahli genetika lain telah memaparkan
beberapa generasi lalat buah pada kondisi ekstrem seperti panas, dingin,
terang, gelap, dan perlakuan dengan zat kimia dan radiasi. Segala macam
jenis mutasi, baik yang hampir tak berarti maupun yang positif
merugikan, telah dihasilkan. Evolusi buatan manusia? Tidak juga:
sebagian kecil monster buatan ahli-ahli genetika tersebut bisa saja
bertahan hidup di luar botol tempat mereka dikembangbiakkan. Dalam
praktiknya, mutan-mutan tersebut mati, mandul, atau cenderung kembali ke
bentuk asal.24
Evolusionis terkenal, Gordon Taylor, juga menyatakan bahwa 50 tahun hilang untuk eksperimen mutasi.
Pada ribuan eksperimen pengembangbiakan lalat yang dilakukan di seluruh
dunia selama lebih dari 50 tahun, tidak ada spesies baru yang
muncul…bahkan satu enzim baru pun tidak.25
Argumentasi evolusioner dalam bidang ilmiah lain ti-dak
berbeda. Evolusionis mendukung Darwinisme dengan mengabaikan semua bukti
ilmiah, dan kemudian me- nyatakan kebandelan mereka sebagai “ketekunan
ilmiah”. Namun apa yang mereka lakukan bukan ketekunan ilmiah, melainkan
penolakan terhadap sains.
Kebuntuan Fosil
Contoh lain kerugian waktu yang ditimbulkan oleh teori
evolusi terhadap sains adalah kebuntuan paleontologi. Tidak ada keraguan
bahwa studi paleontologi sangat penting agar kita memahami sejarah
kehidupan di bumi. Namun konsep teori evolusi yang keliru telah
memberikan efek negatif pada penelitian fosil dan menyesatkan ilmu-wan.
Terutama, ahli paleontologi yang menyelidiki “asal usul manusia”
terperangkap dalam kebingungan, bahwa semua penelitian yang dilakukan
untuk menemukan "sete-ngah manusia/setengah kera", sepenuhnya merupakan
pemborosan waktu.
Harus disebutkan bahwa penggalian fosil itu dilakukan dalam
kondisi sangat sulit dan memerlukan anggaran besar. Penggalian yang
dilakukan selama satu setengah abad ter- akhir, di gurun-gurun Afrika,
oleh satu regu peneliti, yang harus berkemah selama berbulan-bulan di
bawah sinar matahari terik, dan dengan anggaran lebih dari miliaran
dolar, belum memberikan hasil nyata. Peneliti fosil terkenal, Richard
Leakey dan penulis sains terkenal, Roger Lewin, membuat pengakuan
berikut mengenai kebuntuan studi ini:
Jika seseorang bersu-sah payah mengum-pulkan semua sisa fosil nenek
moyang kita (dan keluarga biologis mereka), yang hidup antara lima
hingga satu juta tahun lalu, dia akan memerlukan sepasang meja saja
untuk menebarkan semua fosil yang pernah ditemukan selama ini. Dan kalau
itu kurang menyedihkan, sebuah kotak sepatu lebih dari cukup untuk
menyimpan temuan-temuan fosil hominid dari lima belas dan enam juta
tahun lalu!26
Semua ini adalah penyia-nyiaan waktu, pengetahuan, tenaga
kerja, uang dan sumber daya, yang dikerahkan dengan kedok “sains”. Di
seluruh dunia, ribuan universitas, organisasi dan institusi ilmiah,
jutaan ilmuwan, instruktur dan mahasiswa, laboratorium, teknisi,
peralatan teknis dan sumber daya yang tak terhitung, telah dikerahkan
untuk melayani pernyataan palsu. Hasil akhirnya benar-benar nihil,
bahkan, temuan-temuan baru terus menyingkapkan kekeliruan hipotesis
evolusioner. Ilmuwan evolusionis, S.J. Jones, dalam sebuah artikel yang
diterbitkan majalah Nature, menjelaskan dilema yang dihadapi
paleoantropologi, studi penelitian fosil untuk mencari asal usul
manusia:
Ahli paleoantropologi tampaknya menutupi kekurangan fosil dengan
kelebihan amarah, dan bidang ini sekarang menjadi satu-satunya sains
yang masih memungkinkan ilmuwan menjadi terkenal hanya dengan
berpendapat. Sebagaimana dikatakan orang yang sinis, dalam paleontologi
manusia, konsensus bergantung pada siapa yang berteriak paling keras.27
Kerugian Sains yang Disebabkan oleh “Mereka yang Mengingkari Rancangan Sempurna di Alam”
Mengingkari fakta penciptaan, atau dengan kata lain “desain”
di alam, sama saja dengan menghambat penelitian ilmiah. Ilmuwan yang
menyadari keberadaan desain di alam akan memanfaatkan studinya untuk
menyelidiki desain ini dan tujuannya. Sebaliknya, evolusionis tidak akan
mempunyai niat itu, karena dia menganggap alam sebagai kum-pulan materi
tanpa tujuan.
Ahli fisika dan filosof Amerika, William Dembski, adalah ilmuwan lain
yang berpendapat bahwa ada sebuah “desain” di alam. Dembski menyatakan
bahwa sudut pandang evolusioner, yang menyangkal keberadaan tujuan di
alam, menghambat kemajuan sains. Dia mengutip istilah evolusionis “DNA
sampah” sebagai contoh. (Menurut hipotesis seorang ilmuwan evolusionis,
“DNA sampah” adalah komponen DNA yang tidak mempunyai informasi genetik
apa pun dan karenanya tidak mempunyai fungsi genetik yang jelas).
Dembski menyatakan:
…Desain bukan penghenti sains. Bahkan, desain dapat memupuk per-tanyaan,
sementara pendekatan evolusioner tradisional menghambat-nya.
Pertimbangkan istilah “DNA sampah”. Istilah ini secara implisit
menyatakan pandangan bahwa karena genome organisme bergabung secara acak
dalam proses evolusi yang panjang dan tidak terarah, genome merupakan
onggokan yang hanya sebagian kecil darinya penting bagi organisme. Jadi,
dengan pandangan evolusioner, kita akan mendapatkan banyak DNA tidak
berguna. Namun, jika organisme dirancang, kita mengharapkan sebanyak
mungkin DNA menunjukkan fungsinya. Dan benarlah, temuan terbaru
menunjukkan bahwa menyebut DNA sebagai “sampah” hanyalah untuk menutupi
ketidaktahuan kita saat ini tentang fungsi. Sebagai contoh, dalam
terbitan terbaru Journal of Theoretical Biology, John Bodnar menguraikan
bagaimana “DNA non-coding dalam genome eukaryotik menerjemahkan bahasa
yang memprogram pertum-buhan dan perkembangan organisme.” Desain
mendorong ilmuwan untuk mencari fungsi, sementara evolusi menghentikan
mereka....
Memasukkan desain dalam sains akan memperkaya kegiatan ilmiah. Semua
sarana yang sudah terbukti benar dalam sains tidak akan sia-sia. Bahkan
desain menambah sarana baru dalam khazanah penjelasan ilmuwan. Lebih
dari itu, desain memunculkan serangkaian perta-nyaan penelitian yang
baru. Setelah kita tahu bahwa sesuatu dirancang, kita ingin tahu
bagaimana ia diproduksi, sampai sejauh mana desain itu optimal, dan apa
tujuannya.28
Jelaslah, kesadaran akan fakta bahwa makhluk hidup
diciptakan oleh Allah membuka jalan baru bagi sains, di samping
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang alam.
Namun, ilmuwan materialis yang menyang-kal daya cipta Tuhan,
mengklaim bahwa semua bentuk kehidupan di alam dihasilkan oleh
peristiwa acak. Dalam pandangan mereka, keberadaan “desain yang
menyimpang” atau “produk yang tidak perlu” sungguh alami di alam
semesta yang terbentuk secara kebetulan. Selama bertahun-tahun, pendapat
keliru ini telah menyebabkan penafsiran yang salah terhadap banyak data
ilmiah, dan menghambat penemuan fakta. Sebagai contoh, seorang ilmu-wan
materialis yang mengamati bulu burung yang ditemukannya di alam, dan
melihat struktur bulu yang tidak simetris, memutuskan bahwa bulu ini
mempunyai bentuk menyim-pang karena terbentuk secara kebetulan. Oleh
karena itu, dia tidak merasa perlu mempelajari struktur bulu yang tidak
simetris itu. Namun bagi ilmuwan yang percaya bahwa Tuhan men-ciptakan
setiap bentuk kehidupan dengan suatu tujuan tertentu, dan dengan desain
sempurna, pola tidak simetris pada bulu burung adalah ciri penting yang
patut diamati. Ilmuwan yang memulai dengan asumsi seperti itu akan
segera melihat bahwa asimetri pada bulu burung sangat penting untuk
terbang, dan bahwa burung dengan bentuk bulu simetris tidak bisa
terbang.
Contoh seperti itu sangat umum dalam dunia sains. Ilmuwan
yang mempelajari lebah madu mempunyai pengalaman serupa. Ilmuwan
tertentu, setelah menghitung sudut-sudut yang dibentuk oleh lebah madu
untuk menggabungkan sel sarangnya, menemukan bahwa dua sudut yang
terbentuk itu mempunyai selisih 0,020 dari sudut optimum (Pengukuran
menunjukkan bahwa sudut-sudut yang dibentuk lebah adalah 109,28 dan
70,32 derajat). Dengan perhitungan yang sangat ruwet, telah ditentukan
oleh ahli matematika Konig, bahwa sudut optimum untuk tujuan itu harus
109,26 dan 70,34). Ilmuwan yang meneliti bidang tersebut membuat
kesimpulan bahwa lebah madu membuat kesalahan dengan orde pecahan kecil
ini. Ahli matematika dari Skotlandia Colin Maclaurin (1698-1746), yang
tidak puas dengan penjelasan ini, melakukan penelitian baru mengenai hal
itu. Dia menunjukkan bahwa, karena ada kesalahan cetak pada daftar
logaritma, hasil sebelumnya menyimpang dari angka yang tepat sebanyak
0,02 derajat.29 Jadi, terungkap bahwa lebahlah yang telah menghitung
sudut optimum dengan tepat, dan bukan ilmuwan!
Orang yang menyadari bahwa Tuhan menciptakan semua makhluk
hidup dalam bentuk sempurna, tidak pernah mengasumsikan ada penyimpangan
dalam desain objek di alam. Dia tahu bahwa setiap detail diciptakan
Tuhan untuk suatu tujuan tertentu.
Kekeliruan lain yang dipertahankan oleh ilmuwan yang tidak
percaya akan kesempurnaan ciptaan Allah, lagi-lagi berhubungan dengan
lebah madu. New Scientist edisi 12 Oktober 1996 memuat tulisan Ben
Crystall, yang menyatakan bahwa kepakan sayap lebah madu berlebihan,
akibatnya penerbangan mereka tidak efisien. Menurut artikel ini, kepakan
sayap lebah madu terkadang cepat dan terkadang pelan, namun kecepatan
terbang mereka tidak berubah, dan karenanya mereka memboroskan energi
ketika terlalu banyak mengepakkan sayap. Menurut penulis, ini adalah
kegagalan desain.
Sebuah tim yang dipimpin oleh Jon Harrison, dari Universitas
Arizona, telah menerbitkan temuan penelitian dalam majalah Science
(1996, vol 274, h. 88) yang menyatakan bahwa ada alasan bagus untuk
perbedaan frekuensi kepakan sayap lebah madu. Ketika temperatur
lingkungan berubah, temperatur badan lebah, laju kepakan sayapnya, dan
tingkat metabolismenya diukur. Ketika temperatur naik dari 200C menjadi
400C, frekuensi kepakan sayap lebah berkurang. Penelitian mengungkap-kan
bahwa kepakan sayap lebah madu lebih pelan dalam cuaca panas, dan
sebaliknya lebih cepat dalam cuaca dingin. Namun tidak ada perubahan
pada kecepatan terbang mereka. Lebah madu menjaga sarang dan tubuh
mereka tetap hangat dengan energi yang mereka hasilkan dari kepakan
sayap yang lebih sering dalam udara dingin. Akhirnya, diungkapkan bahwa
sayap lebah madu mempunyai fungsi rangkap: untuk terbang dan
menghasilkan panas.
Karena tidak percaya bahwa Tuhan menciptakan makhluk hidup
secara khusus dan sempurna dalam bentuknya saat ini, ilmuwan evolusionis
mengemukakan pemikiran yang menyesatkan lagi, yaitu tentang “organ
peninggalan (vestigial organ)”. Dari anggapan bahwa semua makhluk hidup
secara kebetulan berevolusi dari nenek moyangnya, evolusionis kemudian
percaya bahwa ada sejumlah “organ tubuh tak-fungsional” dalam tubuh
manusia yang diwarisi dari leluhur. Organ tersebut tidak berkembang
(vestigial) sejalan dengan waktu karena tidak digunakan. Tanpa
kepercayaan akan sifat kreatif Tuhan, ilmuwan menimbulkan kebingungan
besar yang berbahaya dalam studi ilmiah tentang organ-organ yang mereka
asumsikan tidak berfungsi ini. Ketika sains berkembang, dipahami bahwa
organ yang dianggap tidak berfungsi ini sesungguhnya vital bagi tubuh
manusia. Jumlah organ peninggalan dalam daftar panjang evolusionis
berangsur-angsur berkurang. Dan ini menjadi indikasi betapa cacatnya
anggapan yang telah menghambat sains itu. S.R. Scadding, seorang
evolusionis, membenarkan fakta ini dalam artikelnya yang berjudul “Can
Vestigial Organs Constitute Evidence for Evolution?” (“Dapatkah Organ
Peninggalan Menjadi Bukti Evolusi?”), yang diterbitkan majalah
Evolutionary Theory:
Karena tidak mungkin mengidentifikasi secara pasti struktur-struktur
yang tidak berguna, dan karena struktur argumen yang digunakan tidak
absah secara ilmiah, saya menyimpulkan bahwa “organ-organ peninggalan”
tidak memberikan bukti khusus bagi teori evolusi.30
Daftar organ vestigial yang dibuat ahli anatomi Jerman, R.
Wiedersheim, pada tahun 1895 terdiri dari sekitar 100 organ, termasuk
usus buntu dan tulang ekor. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan, jumlah
organ dalam daftar Widersheim lambat laun berkurang, dan ditemukan bahwa
organ-organ ini ternyata berfungsi penting dalam tubuh. Misalnya,
ditemukan bahwa usus buntu yang semula dianggap sebagai organ vestigial
ternyata merupakan organ limfoid (penghasil limfa/getah bening) yang
memerangi infeksi dalam tubuh. Juga ditemukan bahwa Amandel, yang juga
termasuk dalam daftar organ vestigial, berperan penting dalam melindungi
kerongkongan dari infeksi, khususnya sampai usia dewasa. Tulang ekor
pada bagian bawah tulang belakang ternyata menyokong tulang-tulang di
sekitar panggul dan merupakan titik temu dari beberapa otot kecil.
Tahun-tahun berikutnya diketahui bahwa kelenjar timus memicu sistem
kekebalan tubuh dengan mengaktifkan sel-sel T, bahwa kelenjar pineal
bertanggung jawab atas pengeluaran beberapa hormon penting, dan masih
banyak lagi ditemukan fungsi organ-organ yang dianggap tak berguna.
Lipatan cekung pada mata yang dirujuk Darwin sebagai organ vestigial
ternyata berperan membersihkan dan melumasi bola mata.
Semua contoh ini menunjuk pada satu fakta: agar penelitian
ilmiah efektif dan efisien, penelitian harus dimulai dengan hipotesis
yang benar. Allah menciptakan segalanya untuk tujuan tertentu, dengan
desain tanpa cacat dan tak ada bandingannya. Oleh karena itu, tujuan
akhir ilmuwan yang menyelidiki alam haruslah menemukan detail
kesempurnaan dalam semua hal, dan menggali tujuan tersembunyi dari
setiap fenomena yang ditemukannya.
Efek Negatif terhadap Ilmuwan Evolusionis dan Ateis Setelah Mengetahui Usaha Mereka Sia-sia
Kenyataannya, melakukan penelitian dan studi mendalam
terhadap hipotesis yang keliru dan tidak terbukti, secara emosional juga
melelahkan bagi ilmuwan evolusionis. Ketika mereka akhirnya memahami
bahwa penelitian yang mereka lakukan seumur hidup ternyata sia-sia dan
tidak berguna, mereka merasa sangat tidak berdaya. Melakukan penelitian
ilmiah memerlukan disiplin ketat dan pengorbanan diri. Pasti sungguh
mengecewakan bagi ilmuwan seperti itu, melakukan eksperimen dan
pengamatan panjang di laboratorium, untuk sebuah hipotesis yang mereka
tahu tidak akan menghasilkan apa pun, dan akhirnya hanya menemukan bukti
bahwa yang benar adalah kebalikan dari hipotesis mereka.
Di dalam bukunya, Darwin's Black Box, yang membahas
ketidak-absahan Darwinisme secara ilmiah, ahli biokimia Amerika
terkemuka, Michael Behe, menguraikan keadaan psikologis ilmuwan
evolusionis yang dihadapkan pada kenyataan “desain” dalam sel hidup:
Selama empat dekade terakhir, biokimia modern telah berhasil menyingkap
rahasia sel. Kemajuan ini diperoleh dengan susah payah. Menuntut puluhan
ribu orang men-dedikasikan bagian terbaik hidup mereka untuk pekerjaan
laboratorium yang membosankan…. Usaha kumulatif meneliti sel, meneliti
kehi-dupan di tingkat molekuler ini, menghasilkan sebuah teriakan tajam,
jelas dan nyaring, “Desain!” Hasilnya begitu jelas dan signifi-kan,
sehingga seharusnya dikategorikan sebagai salah satu prestasi terbesar
dalam sejarah ilmu pengetahuan.… Kemena-ngan sains ini seharusnya
membang-kitkan teriakan “Eureka!” dari sepuluh ribu tenggorokan.
Namun, tak ada botol dibuka, tak ada tepuk tangan. Alih-alih, kerumitan
yang luar biasa dari sebuah sel ini disambut dengan kebi-suan yang
mengherankan. Ketika hasil ini dipublikasikan, kaki-kaki mulai goyah,
dan napas pun menjadi berat. Diam-diam orang merasa sedikit lebih lega;
banyak yang secara terbuka mengakui hasil nyata ini, namun kemudian
menunduk, menggelengkan kepala mereka, dan membiarkannya berlalu begitu
saja. Mengapa komunitas ilmuwan tidak antusias menyambut penemuan yang
mengejutkan ini? Mengapa observasi desain ini diselimuti dengan tabir
intelektual? Yang menjadi dilema adalah, ketika satu sisi seekor gajah
diberi label “intelligent design”, sisi yang lain harus diberi label
“Tuhan”.31
Sebagian evolusionis dalam masyarakat ilmiah sudah mengaku
mengalami ketidakberdayaan seperti itu. Sebagai contoh, ahli
paleontologi evolusionis, Dr. Colin Patterson, dari British Museum of
Natural History, yang juga penulis buku berjudul Evolution, membuat
komentar terkenal dalam pidato yang disampaikannya pada pembukaan Museum
of Natural History di New York:
Dapatkah Anda menyebutkan apa saja yang Anda ketahui tentang evolusi,
satu hal saja yang benar? Saya mengajukan pertanyaan itu kepada staf
geologi di Field Museum of Natural History, dan satu-satunya jawaban
yang saya dapatkan adalah kebisuan… Kemudian saya terbangun dan
menyadari bahwa selama hidup saya, saya telah diperdayai untuk
menganggap evolusionisme sebagai kebenaran.32
Selanjutnya dalam pidato yang sama, Patterson juga menyatakan:
Salah satu alasan saya mulai menyetujui pandangan anti-evolusi ini, atau
mari kita sebut saja pandangan non-evolusi, adalah tahun lalu saya
tiba-tiba menyadari bahwa selama dua puluh tahun saya mengira bahwa saya
sedang melakukan penelitian evolusi. Satu pagi saya terbangun dan
sesuatu telah terjadi pada malam harinya dan membuat saya tersadar bahwa
saya menekuni bidang ini selama dua puluh tahun namun tidak ada satu
hal pun yang saya ketahui. Sungguh merupakan suatu pukul-an mengetahui
seseorang bisa diperdayai sebegitu lama.33
Evolusionis, Dr. N. Heribert-Nilsson, Direktur Botanical
Institute di Universitas Lund, Swedia, mengaku telah menyia-nyiakan
lebih dari 40 tahun tanpa hasil dengan pernyataannya: “Usaha saya untuk
menunjukkan evolusi melalui eksperimen yang dilakukan selama lebih dari
40 tahun sepenuhnya gagal.”34
Contoh-contoh perorangan ini menunjukkan apa yang telah
diderita sains karena mengejar teori palsu. Selama berpuluh-puluh tahun,
pengetahuan, waktu, tenaga, pekerjaan, laboratorium, asisten dan sumber
daya keuangan ribuan ilmuwan telah terbuang percuma dalam usaha palsu
untuk mendukung mitos evolusi.
Yang menarik, tidak hanya evolusionis dari zaman kita,
tetapi juga Charles Darwin, sang penemu teori ini, yang sering cemas
tentang “menghabiskan waktunya untuk kesia-siaan”, dan bahwa “dia akan
kecewa pada akhirnya”. Darwin berulang-ulang membicarakan
kekha-watirannya ini dalam surat kepada teman-temannya atau dalam
artikelnya. Di antaranya, dia mengaku bahwa tidak ada bukti di alam
untuk mendukung teorinya:
Seluruh alam menentang dan tidak bekerja sebagaimana yang saya inginkan.35
Ketiadaan rasa percaya diri Darwin juga tercermin pada kata-katanya berikut:
Bagaimanapun, saya ragu apakah pekerjaan (menyusun The Origin of Species) ini patut mengha-biskan begitu banyak waktu.36
Jelas, teori yang salah, jika didukung hanya karena alasan
ideologis, juga menimbulkan ke-resahan dan ketidakberdayaan dalam diri
pendu-kungnya. Itulah konsekuensi tak terelakkan bagi mereka yang
membawa sains ke arah yang salah.
Kerugian Sains Akibat Penipuan- Penipuan Evolusionis
Ketika evolusionis tidak mampu mene-mukan bukti untuk
mendukung teori mereka, terkadang mereka menipu umat manusia dengan
menyimpangkan temuan-temuan ilmiah mereka dan menciptakan lelucon. Salah
satu lelucon yang terkenal adalah skandal “Manusia Piltdown”. Karena
tidak mampu menemukan fosil makhluk setengah kera/ setengah manusia,
yang menurut mereka pernah hidup, evolusionis akhirnya memutuskan untuk
menciptakan sendiri makhluk itu. Dengan memasang rahang orangutan pada
tengkorak manusia, dan membuatnya tampak purba dengan zat kimia
tertentu, selama beberapa tahun mereka memamerkan tengkorak itu di
museum-museum terkenal dunia, sebagai “nenek moyang manusia”. F. Clark
Howell, seorang evolusionis sendiri, menggambarkan kerugian sains yang
disebabkan oleh penipuan ini sebagai berikut:
Piltdown yang ditemukan pada tahun 1953 tak lebih dari rahang kera yang
disatukan dengan tengkorak manusia. Itu sebuah penipuan yang disengaja.
Mereka tidak mengenali rahang itu milik kera atau tengkorak itu milik
manusia. Alih-alih, mereka menyatakan setiap bagian sebagai makhluk
antara dari kera dan manusia. Mereka menentukan usianya 500.000 tahun,
dan memberinya nama (Eoanthropus Dawsoni atau 'Manusia Dini'), dan
menulis sekitar 500 buku mengenai mahluk itu. 'Penemuan' ini mengelabui
para ahli paleontologi selama 45 tahun.37
Kata-kata ilmuwan ini sungguh luar biasa. Sepotong “bukti”
palsu “menge-labui” masyarakat ilmiah selama 40 tahun. Fakta bahwa 500
buku telah ditulis tentang sebuah tengkorak tipuan adalah indikasi
mencolok dari usaha yang dikerahkan untuk kesia-siaan.
Pelaku penipuan evolusioner lainnya, Ernst Haeckel, tidak
hanya mengakui perbuatannya, tetapi juga menunjukkan pemalsuan yang
dilakukan oleh rekan-rekan kerjanya demi mengabadikan pelbagai ideologi
mereka:
Setelah setuju membuat pengakuan tentang “pemal-suan” ini, saya
seharusnya merasa terhukum dan hancur kalau saja saya tidak terhibur
melihat saya didampingi ratusan rekan terhukum dalam kerangkeng tawanan.
Banyak di antara mereka adalah peneliti terpercaya dan ahli biologi
terhormat. Sebagian besar diagram dalam buku-buku pelajaran,
risalah-risalah dan jurnal-jurnal biologi terbaik, akan menerima tuduhan
“pemalsuan” dalam kadar yang sama, karena semuanya tidak pasti dan
sedikit banyak telah ditambah, dikurangi dan direkayasa.38
Usaha untuk menyelaraskan observasi, eksperimen dan
penelitian dengan evolusi, usaha menutupi kebenaran, atau penyimpangan
presentasi mereka, tentu saja menjadi hambatan serius bagi kemajuan
ilmiah. Meskipun tidak secara langsung, penulis evolusionis, W.R.
Thompson, mengakui fakta itu dengan kata-kata berikut:
Situasi ini, ketika para ilmuwan berusaha mempertahan-kan doktrin yang
mereka tidak mampu buktikan secara ilmiah, apalagi mendemonstrasikannya
dengan keketatan ilmiah, sambil berusaha mempertahankan reputasi di
masyarakat dengan menekan kritik dan menyingkirkan kesulitan, adalah
tidak normal dan tidak diinginkan dalam sains.39
Hal yang paling menarik adalah bahwa semua studi dan eksperimen
evolusionis yang dibuat untuk membuktikan evolusi, pada akhirnya
menghasilkan bukti yang mendukung penciptaan.
Temuan-Temuan Ilmiah Selalu Membuktikan
Penciptaan Meskipun Evolusionis Tidak
Menyukainya
Sebagaimana disebutkan di awal bab ini, ketika sains
dituntun oleh ideologi yang salah, maka waktu, uang, dan tenaga kerja
dikerahkan dengan sia-sia. Sejak abad ke-18, sains berada di bawah
pengaruh materialis, dan hampir semua penelitian dimaksudkan untuk
menyediakan bukti ilmiah bagi filosofi materialis. Karena itu, semua
bukti ilmiah yang tidak sesuai dengan filosofi materialis akan
ditutup-tutupi atau diputarbalikkan.
Yang lebih menarik adalah, setiap studi dan eksperimen yang
dilakukan evolusionis untuk membenarkan evolusi menghasilkan bukti lebih
lanjut yang mendukung penciptaan. Sains sebenarnya relatif sederhana
dan bebas-kesulitan bagi orang-orang yang percaya akan keberadaan Tuhan.
Menyelidiki suatu fenomena yang diketahui ada, sekaligus mencari
buktinya, tidak akan menimbulkan kesulitan bagi ilmuwan. Sebaliknya,
mencari-cari bukti yang tidak ada, akan “mem-bosankan” dan
“mengesalkan”, sebagaimana diakui oleh mereka sendiri.
Salah satu contoh mencolok adalah temuan paleontologis pada
Periode Kambrian (awal zaman paleozoik). Nama ini diberikan pada masa
sekitar 550 juta tahun lalu, ketika tanda-tanda kehidupan pertama
teramati. Semua bentuk kehidupan pada periode ini adalah makhluk-makhluk
yang telah berkembang penuh dan memiliki sistem yang sangat kompleks.
Sebagai contoh, makhluk yang telah punah yang disebut trilobita memiliki
struktur mata majemuk yang rumit. Struktur matanya memiliki 100 lensa,
sama dengan mata beberapa serangga modern seperti capung. Yang dirasa
“memusingkan” bagi evolusionis adalah bahwa makhluk yang memperlihatkan
struktur rumit tersebut, muncul pada stratum ini secara tiba-tiba dan
tidak memiliki nenek moyang. Fakta ilmiah ini dengan jelas menunjuk
penciptaan.
Berikut adalah penilaian ilmuwan evolusionis terkenal, ahli ilmu hewan
Inggris, Richard Dawkins tentang bagaimana penemuan ilmiah secara
konsisten mendukung penciptaan:
Sebagai contoh strata batuan Kambrian, berusia 600 juta tahun lalu,
adalah tempat tertua yang di dalamnya ditemukan kebanyakan kelompok
invertebrata utama. Dan kami mendapati banyak di antara mereka berada
pada tahap evolusi yang sudah maju, sejak pertama kali mereka muncul.
Seolah-olah mereka baru saja ditanam di sana, tanpa sejarah evolusioner.
Tidak perlu dikatakan, kesan penanaman mendadak telah menggembirakan
pendukung penciptaan.40
Keadaan “tidak meyakinkan” dalam bidang paleon-tologi ini
adalah salah satu kebuntuan serius yang membebani teori evolusi. Seperti
sudah berulang-ulang dinyatakan, ilmuwan evolusionis sudah mengerahkan
upaya terbaik mereka selama beberapa dekade untuk menemukan bentuk
transisi (binatang yang dianggap dalam proses perubahan antara dua
spesies berbeda) yang dapat menyediakan bukti evolusi. Namun, mereka
tidak pernah mencapai hasil konkret, sebab makhluk seperti itu tidak
pernah ada di bumi. Ahli paleontologi evolusionis, Mark Czarnecki,
berkomentar tentang kegagalan evolusionis menemukan fosil makhluk
transisi yang mereka cari:
Masalah utama dalam membuktikan teori evolusi adalah rekaman fosil;
jejak dari spesies yang sudah punah pada formasi geologis bumi. Rekaman
ini belum pernah mengungkapkan jejak-jejak makhluk antara hipotesis
Darwin — alih-alih, spesies muncul dan menghilang dengan tiba-tiba, dan
anomali ini menguatkan argumen pendukung penciptaan bahwa setiap spesies
diciptakan Tuhan. 41
Pemahaman tersirat terhadap pernyataan evolusionis ini
mengungkapkan bahwa setiap usaha untuk mencari pembenaran ilmiah untuk
evolusi terbukti tidak berhasil, dan gagal mencapai kesimpulan pasti.
Sebaliknya, setiap studi yang dilakukan ilmuwan evolusionis untuk
mem-buktikan dugaan bahwa segalanya muncul secara kebetulan selalu
mengarah pada kebenaran tak terbendung: kenyataan bahwa semua makhluk
hidup diciptakan tanpa cacat oleh Allah, Raja yang menguasai langit dan
bumi.
Kesimpulan
Sekeliling kita, dan alam semesta yang kita tinggali,
dipenuhi tanda penciptaan. Terkandung dalam sistem nyamuk, keindahan
sayap merak, organ yang rumit dan berfungsi sempurna seperti mata, dan
jutaan bentuk kehidupan, adalah tanda-tanda keberadaan Allah, serta
pengetahuan dan kebijakan-Nya yang Mahaagung, bagi orang yang percaya.
Ilmuwan yang meyakini semua ciptaan itu merupakan fakta, akan memandang
alam dari perspektif ini dan memperoleh kebahagiaan besar dalam setiap
pengamatan maupun eksperimen yang dilakukannya, serta memperoleh ilham
untuk penelitian lebih lanjut.
Di lain pihak, mempercayai mitos seperti evolusi, dan
mendukungnya tanpa memedulikan temuan-temuan sains, akan menimbulkan
perasaan tanpa harapan. Keselarasan di alam semesta dan desain pada
makhluk hidup justru menjadi sumber kesulitan bagi mereka. Kata-kata
Darwin berikut memberi kita sekilas gambaran tentang pemikiran
kebanyakan evolusionis:
Saya ingat benar ketika pemikiran tentang mata, dulu membuat sekujur
tubuh saya terasa dingin, tetapi saya sudah pulih dari keluhan ini.
Namun kini, menghadapi detail-detail struktur sering membuat saya merasa
sangat resah. Bulu ekor merak, setiap kali saya memandangnya, membuat
saya muak!42
Bulu merak, sebagaimana tanda-tanda ciptaan lainnya yang tak
terhitung di alam, terus meresahkan evolusionis. Dengan membutakan
sebelah mata terhadap keajaiban nyata itu, mereka bersikap mendua,
antara mengakui kebenaran itu dan mengingkarinya. Sebuah contoh kasus
yang jelas dalam hal ini adalah evolusionis terkemuka Richard Dawkins,
yang menyeru pada umat Kristen agar tidak berasumsi telah menyaksikan
suatu keajaiban, meskipun jika mereka melihat patung Bunda Maria
melambai pada mereka. Menurut Dawkins, “Barangkali semua atom lengan
patung itu kebetulan bergerak ke arah yang sama pada saat bersamaan.
Memang peristiwa yang kemungkinannya kecil, tetapi bisa saja terjadi.”43
Agar sains mencapai kemajuan, pendukung-pendukung abad ke-19 ini harus
disingkirkan dan digantikan oleh para ilmuwan dengan pemikiran bebas
yang berani mengakui fakta yang mereka ketahui.
BAB 3 AGAMA DAN SAINS SELALU SEJALAN
Kaum materialis, dalam usaha merahasiakan kekalahan mereka oleh sains,
sering mencari selamat melalui pelbagai metode propaganda. Yang
terkemuka dari propaganda itu adalah klise “konflik antara sains dan
agama”, yang biasa digunakan oleh publikasi materialis. Sumber-sumber
ini meliput kisah-kisah yang dimaksudkan untuk menghasut pembaca umum,
dengan menyatakan bahwa sepanjang sejarah, agama selalu bertentangan
dengan sains, dan bahwa sains dapat maju hanya jika agama disingkirkan.
Akan tetapi, tinjauan sekilas terhadap sejarah sains sudah cukup untuk menunjukkan kebohongan klaim ini.
Apabila kita menengok sejarah Islam, kita lihat bahwa sains
diperkenalkan di Timur Tengah bersama Al Quran. Bangsa Arab pra-Islam
memercayai segala macam takhayul dan desas-desus, dan tidak berusaha
menyelidiki jagat raya atau alam. Dengan Islam, masyarakat ini menjadi
ber-budaya, mulai menjunjung tinggi pengetahuan. Dengan mengamati
perintah-perintah Al Quran, mereka mulai mencermati dunia di sekitarnya.
Tidak hanya bangsa Arab, tetapi banyak negara lain, seperti Iran,
Turki, dan Afrika Utara, mendapatkan pencerahan setelah memeluk Islam.
Penggunaan akal sehat dan pengamatan yang diperintah-kan Al Quran
membangkitkan peradaban besar di abad ke-9 dan ke-10. Banyak ilmuwan
muslim yang hidup dalam periode ini membuat penemuan penting dalam
sejumlah disiplin ilmu, seperti astronomi, matematika, geometri, dan
kedokteran.
Pentingnya ilmu pengetahuan dalam Islam juga ditekankan
dalam hadits Rasulullah saw. Ada banyak hadits yang mendorong kaum
muslim untuk mencari pengetahuan dan menyebarkannya. Sebagian hadits itu
berbunyi:
Orang yang berjalan dalam mencari ilmu, Allah memberi jalan baginya
menuju surga.... Pelajaran adalah dari warisan Rasulullah saw., karena
Rasulullah saw. tidak meninggalkan warisan kekayaan tetapi pengetahuan.
Maka barangsiapa ikut serta di dalamnya akan mem-peroleh manfaat yang
berlimpah-ruah.44
Orang yang beriman tidak pernah merasa puas untuk mencari ilmu; ia terus mencari ilmu hingga ajal tiba dan dapat masuk surga.45
Dikisahkan bahwa Rasulullah saw. biasa mengucapkan doa setalah shalat
Shubuh, “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, amal yang
diterima, dan ketetapan yang baik.”46
Andalusia, yang berperan penting dalam alih pengetahuan
ilmiah ke Eropa, di samping menghasilkan banyak ilmuwan muslim, juga
merupakan tempat temuan-temuan revolusioner dan kemajuan ilmiah,
terutama dalam bidang kedokteran. Dokter muslim tidak mengkhusus-kan
diri pada satu bidang ilmu, tetapi meluaskan studi mencakup farmakologi,
ilmu bedah, ilmu pengobatan mata, kebidanan, fisiologi, bakteriologi
dan ilmu kesehatan. Salah satu dokter Andalusia yang terkemuka adalah
Ibnu Juljul (?-992), yang melakukan studi mendalam terhadap tumbuhan
obat, dan memberikan sumbangan besar dalam sejarah kedokteran serta
tumbuhan obat. Dokter lainnya yang terkenal adalah Abu Ja'far bin Al
Jazzar (?- 1009) dari Tunisia, yang menguasai ilmu terapi obat untuk
mengatasi penyakit dan gejala tertentu. Dan dia menulis lebih dari 30
buku. Abdul Latif al Baghdadi (1162-1231) terkenal karena studinya dalam
bidang anatomi. Ia mengoreksi kekeliruan yang dibuat di masa lalu dalam
studi anatomis terhadap banyak tulang tubuh, seperti rahang dan tulang
dada. Buku Baghdadi, Al Ifade ve'l Itibar, dipublikasikan kembali pada
tahun 1788, dan diterjemahkan dalam bahasa Latin, Jerman dan Prancis.
Bukunya, Makalatun fi'l Havas membahas panca indera.
Ahli anatomi muslim menentukan jumlah tulang dalam tengkorak
manusia dengan tepat, dan menemukan keberadaan tiga ossicle,
tulang-tulang kecil di telinga. Salah seorang ilmuwan muslim terkemuka
yang bekerja dalam bidang anatomi adalah Ibnu Sina ( 980-1037), yang
dikenal di Barat dengan nama Avicenna. Mempelajari matematika, geometri,
fisika, ilmu alam, filosofi dan logika pada tahun-tahun awalnya, Ibnu
Sina tidak hanya terkenal di Timur, tetapi juga di Barat. Karyanya yang
paling populer adalah Al Qanun fi Al Tibb, yang dikenal sebagai The
Canon of Medicine di Barat, ditulis dalam bahasa Arab dan setelah
diterjemahankan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12, menjadi buku teks
di sekolah-sekolah Eropa sampai abad ke-17. Canon membahas penyakit dan
obat dengan cara sistematis. Selain itu, Ibnu Sina menulis lebih dari
100 buku filosofi dan ilmu alam. Sebagian besar ilmu kedokteran yang
terdapat dalam Canon masih diterima hingga hari ini.
Zakariya Qazwini menentang banyak kepercayaan salah kaprah
tentang jantung dan otak yang telah dinyatakan sejak Aristoteles. Fakta
yang diberikannya tentang jantung dan otak sangat dekat dengan
pengetahuan kita dewasa ini.
Karya-karya Zakariya Qazwini, Hamdullah al Mustaufi Al
Qazwini (1281-1350), dan Ibnu al Nafis dalam bidang anatomi, menjadi
dasar bagi kedokteran modern. Sejak abad ke-13 dan ke-14, para ilmuwan
ini menunjukkan hubungan antara jantung dan paru-paru; arteri membawa
darah yang mengandung oksigen, dan vena membawa darah yang
terdeoksigenasi; darah dioksigenasi di paru-paru, darah beroksigen yang
kembali ke jantung dibawa ke otak dan organ tubuh lainnya melalui aorta.
Volume pertama buku Ali bin Isa (?- 1038) tentang penyakit
mata yang disebut Tazkiratul Kahhalin fil Ain dan Emraziha, seluruhnya
membahas anatomi mata dan mencakup informasi sangat terperinci. Karyanya
ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan bahasa Jerman.
Muhammad Ibnu Zakariya ar Razi (Rhazes) (865-925),
Burhanuddin Nafis (?-1438), Isma'il Jurjani (?- 1136), Qutbuddin al
Shirazi (1236-1310), Mansur Ibnu Muhammad, Abu al Qasim al Zahrawi
(Albucasis), adalah sebagian kecil ilmuwan muslim yang terkenal karena
studi mereka dalam bidang kedokteran dan anatomi.
Banyak pula ilmuwan muslim yang memberikan sumbangan besar
untuk pelbagai disiplin ilmu selain kedokteran dan anatomi. Sebagai
contoh, Al Biruni mengetahui bahwa bumi berotasi pada sumbunya 600 tahun
sebelum Galileo, dan menghitung lingkar bumi 700 tahun sebelum Newton.
Ali Kushchu, seorang ilmuwan abad ke-15, adalah orang pertama yang
membuat peta bulan, dan suatu daerah di bulan telah dinamai dengan
namanya. Tsabit ibn Qurrah (Thebit), yang hidup pada abad ke-9,
menemukan kalkulus diferensial berabad-abad sebelum Newton. Battani,
ilmuwan abad ke-10, adalah pengembang pertama trigonometri. Abul Wafa
Muhammad al Buzjani mengenalkan “tangen-kotangen, sekan-kosekan” pada
trigonometri untuk pertama kalinya. Al Khawarizmi menulis buku aljabar
pertama pada abad ke-9. Al Maghribi menemukan persamaan yang saat ini
dikenal sebagai Segitiga Pascal, sekitar 600 tahun sebelum Pascal. Ibn
al Haitsam (Alhazen) yang hidup pada abad ke-11, adalah penemu optik.
Roger Bacon dan Kepler menggu-nakan karyanya, dan Galileo menemukan
teleskop dengan merujuk mereka. Al Kindi (Alkindus) mengenalkan fisika
relatif dan teori rela-tivitas 1100 tahun sebelum Einstein. Syamsuddin,
yang hidup sekitar 400 tahun sebelum Pasteur, adalah orang pertama yang
menemukan kebe-radaan kuman. Ali Ibnu al Abbas yang hidup di abad ke-10
adalah orang yang pertama melakukan operasi bedah kanker. Pada abad yang
sama, Ibnu Al Jirr memperkenalkan metode perawatan lepra. Para ilmuwan
muslim — hanya sebagian kecil yang disebutkan di sini — membuat
penemuan-penemuan penting yang menjadi pondasi bagi sains modern.
Bila kita memerhatikan peradaban Barat, kita lihat
kedatangan sains modern disertai dengan keyakinan kepada Tuhan. Abad
ke-17, yang dikenal sebagai “zaman revolusi ilmiah”, dipenuhi ilmuwan
yang memiliki tujuan utama untuk mengeksplorasi jagat raya dan alam yang
diciptakan Allah. Semua lembaga ilmiah yang didirikan di pelbagai
negara, seperti Inggris dan Prancis, bertujuan utama “mendekatkan diri
kepada Tuhan dengan menemukan hukum-hukum-Nya”. Kecenderungan yang sama
terjadi juga pada abad ke-18. Beberapa ilmuwan yang terkenal dengan
kepercayaan mereka terhadap Tuhan, dan yang memberikan sumbangan penting
bagi dunia sains, adalah Newton, Kepler, Copernicus, Bacon, Galileo,
Pascal, Boyle, Paley, Cuvier, dan lain-lain (untuk keterangan lebih
lanjut, silakan buka bab “Ilmuwan yang Meyakini Keberadaan Tuhan ”).
Para ilmuwan ini percaya kepada Tuhan dan meng-amalkan sains
dengan inspirasi yang diperoleh dari keima-nan mereka. Salah satu
indikasi terbaik untuk hal ini adalah “Bridgewater Treatises”,
serangkaian penerbitan yang dike-luarkan di Inggris pada awal abad
ke-19. Sejumlah ilmuwan melakukan riset dalam pelbagai disiplin ilmu,
dan meng-gambarkan objek studi mereka sebagai “tanda-tanda kese-larasan
dan aturan yang diciptakan Tuhan di alam dan jagat raya”. Metode yang
digunakan oleh para ilmuwan ini dikenal sebagai “Teologi Alami”, yang
berarti “Mengenal Tuhan melalui alam”.
Adalah buku William Paley, Natural Theology: Evidences of
Existence and Attributes of the Deity, Collected From the Appearances of
Nature, (Teologi Alami: Bukti Keberadaan dan Atribut Tuhan, Dikumpulkan
dari Fenomena-Fenomena Alam), diterbitkan pada tahun 1802, yang
memelopori “Bridgewater Treatises”. Dalam buku ini, Paley memberikan
contoh rancangan pada makhluk hidup yang menunjukkan pengetahuan anatomi
secara menyeluruh.
Dengan menjadikan karya Paley sebagai model, dikeluarkan
seruan kepada anggota terpilih dari Royal Society of London. Selanjutnya
diarahkan bahwa mereka yang terpilih harus ditunjuk untuk menulis,
mencetak, dan menerbitkan seribu salinan dari sebuah karya yang mengkaji
kekuasaan, kebijaksanaan dan kebaikan Tuhan sebagaimana terwujud dalam
penciptaan yang menggambarkan karya seperti itu berdasarkan segenap
argumen yang logis, misalnya, keberagaman dan pembentukan
makhluk-makhluk Tuhan, pada binatang, tumbuhan dan dunia mineral; efek
pencernaan dan proses pengubahan; konstruksi tangan manusia, dan
pelbagai argumen lain yang tanpa batas; di samping juga berdasarkan
temuan-temuan kuno dan modern dalam seni, sains, dan seluruh literatur
modern.”
Imbauan untuk mengkaji tanda-tanda keberadaan Tuhan telah
dijawab oleh banyak ilmuwan yang menghasilkan kajian-kajian sangat
berharga. Karya mereka sebagai hasilnya adalah sebagai berikut:
(1) “The Adaptation of External Nature to the Moral
and Intellectual Constitution of Man”, oleh Thomas Chalmers (1833)
(2) “Chemistry, Meteorology, and Disgestion”, oleh William Prout, M. D (1834)
(3) “History, Habits, and Instincts of Animals”, oleh William Kirby (1835)
(4) “The Hand as Evincing Design”, oleh Sir Charles Bell (1837)
(5) “Geology and Mineralogy”, oleh Dean Buckland (1837)
(6) “The Adaptation of External Nature to the Physical Condition of Man”, oleh J. Kidd, M. D ( 1837)
(7) “Astronomy and General Physics”, oleh Dr. William Whewell (1839)
(8) “Animal and Vegetable Physiology”, oleh P. M. Roget, M. D. (1840).
“Bridgewater Treatises” hanya satu contoh pertemuan agama
dan sains. Pendorong utama di belakang banyak studi ilmiah, yang
dilakukan baik sebelum maupun setelah pekerjaan itu, adalah untuk
mengetahui alam semesta yang diciptakan Tuhan, sehingga dapat memahami
kemahakuasaan-Nya
Penyimpangan masyarakat ilmiah dari tujuan semula disebabkan
oleh dominasi filosofi materialis dalam budaya Barat abad ke-19, yang
muncul akibat suatu kondisi sosial dan politis. Proses ini menemukan
ekspresi totalnya di dalam teori evolusi Darwin, yang bertentangan
dengan pandangan sebelumnya, dan mencapai klimaks sains dan agama
sebagai dua sumber pengetahuan yang saling bertolak belakang.
Mengacu pada perkembangan ini, peneliti Inggris, Michael
Baigent, Richard Leigh dan Henry Lincoln, mem-buat komentar ini:
Bagi Isaac Newton, satu setengah abad sebelum Darwin, sains tidak
terpisah dari agama, justru sebaliknya, menjadi satu aspek dari agama,
dan akhirnya tunduk padanya. …Tetapi sains di masa Darwin menjadi sumber
makna al-ternatif, memisahkan diri dari konteks yang menjadi tem-patnya
sebelumnya dan menetapkan dirinya sebagai sai-ngan absolut. Akibatnya,
agama dan sains tidak lagi beker-ja selaras, tetapi berdiri saling
berseberangan, dan manusia semakin dipaksa untuk memilih di antara
keduanya.47
Namun, dewasa ini, konflik yang direkayasa antara agama dan
sains terbukti bertentangan dengan temuan-temuan sains sendiri. Agama
menyatakan bahwa alam semesta telah diciptakan dari ketiadaan, dan sains
telah menemukan bukti untuk fakta itu. Agama mengajarkan kepada kita
bahwa makhluk hidup diciptakan Tuhan, dan sains telah memberi kita
buktinya dalam desain yang ditemukan pada makhluk hidup. Di akhir
bukunya, Natural Destiny, Michael Denton menulis: “Sains, yang selama
berabad-abad menjadi sekutu ateisme dan skeptisisme, di hari-hari
terakhir milenia kedua, pada akhirnya menjadi apa yang sangat didambakan
oleh Newton dan para pendukung-nya semula - pembela keimanan
antroposentrik.48
Kesimpulan yang diperoleh sains telah membantu menguatkan
keyakinan para ilmuwan terhadap Tuhan. Ahli biokimia terkemuka, Michael
Behe, mengacu pada fakta ini ketika mengatakan “Secara kebetulan,
ilmuwan yang percaya kepada Tuhan atau sebuah realitas di luar alam jauh
lebih umum daripada kisah-kisah media populer yang menyesatkan. Tidak
ada alasan untuk berpikir bahwa angka 90% dari populasi umum yang
percaya kepada Tuhan sangat berpengaruh bagi para ilmuwan."49
Dihadapkan pada kesimpulan yang dicapai sains, yang bisa
dilakukan materialis hanya-lah melakukan taktik penekanan, dan ber-usaha
mengintimidasi masyarakat ilmiah lainnya. Di Barat, seorang ilmuwan
harus memenuhi syarat tertentu agar dapat di-promosikan, menerima gelar
MD. atau Ph.D., atau agar artikelnya diterbitkan dalam jurnal ilmiah.
Syarat pertama yang diwajibkan adalah menerima teori evolusi secara
mutlak. Karena alasan ini, sebagian ilmuwan terpaksa mendukung mitos
Darwin yang mungkin sebenarnya mereka tolak, dengan tak mengindahkan
tanda-tanda penciptaan. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan majalah
Scientific American pada bulan September 1999, berjudul “Ilmuwan dan
Agama di Amerika”, sosiolog dari Universitas Washington, Rodney Stark,
mengemukakan tekanan terhadap ilmuwan ini:
Sudah berjalan selama 200 tahun, jika Anda ingin menjadi ilmuwan, Anda
harus membebaskan pikiran dari be-lenggu agama. Dalam universitas yang
melakukan peneli-tian, orang-orang beragama menutup mulut, dan
orang-orang tak beragama melakukan diskriminasi. Ada sistem penghargaan
untuk menjadi torang yang idak beragama di kalangan elite. 50
Sisi lain pergulatan sistematis yang dipaksakan oleh materialis terhadap
sains adalah metode propaganda yang kita sebutkan di awal. Pusat
propaganda ini adalah semboyan seperti “agama bertentangan dengan
sains”, atau “sains harus menjadi materialis”. Sekarang, mari kita lihat
mengapa klaim ini tidak logis dan tidak bisa bertahan.
Reaksi Gereja Abad Pertengahan terhadap Para Ilmuwan
Lingkungan antiagama biasanya mengadakan praktik-praktik dan
reaksi Gereja Abad Pertengahan sebagai senjata melawan agama. Dikatakan
bahwa Gereja memperlambat peradaban dan menimbulkan kesengsaraan parah
di Eropa. Tersirat di dalamnya adalah usaha untuk menghubungkan Gereja
Abad Pertengahan dengan agama, dan untuk me-nyampaikan pesan “jika agama
berpengaruh, kita akan terkubur dalam kegelapan abad pertengahan”.
Namun agama sejati tidak dicerminkan dalam praktik-praktik dan reaksi
Gereja Katolik.
Gereja Katolik, dengan mengabaikan kebenaran yang dibawa
Nabi Isa, mengadopsi praktik-praktik ibadah tertentu yang menyimpang
dari agama. Sains sudah pasti menderita tekanan hebat di tangan Gereja,
yang telah dikuasai oleh para pendeta yang hanya melayani minat khusus
segelintir orang, sehingga sepenuhnya memisahkan diri dari sumber
ketuhanannya. Namun perkembangan sejarah ini tidak bisa dikaitkan dengan
agama Islam. Islam didasarkan bukan pada takhayul tentang pemuka
agamanya, melainkan hanya pada Al Quran, yang merupakan firman Allah.
Contoh menarik yang menunjukkan sikap kaku Gereja Katolik ini tidak
berhubungan dengan keimanan, adalah bahwa ilmuwan seperti Galileo yang
diperlakukan kejam oleh Gereja sesungguhnya orang yang beriman.
(Keimanan ilmuwan ini akan dikaji lebih terperinci pada bagian kedua
buku ini). Contoh ini sekali lagi menunjukkan bahwa tekanan agama
terhadap sains bukan konsekuensi keimanan, melainkan hanya penyimpangan
agama.
Kritik yang Didasarkan pada Bibel dan Taurat
Sejumlah materialis yang ingin mencitrakan agama dan sains
sebagai dua hal yang bertentangan, tidak hanya mengutip contoh dari
praktik-praktik Gereja Katolik, tetapi juga mengutip ayat-ayat tertentu
dari Taurat, atau Injil, untuk menunjukkan bagaimana kitab-kitab itu
bertentangan dengan temuan ilmiah. Namun, ada satu kebenaran yang tidak
dapat mereka abaikan atau berpura-pura tidak tahu: Injil dan Taurat
adalah kitab yang sudah mengalami perubahan isi. Keduanya banyak berisi
takhayul yang disusun oleh manusia. Karena itu, salah besar jika
meng-anggap kitab-kitab ini sebagai sumber acuan dasar agama.
Al Quran, di lain pihak, adalah wahyu dari Tuhan yang tidak
pernah diubah sedikit pun; satu huruf pun tidak. Karenanya, tidak ada
perten-tangan atau kesalahan dalam Al Quran. Semua fakta yang dinyatakan
Al Quran sejalan dengan temuan-temuan sains. Lebih dari itu, banyak
fakta ilmiah yang baru bisa diketahui dewasa ini sudah diberitakan oleh
Al Quran kepada manusia sejak 1.400 tahun yang lalu. Ini adalah mukjizat
penting Al Quran, dan merupakan salah satu bukti bahwa kitab itu berisi
firman Allah. (Beberapa fakta ilmiah yang ditunjukkan dalam Al Quran
akan dibahas pada bab-bab selanjutnya).
Menyadari ini, materialis tidak mampu mengutip ayat Al Quran
untuk tujuan mereka, tetapi hanya mengutip Bibel atau Torah untuk
menyatakan pandangan anti agama mereka.
Klaim bahwa “Sains Pasti Menjadi Materialis”
Alat propaganda lain yang digunakan ilmuwan adalah kalimat
klise bahwa “Sains mempelajari materi saja, karenanya sains pasti
menjadi materialis".
Sebenarnya ini tak lebih dari permainan kata-kata, dan
orang-orang yang mau berpikir pasti akan menyadarinya. Memang benar
sains mempelajari materi saja, tetapi tidak berarti sains harus menjadi
materialistis; karena “mempela-jari materi” dan “menjadi materialis”,
adalah dua hal yang sangat berbeda.
Ketika kita mempelajari materi, kita menyimpulkan bahwa
materi ini mengandung pengetahuan dan desain yang terlalu agung untuk
muncul dengan sendirinya. Kita dapat menghayati bahwa pengetahuan dan
desain ini diciptakan dengan sadar oleh suatu Zat yang sangat cerdas,
meskipun kita tidak bisa melihat-Nya. Mari kita per-timbangkan,
misalnya, sebuah gua yang kita tidak pernah tahu apakah ada atau tidak
ada orang lain yang memasuki-nya sebelum kita. Ketika kita memasukinya
dan melihat lukisan sempurna dan mengesankan pada dinding gua, maka kita
menyimpulkan “pasti ada zat cerdas yang pernah datang ke gua itu
sebelum kita, yang jelas telah menghasilkan karya tersebut”. Kita memang
tidak pernah melihat zat cerdas itu, tetapi kita mengakui keberadaannya
dari karya-karyanya.
Dengan cara inilah sains mempelajari alam, dan menemukan
bahwa ada suatu keteraturan di alam yang sama sekali tidak dapat
dijelaskan oleh faktor-faktor material, dan bahwa desain ini hanya bisa
diwujudkan melalui kebijakan super-material. Dengan kata lain, dunia
materi penuh dengan tanda-tanda nyata kekuatan dan kekuasaan kreatif
Tuhan.
Pendekatan Materialis yang Dogmatis dan Keras Kepala
Orang yang menganut suatu pandangan, bebas untuk menguji
apakah pandangan tersebut dapat dibuktikan dengan fakta ilmiah, dan
melakukan riset ilmiah untuk tujuan tersebut. Sebagai contoh, seseorang
dapat menyatakan bahwa dunia itu datar, dan melakukan riset untuk
mendukung pernyataannya. Yang penting adalah bagaimana orang ini menilai
data ilmiah yang dihimpunnya. Seorang ilmuwan yang meng-evaluasi temuan
ilmiahnya secara objektif, tidak akan mampu menemukan bukti bahwa bumi
itu rata, sebaliknya, dia akan menemukan banyak bukti bahwa bumi
berbentuk bulat. Dalam hal ini, yang harus dilakukan orang itu adalah
mengakui kebenaran tanpa prasangka, dan melepaskan kepercayaannya
semula.
Hal yang sama berlaku juga untuk materialisme. Sains telah
mem-buktikan bahwa materi tidak mutlak, tetapi mempunyai permulaan.
Lebih dari itu, telah ditunjukkan bahwa ada rancangan mencengangkan di
alam. Oleh karena itu, ilmuwan materialis yang mempelajari materi sudah
melihat bahwa teori mereka tidak sesuai, dan bahwa kebenarannya
bertolak-belakang dengan klaim mereka.
Namun anehnya, orang-orang seperti itu mempertahankan
ketaatan buta terhadap materialisme, seraya memperlihatkan kegigihan
yang me-ngejutkan dalam berpegang pada “kepercayaan” mereka. Seorang
ahli genetika dari Harvard, Richard Lewontin, seorang materialis
terkenal dan evolusionis, mengemukakan pembelaannya terhadap
materialisme dogmatis yang dianutnya dengan kata-kata berikut:
Bukan metode dan institusi sains yang memaksa kami menerima pen-jelasan
material untuk dunia fenomenal, tetapi sebaliknya, kami dipaksa oleh
kesetiaan apriori pada sebab-sebab material untuk menciptakan suatu
piranti penyelidikan dan satu set konsep yang menghasilkan pen-jelasan
material, tak peduli betapapun bertentangan dengan intuisi, tak peduli
betapapun membingungkan bagi orang awam. Lebih dari itu, materialisme
adalah kemutlakan, sehingga kami tidak bisa membiarkan unsur ketuhanan
masuk.51
Di sini, Lewontin benar-benar melukiskan pemikiran semua
materialis. Sebagaimana diakuinya, materialis meng-anut ideologi
materialis dulu di atas segalanya, kemudian mencari bukti untuk
mendukung ideologi mereka. Dengan kata lain, materialisme bukanlah suatu
kesimpulan yang dicapai kaum materialis melalui riset ilmiah, melainkan
prasangka yang mereka bebankan terhadap sains.
Gagasan yang sama terkandung juga di dalam kata-kata
evolusionis lain. Dalam bukunya, Origin: A Skeptic's Guide to Creation
of Life on Earth, evolusionis terkenal Robert Shapiro menegaskan
komitmennya pada teori evolusi dengan pernyataan berikut:
Mungin akan tiba masanya ketika semua percobaan kimia yang rasional
untuk menemukan asal-usul kehidupan mengalami kegagalan total. Lebih
lanjut, bukti geologis yang baru mungkin menunjukkan bahwa kehidupan di
bumi muncul secara tiba-tiba. Akhirnya, bisa jadi telah kita jelajahi
seluruh alam semesta tetapi tidak menemukan jejak kehidupan, atau proses
menuju kehidupan selain di bumi. Jika demikian, sebagian ilmuwan akan
berpaling pada agama untuk mendapatkan jawaban. Tetapi lainnya -
termasuk saya- akan berusaha memilah penjelasan ilmiah yang tersisa
walaupun kemungkinannya kecil, dengan harapan dapat memilih salah satu
yang lebih mungkin dibandingkan lainnya.52
Di sini, apa yang dimaksud Shapiro ketika dia menyebutkan
“penjelasan ilmiah” sebenarnya adalah “penjelasan materialisme”.
Ketaatan buta terhadap materialisme telah menyebabkan Shapiro — dan
ribu-an orang lain seperti dia — tetap mempertahankan ketidakpercayaan
fanatis. Apa yang sebenarnya mereka katakan adalah, “bukti apa pun yang
diajukan, kami tidak akan percaya kepada Tuhan”.
Yang menarik, “penyakit” ini tidak hanya diderita para materialis masa
kini. Dalam Al Quran, Allah meng-ungkapkan pengetahuan penting tentang
orang-orang yang sudah memutuskan untuk tetap tidak percaya. Sebagai
con-toh, bangsa Mesir, yang berkata, “Pertanda apa pun yang engkau bawa
untuk memikat kami, kami tidak akan memer-cayaimu” kepada Nabi Musa,
yang telah menunjukkan sejumlah keajaiban. Mereka memiliki kecenderungan
yang sama dengan materialis saat ini. Allah menggambarkan orang-orang
ini sebagai:
“Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan (bacaan) mu,
padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka
(sehingga mereka tidak) memahaminya dan (Kami letakkan)
sumbatan di telinganya. Dan jika pun mereka
melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman
kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu,
orang-orang kafir itu berkata: "Al Quran ini tidak lain
hanyalah dongengan orang-orang dahulu". (Q.S. Al
An'aam, 6: 25) !
“Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala
kesung- guhan, bahwa sungguh jika datang kepada mereka
datang sesuatu mu’jizat, pastilah mereka beriman kepada-Nya.
Katakanlah: "Sesungguhnya mu'jizat-mu'jizat
itu hanya berada di sisi Allah". Dan adakah yang
memberitahukan kepadamu bahwa apabila mu'jizat datang
mereka tidak akan beriman.” (QS. Al An'aam, 6: 109) !
BAB 4 KEAJAIBAN ILMIAH AL QURAN
Empat belas abad yang lalu, Allah menurunkan Al Quran kepada umat
manusia sebagai kitab penuntun. Allah menyeru umat manusia mengikuti Al
Quran agar dapat menemukan kebenaran. Sejak Al Quran diturunkan hingga
tiba hari perhitungan, kitab suci terakhir ini tetap menjadi
satu-satunya tuntunan bagi umat manusia.
Gaya bahasa Al Quran yang tak tertandingi, dan ilmu tinggi
di dalamnya adalah bukti nyata ia merupakan firman Ilahi. Di samping
itu, Al Quran mempunyai banyak sifat ajaib yang membuktikan bahwa ia
adalah pengungkapan kebenaran dari Allah. Salah satu keajaiban itu
adalah fakta bahwa sejumlah kebenaran ilmiah yang baru dapat diungkap
manusia dengan teknologi abad ke-20, telah dinyatakan Al Quran pada 1400
tahun lalu.
Tentu saja, Al Quran bukan buku sains. Namun, banyak fakta
ilmiah yang dinyatakan secara sangat mendalam dan padat dalam
ayat-ayat-Nya, baru ditemukan dengan tekno-logi abad ke-20. Fakta-fakta
ini tidak mungkin bisa diketahui pada saat Al Quran diturunkan, dan ini
justru lebih mem-buktikan bahwa Al Quran adalah firman Allah.
Untuk memahami keajaiban ilmiah Al Quran, pertama kita harus
melihat tingkatan sains ketika kitab suci ini diturunkan.
Pada abad ke-7, ketika Al Quran diturunkan, masya-rakat Arab
mempunyai banyak kepercayaan takhayul dan tanpa dasar dalam hal-hal
ilmiah. Karena rendahnya teknologi untuk mengkaji alam dan jagat raya,
masyarakat Arab dahulu percaya pada legenda-legenda warisan generasi
lampau. Se-bagai contoh, mereka mengira bahwa gunung-gunung menopang
langit di atasnya. Mereka percaya bahwa bumi datar dan ada gunung-gunung
tinggi pada kedua ujungnya. Pegunungan ini dianggap tiang-tiang yang
menyangga langit jauh di atas.
Namun, semua kepercayaan takhayul masyarakat Arab ini telah
dihapuskan dengan Al Quran. Dalam ayat kedua Surat Ar Rad, dikatakan:
“Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang…” (QS. Ar-Rad, 13: 2).
Ayat ini menggugurkan kepercayaan bahwa langit tetap di atas karena
ditopang pegunungan. Dalam banyak bidang lain, fakta penting diungkapkan
ketika tak seorang pun mampu mengetahui-nya. Al Quran yang diturunkan
ketika manusia mengetahui hanya sedikit astronomi, fisika, atau biologi,
berisi fakta-fakta kunci seperti penciptaan alam semesta, penciptaan
manusia, struktur atmosfer, dan keseimbangan rumit yang memungkinkan
kehidupan di atas bumi.
Sekarang, mari kita cermati sebagian keajaiban ilmiah yang diungkapkan Al Quran.
Pembentukan Alam Semesta
Asal mula alam semesta diuraikan Al-Quran dalam ayat berikut:
“Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia
tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia
menge-tahui segala sesuatu.” (QS. Al An'aam, 6: 101) !
Informasi yang diberikan Al Quran ini sepenuhnya sesuai
dengan temuan sains masa kini. Kesimpulan yang dicapai astrofisika saat
ini adalah bahwa seluruh alam semesta, bersamaan dengan dimensi materi
dan waktu, muncul sebagai akibat dari ledakan besar yang terjadi dalam
ketiadaan waktu. Peristiwa ini, yang dikenal sebagai “Big Bang”,
membuktikan bahwa alam semesta telah diciptakan dari ketiadaan sebagai
hasil ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmiah modern sependapat
bahwa “Big Bang” adalah satu-satunya penjelasan masuk akal yang dapat
dibuktikan untuk permulaan dan pembentukan alam semesta.
Sebelum “Big Bang” , materi itu tidak ada. Dari kondisi
“ketiadaan” ketika materi, energi, bahkan waktu, tidak ada, dan kondisi
itu hanya dapat digambarkan secara metafisis materi, energi, dan waktu
diciptakan. Fakta yang ditemukan baru-baru ini oleh fisika modern, telah
diumumkan kepada kita dalam Al Quran 1400 tahun lalu.
Perluasan Alam Semesta
Di dalam Al Quran yang diturunkan 14 abad lalu, ketika ilmu
astronomi masih primitif, perluasan alam semesta telah digambarkan
seperti ini:
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya
Kami benar-benar meluaskan-nya.” (QS. Adz Dzaariyaat, 51: 47) !
Kata “langit”, seperti di-nyatakan dalam ayat ini,
diguna-kan di pelbagai tempat dalam Al Quran dengan arti ruang angkasa
dan alam semesta. Di sini, kata itu digunakan lagi dengan arti tersebut.
Dengan kata lain, dalam Al Quran diungkapkan bahwa alam semesta
mengalami “per-luasan”. Dan ini tepat sama dengan kesimpulan yang
dicapai sains saat ini.
Sampai awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang berlaku
di dunia sains adalah bahwa “alam semesta mempunyai sifat konstan dan
ada sejak waktu tak ber-hingga”. Tetapi, penelitian, pengamatan, dan
perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern mengungkapkan bahwa
alam semesta sesungguhnya mempunyai per-mulaan, dan bahwa ia secara
terus-menerus meluas.
Pada awal abad ke-20, ahli fisika Rusia, Alexander
Friedmann, dan kosmolog Belgia, Georges Lemaître, secara teoretis
menghitung bahwa alam semesta bergerak secara konstan dan bahwa ia
meluas.
Fakta ini telah dibuktikan juga dengan data pengamatan pada
tahun 1929. Mengamati langit dengan teropong bintang, Edwin Hubble, ahli
astronomi Amerika, menemu-kan bahwa bintang-bintang dan galaksi-galaksi
secara konstan saling menjauhi. Alam semesta, ketika segalanya bergerak
saling menjauhi berarti ia secara konstan meluas. Pengamatan yang
dilakukan pada tahun berikutnya memastikan bahwa alam semesta secara
konstan ber-kembang. Fakta ini telah dijelaskan di dalam Al Quran ketika
hal itu belum diketahui siapa pun. Ini karena Al Quran adalah firman
Allah, Yang Maha Pencipta, dan Maha Penguasa seluruh alam semesta.
Orbit
Ketika merujuk pada matahari dan bulan dalam Al Quran,
ditekankan bahwa masing-masing bergerak dalam orbitnya sendiri.
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar pada garis edarnya.” (QS. Al
Anbiyaa', 21: 33) !
Disebutkan dalam ayat lain pula bahwa matahari tidak statis tetapi bergerak dalam orbit tertentu:
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan
Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yaasin, 36: 38) !
Fakta-fakta yang telah disampaikan Al Quran ini ditemukan
dengan pengamatan perbintangan di masa kini. Menurut perhitungan ahli
astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan sangat tinggi yaitu
720.000 kilometer/jam ke arah bintang Vega dalam orbit tertentu yang
disebut Solar Apex. Hal ini berarti bahwa matahari bergerak kira-kira
17.280.000 kilometer/hari. Bersama matahari, semua planet dan satelit di
dalam sistem gravitasi matahari juga menempuh jarak yang sama. Lebih
jauh, semua bintang di alam semesta berada dalam gerakan terencana yang
sama.
Bahwa seluruh alam semesta dipenuhi jalur dan orbit seperti ini, ditulis dalam Al Quran sebagai berikut:
“Demi langit yang mempunyai jalan-jalan.” (QS. Adz-Dzaariyaat, 51: 7) !
Ada sekitar 200 miliar galaksi di alam semesta yang terdiri
dari hampir 200 miliar bintang pada setiap galaksi. Sebagian besar
bintang mempunyai planet, dan sebagian besar planet mempunyai satelit.
Semua benda luar angkasa ini bergerak dalam orbit yang diperhitungkan
dengan tepat. Selama berjuta-juta tahun, setiap benda langit ini
"beredar" pada orbitnya sendiri dalam keselarasan dan keteraturan
sempurna dengan lainnya. Selain itu, komet juga bergerak bersama di
orbit-orbit yang ditentukan bagi mereka.
Orbit di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda
angkasa. Galaksi juga berjalan dengan kecepatan luar biasa pada orbit
yang terencana dan diperhitungkan. Selama pergerakan ini, tidak satu pun
benda angkasa memotong jalur sesamanya, atau saling bertabrakan.
Tentu saja pada waktu Al Quran diturunkan, umat ma-nusia
tidak mempunyai teropong bintang masa kini atau teknologi pengamatan
yang maju untuk mengamati jutaan kilometer ruang angkasa, juga tidak
mempunyai penge-tahuan fisika atau astronomi modern. Karenanya, pada
waktu itu, tidak mungkin menentukan secara ilmiah bahwa ruang angkasa
“mempunyai jalan-jalan” seperti yang dinya-takan dalam ayat Al Quran.
Tetapi, ini dinyatakan secara terbuka kepada kita dalam Al Quran yang
diturunkan pada waktu itu: karena Al Quran adalah firman Allah.
Atap yang Terpelihara
Di dalam Al Quran, Allah mengarahkan perhatian kita pada sifat langit yang sangat menarik:
“Dan Kami jadikan langit itu sebagai atap yang
terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala
tanda- tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.” (QS. Al
Anbiya, 21: 32) !
Sifat langit ini telah dibuktikan dengan riset ilmiah yang dilakukan pada abad ke-20.
Atmosfer yang menyelimuti bumi mempunyai fungsi penting demi
kesinambungan kehidupan. Seraya meng-hancurkan banyak meteor besar dan
kecil yang mendekati bumi, atmosfer mencegah mereka jatuh ke bumi dan
membahayakan makhluk hidup.
Selain itu, atmosfer menyaring cahaya dari luar angkasa yang
berbahaya bagi makhluk hidup. Uniknya, atmosfer membiarkan menerobos
cahaya yang bermanfaat dan tidak berbahaya, seperti sinar tampak, sinar
ultraviolet-dekat, dan gelombang radio. Semua radiasi ini sangat penting
bagi kehidupan. Sinar ultraviolet-dekat, yang hanya sebagian kecil
dibiarkan masuk oleh atmosfer, sangat penting untuk fotosintesis
tumbuhan dan untuk pertahanan hidup semua makhluk. Mayoritas sinar
ultraviolet yang kuat dari matahari disaring oleh lapisan ozon atmosfer
dan hanya bagian terbatas dan penting dari spektrum ultraviolet yang
mencapai bumi.
Fungsi melindungi atmosfer tidak berakhir di sini. Atmosfer
juga melindungi bumi dari dingin luar angkasa yang membekukan, yaitu
sekitar minus 270 derajat Celcius.
Tidak hanya atmosfer yang melindungi bumi dari efek
berbahaya. Selain atmosfer, Sabuk Van Allen - lapisan yang ditimbulkan
medan magnet bumi - juga bertindak sebagai perisai terhadap radiasi
berbahaya yang mengancam planet kita. Radiasi ini, yang secara konstan
dipancarkan matahari dan bintang lain, sangat mematikan bagi makhluk
hidup. Jika Sabuk Van Allen tidak ada, semburan matahari — ledakan
energi sangat dahsyat yang sering terjadi pada matahari — akan
menghancurkan semua kehidupan di atas bumi.
Energi yang dipancarkan dari satu semburan yang terdeteksi
baru-baru ini telah dihitung yaitu setara dengan 100 miliar kali bom
atom yang pernah dijatuhkan di Hiroshima. Lima puluh delapan jam setelah
ledakan, diamati bahwa jarum magnet pada kompas menunjukkan pergerakan
yang tidak biasa, dan 250 kilometer di atas atmosfer bumi, temperatur
tiba-tiba meningkat hingga 2.500 derajat Celsius.
Singkatnya, sebuah sistem sempurna bekerja di atas bumi. Ia
menyelimuti dunia kita dan melindunginya dari ancaman luar. Ilmuwan baru
mempelajari tentang hal itu baru-baru ini. Tetapi, berabad-abad lalu
Allah memberi tahu kita dalam Al Quran tentang atmosfer bumi yang
berfungsi sebagai perisai.
Langit yang Mengembalikan
Ayat ke-11 Surat Ath Thaariq dalam Al Quran mengacu pada fungsi “mengembalikan” yang dimiliki langit:
“Demi langit dengan sistem siklusnya.” (QS. Ath-Thaariq, 86: 11) !
“Sistem siklus” dalam terjemahan Al Quran, juga berarti “mengirimkan kembali” atau “mengembalikan”.
Sebagaimana diketahui, atmosfer yang melapisi bumi terdiri
dari banyak lapisan. Masing-masing lapisan mempunyai fungsi penting demi
kelangsungan hidup. Riset telah mengungkapkan bahwa lapisan-lapisan ini
mempunyai fungsi mengembalikan material atau sinar yang mengenainya ke
ruang angkasa atau kembali ke bumi. Sekarang, mari kita kaji dengan
beberapa contoh fungsi “pengembalian” dari lapisan yang melingkari bumi.
Troposfer, 13-15 kilometer di atas bumi, memungkinkan uap
air naik dari permukaan bumi untuk dikondensasikan dan dikembalikan ke
bumi sebagai hujan.
Lapisan Ozon, pada ketinggian 25 kilometer, mengembalikan
sinar kosmis dan sinar ultraviolet yang berbahaya ke angkasa.
Ionosfer memantulkan siaran gelombang radio dari bumi
kembali ke pelbagai tempat lain di bumi, menyerupai satelit komunikasi
pasif, dan dengan demikian memungkinkan komunikasi tanpa kabel, siaran
radio dan televisi jarak jauh.
Lapisan magnetosfer memantulkan partikel radioaktif
berbahaya yang dipancarkan matahari dan bintang lain kembali ruang
angkasa sebelum menjangkau bumi.
Fakta bahwa sifat lapisan atmosfer yang baru diketahui belum
lama ini telah diumumkan berabad-abad lalu dalam Al Quran, sekali lagi
menunjukkan bahwa Al Quran adalah firman Allah.
Lapisan Atmosfer
Satu fakta tentang alam semesta yang diungkap dalam
ayat-ayat Al Quran adalah bahwa langit terdiri dari tujuh lapisan:
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan
Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah, 2: 29) !
“Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia me-wahyukan
pada tiap-tiap langit urusannya.“ (QS. Fushshilat, 41: 12) !
Kata “langit” yang muncul dalam banyak ayat Al Quran
digunakan untuk merujuk langit di atas bumi, di samping pula keseluruhan
alam semesta. Mengingat arti kata ini, terlihat bahwa langit bumi, atau
atmosfer, terdiri dari tujuh lapisan.
Memang, saat ini diketahui bahwa atmosfer bumi terdiri dari
lapisan-lapisan yang berbeda yang letaknya saling bertumpukan. Lebih
jauh, langit terdiri dari tujuh lapisan sebagaimana yang digambarkan Al
Quran. Dalam sebuah sumber ilmiah, hal ini diuraikan sebagai berikut:
Ilmuwan telah menemukan bahwa atmosfer terdiri dari beberapa lapisan...
Setiap lapisan memiliki sifat fisik berbeda seperti tekanan dan jenis
gas... Lapisan atmosfer terdekat dengan bumi disebut TROPOSFER yang
mengandung sekitar 90% massa total atmosfer... Lapisan di atas troposfer
disebut STRATOSFER.... LAPISAN OZON adalah bagian dari stratosfer yang
menjadi tempat penyerapan sinar ultraungu. Lapisan di atas stratosfer
disebut MESOSFER... TERMOSFER berada di atas mesosfer... Gas terionisasi
yang membentuk lapisan di dalam termosfer disebut IONOSFER... Bagian
terluar atmosfer bumi dimulai dari ketinggian sekitar 480 km hingga 960
km. Bagian ini disebut EKSOSFER.53
Jika kita menghitung jumlah lapisan yang disebutkan sumber
ini, kita lihat bahwa atmosfer terdiri tepat tujuh lapisan, sebagaimana
dinyatakan dalam ayat di atas:
1. Troposfer
2. Stratosfer
3. Ozonosfer
4. Mesosfer
5. Termosfer
6. Ionosfer
7. Eksosfer
Keajaiban penting lainnya dalam hal ini disebutkan dalam
pernyataan “…dan Dia mewahyukan tiap-tiap langit urusannya”, pada ayat
ke-12 Surat Fushilat. Dengan kata lain, dalam ayat tersebut, Allah
menyatakan bahwa Dia memberi setiap lapisan tugas sendiri-sendiri.
Sesunguhnya, seperti yang dapat dilihat pada bagian sebelumnya, setiap
lapisan ini mempunyai tugas-tugas vital demi keuntungan umat manusia dan
semua makhluk hidup lainnya di bumi. Setiap lapisan mempunyai fungsi
tertentu, dari membentuk hujan hingga mencegah sinar berbahaya, dari
memantul-kan gelombang radio hingga menolak efek berbahaya meteor.
Merupakan keajaiban besar bahwa fakta-fakta di atas telah
dipapar-kan dalam Al Quran 1400 tahun lalu, padahal saat itu tanpa
teknologi abad ke-20 mustahil manusia mengetahuinya.
Fungsi Gunung
Al Quran mengarahkan perhatian kita pada fungsi geologis yang penting dari gunung.
“Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi
ini tidak goncang bersama mereka...” (QS. Al Anbiyaa', 21: 31) !
Sebagaimana kita lihat, dinyatakan dalam ayat tersebut bahwa
gunung-gunung berfungsi mencegah goncangan di permukaan bumi.
Fakta ini tidak diketahui siapa pun ketika Al Quran
diturunkan. Bahkan, fakta ini baru terungkap sebagai hasil penemuan
geologi modern.
Menurut penemuan ini, gunung-gunung muncul sebagai hasil
pergerakan dan tumbukan dari lempengan-lempengan raksasa yang membentuk
kerak bumi. Ketika dua lempengan bertumbukan, lempengan yang lebih kuat
menyelip di bawah lempengan yang satunya, sementara yang di atas melipat
dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Lapisan bawah bergerak di
bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini
berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak
kalah besarnya dengan yang tampak di permukaan bumi.
Dengan kata lain, gunung-gunung mencengkeram
lempengan-lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah
permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini.
Dengan cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari
terombang-ambing di atas lapisan magma atau di antara
lempengan-lempengannya. Singkatnya, kita dapat mengumpamakan gunung
dengan paku yang menyatukan bilah-bilah papan.
Dalam sebuah ayat, peran gunung ini ditunjukkan dengan perumpa-maan sebagai “pasak”:
“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?
Dan gunung-gunung sebagai pasak?” (QS. An-Naba', 78: 6-7) !
Fungsi pemancangan dari gunung dijelaskan dalam literatur
ilmiah dengan istilah "isostasi". Isostasi bermakna sebagai berikut:
Kesetimbangan dalam kerak bumi yang terjaga oleh aliran materi beba-tuan di bawah permukaan akibat tekanan gravitasi.54
Peran penting gunung yang ditemukan oleh ilmu geologi modern
dan penelitian gempa, telah dinyatakan dalam Al Quran berabad-abad
lampau sebagai suatu bukti hikmah mahaagung dalam ciptaan Allah. Dalam
ayat lain dikatakan pula:
“... dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu...” (QS. Luqman, 31: 10) !
Identitas pada Sidik Jari
Ketika dikatakan dalam Al Quran bahwa mudah bagi Allah untuk
menghidupkan manusia setelah kematiannya, sidik jari manusia secara
khusus ditekankan:
“Bukankah demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun ujung-ujung jarinya dengan sempurna.” (QS. Al Qiyaamah, 75: 4) !
Penekanan pada sidik jari memiliki makna sangat khusus,
karena sidik jari setiap orang unik bagi dirinya sendiri. Setiap orang
yang hidup atau pernah hidup di dunia ini memiliki serangkaian sidik
jari yang unik.
Itulah sebabnya sidik jari diterima sebagai bukti identitas
yang sangat penting bagi pemiliknya dan digunakan untuk tujuan ini di
seluruh penjuru dunia.
Namun, yang penting adalah bahwa keunikan sidik jari ini
baru ditemukan di akhir abad ke-19. Sebelumnya, orang menganggap sidik
jari sebagai lengkungan-lengkungan biasa tanpa makna khusus. Tetapi
dalam Al Quran, Allah menunjuk sidik jari, yang sedikit pun tidak
menarik perhatian orang waktu itu, dan mengarahkan perhatian kita pada
arti penting sidik jari, yang baru mampu dipahami di masa kini.
Pergerakan Gunung
Dalam sebuah ayat, kita diberitahu bahwa gunung-gunung
tidaklah diam sebagaimana kelihatannya, tetapi mereka terus-menerus
bergerak.
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap ditempatnya,
padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan.” (QS. An-Naml, 27: 88) !
Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi
tempat mereka berada. Kerak bumi ini seakan terbawa hanyut di atas
lapisan mantel yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama
kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener
mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada
masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda
sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.
Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru
pada tahun 1980, lima puluh tahun setelah kematiannya. Sebagaimana
pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun
1915, sekitar 500 juta tahun lalu, seluruh tanah daratan yang ada di
permukaan bumi adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini
terletak di kutub selatan.
Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua
yang setiap bagiannya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan
atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia,
Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri
dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun
setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi
daratan-daratan yang lebih kecil.
Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea
telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa
sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan
perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.
Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian
geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan
peristiwa ini sebagaimana berikut:
Kerak dan bagian terluar mantel, dengan ketebalan sekitar
100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat
enam lempengan utama dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang
disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada
per-mukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan
benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun.
Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan
perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya,
Samudera Atlantik menjadi sedikit lebih lebar.55
Ada hal yang sangat penting yang perlu dikemukakan di sini.
Dalam ayat tersebut di muka, Allah telah menyebutkan gerakan gunung
sebagai-mana jalannya awan yang bergeser. (Ilmuwan modern juga
menggunakan istilah “continental drift” atau “geseran benua” untuk
gerakan ini.)56
Tidak diragukan lagi, ini merupakan salah satu kejaiban Al
Quran bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh
ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Quran.
Keajaiban pada Besi
Besi adalah salah satu unsur yang dinyatakan secara jelas
dalam Al Quran. Dalam Surat Al Hadiid, yang berarti “besi”, kita
diberitahu bahwa:
“...Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan
yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia...” (QS. Al Hadiid, 57:
25) !
Kata “anzalnaa” atau berarti “kami turunkan” yang khusus
diguna-kan untuk besi dalam ayat ini, dapat dianggap memiliki arti
kiasan untuk menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk memberi manfaat
bagi manusia. Tetapi jika kita mempertimbangkan makna harfiah kata ini,
yakni “secara fisik diturunkan dari langit”, kita akan menyadari bahwa
ayat ini menyatakan keajaiban ilmiah yang sangat penting.
Ini karena penemuan astronomi modern telah mengungkap bahwa
logam besi yang ditemukan di bumi kita berasal dari bintang-bintang
raksasa di angkasa luar.
Logam berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan di dalam
inti bintang-bintang raksasa. Tetapi sistem tata surya kita tidak
memiliki struktur yang cocok untuk menghasil-kan besi secara mandiri.
Besi hanya dapat dibuat dan dihasilkan di dalam bintang-bintang yang
jauh lebih besar dari matahari, yang suhunya mencapai beberapa ratus
juta derajat. Ketika jumlah besi telah melampaui batas tertentu dalam
sebuah bintang, bintang tersebut tidak mampu lagi menanggungnya, dan
akhirnya meledak melalui peristiwa yang disebut “nova” atau “supernova”.
Akibat ledakan ini, meteor-meteor yang mengandung besi bertaburan di
seluruh penjuru alam semesta dan mereka bergerak melalui ruang hampa
sampai ditarik gaya gravitasi benda angkasa.
Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di
bumi tetapi kiriman dari bintang-bintang yang meledak di ruang angkasa
melalui meteor-meteor dan “diturunkan ke bumi”, persis seperti
dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelas bahwa fakta ini tidak dapat
diketahui secara ilmiah pada abad ke-7 ketika Al Quran diturunkan.
Angin yang Mengawinkan
Dalam sebuah ayat Al Quran disebutkan sifat angin yang menyuburkan dan pembentukan hujan sebagai hasilnya.
“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawin-kan dan Kami turunkan
hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu.” (QS. Al
Hijr, 15: 22) !
Dalam ayat ini ditekankan bahwa fase pertama dalam
pembentukan hujan adalah angin. Hingga awal abad ke-20, satu-satunya
hubungan antara angin dan hujan yang dike-tahui hanyalah bahwa angin
yang menggerakkan awan. Namun, penemuan ilmu meteorologi modern telah
menun-jukkan peran “mengawinkan” dari angin dalam pemben-tukan hujan.
Fungsi mengawinkan dari angin ini terjadi dengan cara berikut:
Di atas permukaan laut dan samudera, gelembung uda-ra yang
tak terhitung jumlahnya terbentuk akibat pemben-tukan buih. Pada saat
gelembung-gelembung ini pecah, ribu-an partikel kecil dengan diameter
seperseratus milimeter, terlempar ke udara. Partikel-partikel ini, yang
dikenal seba-gai aerosol, bercampur dengan debu daratan yang terbawa
oleh angin dan selanjutnya terbawa ke lapisan atas atmosfer.
Partikel-partikel ini dibawa naik lebih tinggi oleh angin dan bertemu
dengan uap air di sana. Uap air mengembun di seki-tar partikel-partikel
ini dan berubah menjadi butiran-butiran air. Butiran-butiran air ini
mula-mula berkumpul mem-bentuk awan, kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk
hujan.
Sebagaimana kita lihat, angin “mengawinkan” uap air yang
melayang di udara dengan partikel-partikel yang dibawanya dari laut dan
akhirnya membantu pembentukan awan hujan.
Apabila angin tidak memiliki sifat ini, butiran-butiran air
di atmosfer bagian atas tidak akan pernah terbentuk dan hujan pun tidak
akan pernah terjadi.
Hal terpenting di sini adalah bahwa peran utama dari angin
dalam pembentukan hujan telah dinyatakan berabad-abad yang lalu dalam
sebuah ayat Al Quran, pada saat orang hanya mengetahui sedikit saja
fenomena alam.
Kadar Hujan
Fakta lain yang diberikan dalam Al Quran mengenai hujan
adalah bahwa hujan diturunkan ke bumi dalam kadar tertentu. Hal ini
disebutkan dalam Surat Az Zukhruf sebagai berikut:
“Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar
(yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu
negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari
dalam kubur).” (QS. Az-Zukhruf, 43:11) !
Kuantitas hujan yang sudah ditentukan ini telah dite-mukan
pula melalui penelitian modern. Diperkirakan dalam satu detik, sekitar
16 juta ton air menguap dari bumi. Angka ini menghasilkan 513 triliun
ton air per tahun. Angka ini ternyata sama dengan jumlah hujan yang
jatuh ke bumi dalam satu tahun. Ini berarti air senantiasa berputar
dalam suatu siklus yang seimbang menurut “ukuran atau kadar” tertentu.
Kehidupan di bumi bergantung pada siklus air ini. Bahkan, sekalipun
manusia menggunakan semua teknologi yang ada di dunia ini, mereka tidak
akan mampu membuat siklus seperti ini.
Bahkan, satu penyimpangan kecil saja dari jumlah ini akan segera
mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi yang mampu mengakhiri kehidupan
di bumi. Namun, hal ini tidak pernah terjadi dan hujan senantiasa turun
setiap tahun dalam jumlah yang benar-benar sama seperti dinyata-kan
dalam Al Quran.
Laut-Laut Tidak Saling Bercampur
Salah satu sifat lautan yang baru-baru ini ditemukan berkaitan dengan ayat Al Quran:
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,
antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.” (QS.
Ar Rahmaan, 55: 19-20) !
Sifat lautan yang saling bertemu, tetapi tidak saling
bercampur ini telah ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru ini.
Disebabkan gaya fisika yang disebut “tegangan permukaan”, air dari
laut-laut yang saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat adanya
perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan bercampur satu
sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka.
Sisi menarik dari hal ini adalah bahwa pada masa ketika
manusia tidak memiliki pengetahuan apa pun mengenai fisika, tegangan
permukaan, maupun ilmu kelautan, hal ini telah diungkap dalam Al-Quran.
Jenis Kelamin Bayi
Hingga baru-baru ini, orang mengira bahwa jenis kelamin bayi
ditentukan oleh sel-sel ibu. Atau setidaknya, dipercaya bahwa jenis
kelamin ditentukan secara bersama oleh sel-sel lelaki dan perempuan.
Namun kita mendapat-kan informasi yang berbeda dari Al Quran, yang
menyatakan bahwa jenis kelamin laki-laki atau perempuan diciptakan “dari
air mani apabila dipancarkan”.
“Dan bahwasanya Dia-lah yang menciptakan berpa-sang-pasangan laki-laki
dan perempuan, dari air mani, apabila dipancarkan.” (QS. An Najm, 53:
45-46) !
Ilmu genetika dan biologi molekuler yang berkembang telah
membenarkan secara ilmiah ketepatan informasi yang diberikan Al Quran
ini. Kini diketahui bahwa jenis kelamin ditentukan oleh sel-sel sperma
dari tubuh pria, dan bahwa wanita tidak berperan dalam proses penentuan
jenis kelamin ini.
Kromosom adalah unsur utama dalam penen-tuan jenis kelamin.
Dua dari 46 kromosom yang menentukan struktur se-orang manusia
diidenti-fikasi sebagai kromosom kelamin. Dua kromosom ini disebut "XY"
pada pria, dan "XX" pada wanita. Penamaan ini didasarkan pada bentuk
kromosom tersebut yang menyerupai bentuk huruf-huruf ini. Kromosom Y
membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kelelakian, sedangkan kromosom
X membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kewanitaan.
Pembentukan seorang manusia baru berawal dari penggabungan
silang salah satu dari kromosom ini, yang pada pria dan wanita ada dalam
keadaan berpasangan. Pada wanita, kedua bagian sel kelamin, yang
membelah menjadi dua selama peristiwa ovulasi, membawa kromosom X.
Sebaliknya, sel kelamin seorang pria menghasilkan dua sel sperma yang
berbeda, satu berisi kromosom X, dan yang lainnya berisi kromosom Y.
Jika satu sel telur berkromosom X dari wanita ini bergabung dengan
sperma yang membawa kromosom Y, maka bayi yang akan lahir berjenis
kelamin pria. Dengan kata lain, jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis
kromosom mana dari pria yang bergabung dengan sel telur wanita.
Tak satu pun informasi ini dapat diketahui hingga
ditemukannya ilmu genetika pada abad ke-20. Bahkan di kalangan
masyarakat, diyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh pihak
wanita. Inilah mengapa kaum wanita dipersalahkan ketika mereka
melahirkan bayi perempuan.
Namun, tiga belas abad sebelum penemuan gen manu-sia, Al
Quran telah mengungkapkan informasi yang meng-hapuskan keyakinan
takhayul ini, dan menyatakan bahwa wanita bukanlah penentu jenis kelamin
bayi, tetapi air mani dari pria.
Gumpalan Daging yang Melekat pada Rahim
Jika kita terus mempelajari fakta-fakta yang diberitakan
dalam Al Quran mengenai pembentukan manusia, sekali lagi kita akan
menjumpai keajaiban ilmiah yang sungguh penting.
Ketika sperma pria bergabung dengan sel telur wanita,
intisari bayi yang akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal
sebagai “zigot” dalam ilmu biologi ini akan segera berkembang biak
dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi “segumpal daging.” Tentu
saja, hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop.
Namun, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya
begitu saja. Ia melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh
menancap di bumi dengan serabutnya. Melalui hubungan ini, zigot mampu
mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya.
Di sini, pada tahap ini, satu keajaiban penting dari Al
Quran terungkap. Ketika merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam
rahim ibu, Allah menggunakan kata “alaq” dalam Al Quran:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.” (QS. Al 'Alaq, 96: 1-3) !
Arti kata “alaq” dalam bahasa Arab adalah “sesuatu yang
menempel pada suatu tempat.” Kata ini secara harfiah digunakan untuk
menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk mengisap darah.
Tentunya penggunakan kata yang demikian tepat untuk zigot
yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, mem-buktikan bahwa Al Quran
merupakan wahyu dari Allah, Tuhan Semesta Alam.
Otot yang Membungkus Tulang
Aspek penting lain tentang informasi yang disebutkan dalam
ayat-ayat Al Quran adalah tahap-tahap pembentukan manusia dalam rahim
ibu. Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa dalam rahim ibu, tulang-tulang
terbentuk lebih dahulu, kemudian terbentuklah otot yang membungkus
tulang-tulang ini.
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Mahasucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al Mu'minuun, 23:
14) !
Embriologi adalah cabang ilmu yang mempelajari perkembangan
embrio dalam rahim ibu. Hingga akhir-akhir ini, para ahli embriologi
beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara
bersamaan. Karenanya, sejak lama, banyak orang yang menyatakan bahwa
ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih
dengan mikroskop yang dilakukan dengan ban-tuan teknologi baru telah
mengungkap bahwa pernyataan Al Quran adalah benar kata demi katanya.
Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa
perkemba-ngan dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang
digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan embrio
mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di
sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.
Peristiwa ini digambarkan dalam sebuah terbitan ilmiah yang berjudul Developing Human, dengan kalimat berikut:
Dalam minggu ketujuh, rangka mulai tersebar ke seluruh tubuh dan
tulang-tulang mencapai bentuk yang kita kenal. Pada akhir minggu ketujuh
dan selama minggu kedelapan, otot-otot menempati posisinya di
sekeliling bentukan tulang.57
Singkatnya, tahap-tahap pembentukan manusia sebagaimana
di-gambarkan dalam Al Quran, benar-benar sesuai dengan temuan
embrio-logi modern.
Tiga Tahap Perkembangan Bayi dalam Rahim
Dalam Al Quran dipaparkan bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan dalam rahim ibunya.
“Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga
kegelapan, adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan.
Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu
dapat dipalingkan?” (QS. Az Zumar, 39: 6) !
Sebagaimana akan dipahami, ayat ini menunjukkan bahwa
seorang manusia diciptakan dalam tubuh ibunya melalui tiga tahapan yang
berbeda. Benar, biologi modern telah mengungkap bahwa pembentukan embrio
pada bayi terjadi dalam tiga daerah yang berbeda dalam rahim ibu.
Dewasa ini, di semua buku pelajaran embriologi yang dipakai
fakultas-fakultas kedokteran, hal ini dijadikan sebagai pengetahuan
dasar. Misalnya, dalam buku Basic Human Embryology, sebuah buku
referensi utama dalam bidang embriologi, fakta ini diuraikan sebagai
berikut: “Kehidupan dalam rahim memiliki tiga tahapan: pre-embrionik,
dua setengah minggu pertama; embrionik, sampai akhir minggu kedelapan;
dan fetus/janin, dari minggu kedelapan sampai kelahiran.58
Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari
perkem-bangan bayi. Ringkasnya, ciri-ciri utama tahap perkembangan
tersebut adalah sebagai berikut:
- Tahap Pre-embrionik
Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan
sel, dan terbentuklah segumpalan sel yang kemudian membenamkan diri
pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin besar,
sel-sel penyu-sunnya pun mengatur diri sendiri guna membentuk tiga
lapisan.
- Tahap Embrionik
Tahap kedua ini berlangsung selama lima setengah minggu.
Pada masa ini, bayi disebut sebagai “embrio.” Pada tahap ini, organ dan
sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisan-lapisan sel tersebut.
- Tahap Fetus
Dimulai dari tahap ini dan seterusnya, bayi disebut sebagai
“fetus.” Tahap ini dimulai sejak kehamilan minggu kedelapan hingga masa
kelahiran. Ciri khusus tahapan ini adalah bahwa fetus sudah menyerupai
manusia, dengan wajah, kedua tangan dan kakinya. Meskipun pada awalnya
memiliki panjang hanya 3 cm, kesemua organnya sudah jelas. Tahap ini
berlangsung selama kurang lebih 30 minggu, dan perkembangan berlanjut
hingga minggu kelahiran.
Informasi mengenai perkembangan bayi dalam rahim ibu, baru
didapatkan setelah serangkaian pengamatan de-ngan peralatan modern.
Namun sebagaimana fakta ilmiah lainnya, informasi-informasi ini
disampaikan dalam ayat-ayat Al Quran dengan cara yang luar biasa. Fakta
bahwa informasi yang sedemikian terperinci dan akurat diberikan dalam Al
Quran pada saat bidang kedokteran masih primitif, merupakan bukti nyata
bahwa Al Quran bukanlah ucapan manusia melainkan firman Allah.
Air Susu Ibu
Air susu ibu adalah suatu campuran ciptaan Allah yang luar
biasa dan tak tertandingi sebagai sumber makanan terbaik bagi bayi yang
baru lahir, di samping sebagai zat yang meningkatkan kekebalan tubuhnya
terhadap penyakit. Bahkan, makanan bayi yang dibuat dengan teknologi
masa kini tak mampu menggantikan sumber makanan yang menakjubkan ini.
Setiap hari ditemukan satu manfaat baru air susu ibu bagi
bayi. Salah satu fakta yang ditemukan ilmu pengetahuan tentang air susu
ibu adalah bahwa menyusui bayi selama dua tahun setelah kelahiran
sungguh amat bermanfaat.59 Allah memberitahu kita informasi penting ini
sekitar 14 abad lalu, yang hanya diketahui melalui ilmu pengetahuan
baru-baru ini, dalam ayat-Nya “…menyapihnya dalam dua tahun….”
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu
bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.” (QS. Luqman, 31: 14) !
Kesimpulan
Semua yang sudah kita cermati sejauh ini menunjukkan fakta
yang jelas bahwa Al Quran adalah kitab yang seluruh berita di dalamnya
terbukti kebenarannya. Fakta tentang hal-hal ilmiah dan berita tentang
masa depan, fakta-fakta yang tak seorang pun mengetahuinya pada saat
itu, telah dipaparkan dalam ayat-ayatnya. Adalah mustahil informasi ini
diketahui dengan tingkat pengetahuan dan teknologi saat itu. Sudah jelas
bahwa ini menjadi bukti Al Quran bukan perkataan manusia. Al Quran
adalah firman Tuhan, Yang Mahakuasa, Maha Pemula Segalanya dan Yang
Menguasai Segalanya dengan ilmu-Nya. Dalam satu ayat, Allah berfirman:
“Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka
menemukan pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. An Nisa', 4: 82)
Tidak hanya tiada pertentangan dalam Al Quran, tetapi setiap informasi
di dalamnya mengungkapkan mukjizat kitab suci ini semakin banyak setiap
harinya.
Yang menjadi kewajiban manusia adalah berpegang teguh pada
kitab suci yang telah diturunkan Allah ini, dan menerimanya sebagai
satu-satunya penunjuk jalan baginya. Dalam salah satu ayat, Allah
memerintahkan kita:
“Dan Al Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka
ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.” (QS. Al An'aam,
6: 155) !
BUKU DUA
BAB 5 ILMUWAN YANG MEYAKINI KEBERADAAN TUHAN
Bagaimanapun keras kepalanya kaum materialis dan ateis, kebenaran
tunggal tetap nyata: Tuhan telah menciptakan seluruh bentuk kehidupan
dan sistem yang membangun bifang-bidang sains. Karena itu, tidak ada
keraguan lagi bahwa sains dan agama dapat didamaikan selama keduanya
dipraktikkan secara jujur dan penuh kesadaran. Kesesuaian nyata ini
ditandai dengan banyak-nya “ilmuwan yang meyakini keberadaan Tuhan,”
baik dulu maupun sekarang, yang telah memberikan kontribusi besar
terhadap kemanusiaan.
Ilmuwan, yang mempraktikkan sains, membuat penemuan-penemuan
baru dan bekerja untuk mengungkap rahasia alam semesta, sesungguhnya
adalah orang yang menyelidiki cita seni Tuhan secara mendalam dan
mencoba mencari detail di dalamnya. Itu sebabnya agama dan sains
merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Ilmuwan adalah seseorang
yang membuktikan kekuasaan tak terbatas, cita seni, dan keunikan Tuhan
dalam ciptaan-Nya. Untuk alasan ini, berlawanan dengan kepercayaan
populer, ilmuwan menjadi orang pertama yang menghayati eksistensi dan
keesaan Tuhan, karena merekalah yang tenggelam dalam penelitian terhadap
ciptaan-ciptaan Tuhan.
Tidak mengherankan, terdapat banyak ilmuwan yang telah
memberikan kontribusi penting terhadap sains dengan menggunakan
pemikiran bebas dan keluasan wawasan yang mendorong mereka untuk
memahami agama. Mereka tidak hanya menunjukkan bahwa sains dan agama
sepenuhnya sejalan, tetapi juga memberikan manfaat besar bagi sains dan
kemanusiaan. Sebagai hasil penelitian dan pengamatan mereka, ilmuwan
terkemuka yang menjadi perintis sains seperti Newton, Kepler, Leonardo
da Vinci, dan Einstein, percaya bahwa alam semesta diciptakan dan diatur
Tuhan, dan berada dalam kendali-Nya. Lagipula, orang-orang berimanlah
yang menemukan prinsip-prisip dasar sains, dan ini berarti agama
berperan penting dalam kemunculan sains.
Isaac Newton yang dianggap sebagai ilmuwan terbesar
sepanjang zaman, menyatakan dengan jelas pandangannya tentang alam dalam
kata-kata berikut:
Kelangsungan sistem matahari, planet-planet, dan komet-komet yang paling
indah ini terjaga hanya karena petunjuk dan kehendak Zat yang
Mahacerdas dan Mahakuasa. Zat ini mengatur segalanya… sebagai Tuhan
semesta alam, dan atas nama kekuasaan-Nya. Dia biasa dipanggil Tuhan
Yang Mahaagung, penguasa semesta alam.60
Merupakan fakta terkenal bahwa prestasi ilmiah Kepler
bersumber dari keyakinan religiusnya. Arno Penzias, penerima Anugerah
Nobel dalam bidang fisika pada tahun 1978, dan salah satu penemu radiasi
latar belakang kosmik, memberikan komentarnya tentang Kepler :
Ini berawal bukan dari keberhasilan Copernicus, melainkan dari
keberha-silan Kepler. Itu karena, bagaimanapun, pendapat tentang
perputaran bumi dan sebagainya berawal pada masa ketika para ilmuwan
saling ber-tukar pendapat. Semua ini berlangsung sampai kami menemukan
seo-rang dengan keyakinan sejati, dan orang itu adalah Kepler…Dia
benar-benar percaya kepada Tuhan sebagai pembuat hukum…Dan dia berka-ta,
pasti ada sesuatu yang lebih sederhana dan lebih berkuasa. Sekarang,
dia beruntung atau mungkin ada sesuatu yang lebih mendalam, tetapi
keyakinan Kepler membuahkan hukum-hukum alam. Jadi sejak saat itu,
perjuangan menjadi lebih keras lagi. Tetapi, abad demi abad berlalu,
kami mendapati bahwa hukum-hukum alam yang sederhana benar-benar
ber-laku. Jadi harapan itu masih menyertai para ilmuwan. Dan itu datang
ter-utama dari Kepler, dan Kepler memperolehnya dari kepercayaannya...61
Pada bagian ini, kita akan membicarakan ilmuwan beriman dari masa lalu
hingga masa kini, yang telah menemukan dan mengembangkan sains modern,
termasuk juga kontribusi mereka terhadap sains. Seluruh ilmuwan yang
disebutkan dalam bagian ini percaya bahwa alam semesta dan seluruh
bentuk kehidupan diciptakan oleh Tuhan. Kata-kata Francis Bacon
menggambarkan penghargaan seorang ilmuwan beriman terhadap seluruh
makhluk ciptaan Tuhan:
Karena semua karya menunjukkan kemampuan dan keterampilan manusia
pembuatnya, …demikian pula karya Tuhan; yang menunjukkan kemahakuasaan
dan kebijaksanaan Pembuatnya.62
Dalam firman-firman-Nya, Allah menyatakan bahwa salah satu
jalan untuk memperoleh kemampuan berpikir tentang ciptaan, takut
kepada-Nya, mengakui segalanya sebagai ciptaan-Nya, dan untuk memahami
kemahakuasaan-Nya adalah dengan “mempunyai ilmu”:
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah
adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah
yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” (QS.
Al 'Ankabuut, 29: 41-44) !
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan
bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
mengetahui.” (QS. Ar-Ruum, 30: 22) !
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia, yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang
yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”
(QS. Ali ‘Imran, 3: 18) !
“Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan
orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan
kepadamu (Al Quran) dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan
orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan yang beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami
berikan kepada mereka pahala yang besar.” (QS. An-Nisa, 4: 162) !
Para Ilmuwan Terdahulu yang Meyakini Keberadaan Tuhan
Roger Bacon (1220 - 1292)
“Kekuatan keyakinan menjadi penerang.”63
Disebut Doktor Mirabiles (Doktor yang Menakjubkan) oleh
orang-orang yang sezaman dengannya. Roger Bacon adalah seorang ilmuwan
dan ahli teologi Inggris yang lebih menekankan metode eksperimen, dan
mengakhiri beberapa kebiasaan kuno yang banyak dilakukan dalam sains
pada masanya. Bacon meramalkan sejumlah terobosan teknologi yang akan
terjadi beratus-ratus tahun kemudian, yang sangat sukar bahkan untuk
dipahami pada waktu itu. Kapal uap, kereta api, mobil, kapal terbang,
derek, dan jembatan gantung, adalah sebagian kecil inovasi yang
diramalkannya pada abad ke-13.
Dalam surat kepada temannya, Bacon menulis:
Pertama, dengan figurasi seni akan dibuat alat-alat navigasi tanpa perlu
manusia untuk mendayungnya, sehingga kapal-kapal besar menjelajahi
lautan hanya dengan disetir oleh satu orang, dan mereka bisa berlayar
jauh lebih cepat daripada jika dipenuhi manusia. Juga kereta yang akan
bergerak dengan kekuatan tak terbayangkan tanpa satu pun makluk hidup
yang menjalankannya.64
Dengan meyakini bahwa cahaya diciptakan Tuhan untuk
memudahkan manusia melihat, Bacon melakukan penelitian dalam bidang ini.
Dia menemukan karakteristik pembesaran lensa optik dan manfaatnya. Dia
menjadi orang pertama yang berpendapat bahwa cahaya yang dipancar-kan
bintang tidak mencapai bumi secara serentak. Akhir-nya, Bacon
berpendapat bahwa bumi itu tidak datar, tetapi bulat, sekitar 200 tahun
sebelum Christopher Columbus, dan India bisa dicapai dengan berlayar ke
barat dari Eropa.
Meyakini bahwa kesimpulan yang diperolehnya dari pengamatan sangat bermanfaat bagi kalangan beriman, Bacon berkata:
“Maka sains ini sangat berguna jika berkenaan dengan ka-langan beriman,
karena kita melihat di dalamnya pengeta-huan khusus tentang masa depan,
sekarang, dan dulu.”65
Bacon, sebagai ilmuwan, berpendapat bahwa sains tidak
bertentangan dengan agama, tetapi dapat menjadi alat yang penting untuk
membantu meyakinkan orang-orang yang tidak percaya. Dia menyatakan bahwa
“sains ini paling ampuh untuk meyakinkan manusia agar beriman.66
Francis Bacon (1561 - 1626)
Bacon, ilmuwan dan salah satu pendiri metode ilmiah, dikenal
sebagai seorang yang beriman dan taat kepada Tuhan. Dia menyatakan
dalam Novum Organum, bahwa “setelah firman Tuhan, sains merupakan obat
paling manjur untuk memerangi takhayul, dan pendukung kuat bagi
keimanan.67
Galileo Galilei (1564 - 1642)
Galileo Galilei adalah orang pertama yang menggunakan
teleskop untuk meneliti langit. Galileo berpendapat bahwa bumi itu
bulat. Ia menjadi orang pertama yang menemukan daerah gelap, kawah, dan
bukit-bukit di bulan. Galileo yang terkenal dengan banyak kontribusinya
terhadap sains, percaya bahwa indera, kemampuan untuk berbicara dan
kecerdasan, diberikan Tuhan kepada manusia, dan bahwa pemberian itu
harus digunakan sebaik mungkin. Dia berpendapat, sudah sangat jelas
bahwa alam dirancang oleh Tuhan. Dia berkata bahwa alam merupakan kitab
lain yang ditulis Tuhan, dan bahwa kebenaran sains dan kebenaran agama
tidak saling bertentangan karena Tuhanlah penulis semua kebenaran itu.68
Johannes Kepler (1571 - 1630)
Karena kami para ahli astronomi adalah pembawa pesan Tuhan
yang menyampaikan kitab alam, sudah selayaknya kami berpikir, bukan demi
kebesaran pemikiran kita, melainkan di atas segalanya, demi keagungan
Tuhan. 69
Kepler, seorang pendiri astonomi modern, menemukan
pergerakan elips planet-planet, menentukan rumus untuk menghubungkan
periode orbit planet terhadap jarak planet-planet tersebut dari
matahari, dan menyem-purnakan tabel astronomi yang memungkinkan
perhitungan posisi planet untuk setiap saat di masa lalu atau masa
depan.
Sebagai seorang ilmuwan, Kepler juga percaya bahwa alam
semesta diciptakan oleh Sang Pencipta. Ketika dia ditanya mengapa dia
menekuni sains, dia berkata “Saya pernah bercita-cita menjadi teolog…
tetapi dengan kerja keras, sekarang saya bisa melihat betapa Tuhan juga
diagungkan dalam astronomi, karena 'langit menyatakan kebesaran-Nya'”.70
Kehidupan Kepler, yang percaya bahwa keagungan Tuhan
termanifestasi dalam segala yang diciptakan-Nya, merupakan contoh betapa
sukses dan luas wawasan seorang ilmuwan yang mengakui bahwa ada tujuan
tertentu dari pen-ciptaan alam. “Siapa yang telah memberikan beruang
putih dan serigala putih kepada daerah bersalju di Selatan, dan
memberikan makanan berupa paus kepada beruang dan telur burung kepada
serigala?” tanya Kepler, dan kemudian menja-wab: “Mahabesar Tuhan kita
dan Mahabesar kebaikan-Nya, dan kebijaksanaan-Nya tiada terukur: pujilah
Dia, penguasa langit! Pujilah Dia, penguasa matahari, bulan, dan
planet-pla-net! Gunakanlah setiap indera untuk memahami, setiap lidah
untuk menyatakan penciptamu. Pujilah Dia, pemilik keselara-san angkasa!
Pujilah Dia, pengatur keselarasan yang terung-kap: Engkaulah jiwaku,
pujilah Tuhan Sang Pencipta, selagi saya masih bisa: karena dari Dia dan
melalui Dia dan di dalam Dia adalah segalanya, baik yang bisa dirasakan
maupun yang dipahami; karena Dia memiliki apa yang sepenuhnya tidak
kita ketahui dan apa yang kita ketahui sedikit saja; karena masih lebih
banyak lagi di luar itu. Hanya bagi Dialah pujian, penghormatan,
keagungan, dunia tanpa akhir.”71
Johannes Baptista von Helmont
(1579 - 1644)
Sebagai perintis ilmu kimia udara dan fisiologi kimia, von
Helmont menemukan termometer dan barometer. Walter Pagels, yang menulis
buku tentang aspek-aspek religius sains von Helmont, menyatakan bahwa ia
mendapatkan inspirasi dari kepercayaan religius dalam penelitiannya.72
Blaise Pascal (1623 - 1662)
Dengan kontribusinya terhadap inovasi terbesar dalam bidang
geometri sejak masa Yunani Kuno, Pascal adalah ilmuwan terkenal, yang
membuat penemuan-penemuan besar sejak masa mudanya. Selain kontribusinya
terhadap matematika, Pascal juga berjasa untuk penemuan-penemuan
monumental dalam bidang fisika. Dia melakukan se-jumlah penelitian
mekanika atmosfer dan zat cair, dan membuktikan bahwa tekanan atmosfer
berubah me-nurut ketinggian. Sebagai tokoh terkemuka dalam sejarah
sains, Pascal juga memiliki spiritualitas mendalam. Dia merujuk kepada
kekuatan abadi Tuhan ketika dia mengatakan bahwa Tuhan ada-lah pencipta
segala sesuatu, dari matematika sampai tatanan unsur-unsur.73
John Ray (1627 - 1705)
Dikenal sebagai ahli botani, John Ray, adalah seorang yang
religius. Dia merasa bahwa jika manusia ditempatkan di bumi untuk
mencerminkan kembali kepada Tuhan keagungan seluruh ciptaan-Nya, maka
dia wajib memerhatikan setiap ciptaan Tuhan. Pada masa mudanya,
terdorong oleh pandangan ini, Ray menyibukkan diri dalam penelitian
ilmiah. Dia menjadi ahli botani dan zoologi yang terkenal pada masanya.
Dia menulis buku yang diterima banyak kalangan, The Wisdom of God In
Creation. Dalam buku ini, Ray mengenalkan ribuan jenis tanaman,
serangga, burung, ikan, dan lain-lainnya, dan menyatakan bahwa alam
mengungkapkan eksistensi Tuhan. Menurutnya, karya ciptaan Tuhan adalah
karya yang diciptakan Tuhan sejak awal, dan oleh Dialah alam dipelihara
sampai hari ini dalam keadaan dan kondisi yang sama dengan pada waktu
diciptakan pertama kali.“74 Ray, yang telah memberikan kontribusi banyak
pada botani, selalu menekankan bahwa sains dan agama bertemu dalam
banyak hal. Sikapnya dapat lebih dipahami dengan perkataannya: “Untuk
manusia bebas, tidak ada pekerjaan yang lebih bermanfaat dan
menyenangkan daripada mengamati keindahan kejadian alam dan menghormati
kebijaksanaan serta kebaikan tak terhingga dari Tuhan.”75
Robert Boyle (1627 - 1691)
Dianggap sebagai bapak kimia modern, Boyle membuat sejumlah
penemuan ilmiah revolusioner. Dia menemukan hubungan antara perubahan
pada tekanan udara dan volume yang ditempati udara, yang sekarang
dikenal dengan “Hukum Gas Boyle.” Penemuannya yang lain mencakup suatu
jenis kertas lakmus dan kulkas primitif. Dia menunjukkan bahwa air
mengembang ketika dibekukan. Dia juga memberikan definisi modern untuk
“unsur,” dan memberikan kontri-busi terhadap teori atomisme, yang
menyatakan bahwa jika udara dapat ditekan maka pasti ada ruang kosong di
antara partikel-partikelnya.
Selain berjasa dalam penemuan-penemuan ilmiah seperti itu,
Boyle juga dikenal sebagai orang dengan keimanan kuat pada Tuhan. Dia
percaya bahwa ada rancangan cerdas di alam yang diciptakan oleh Tuhan
Yang Mahakuasa. Boyle mengajarkan dalam ceramah dan tulisannya, bahwa
sains dan kepercayaan kepada Tuhan harus berdiri berdampingan. Dalam
satu ceramahnya, dia berkata: “Ingatlah untuk selalu mengagungkan Zat
yang menciptakan alam… Pergunakanlah pengetahuan untuk membawa kebaikan
bagi umat manusia.”76
Di tempat lain, dia berkomentar bahwa kesempurnaan pada makluk hidup secara eksplisit menunjukkan eksistensi Tuhan:
Pengaturan yang luar biasa dari sistem dunia, terutama struktur ajaib
tubuh binatang dan penggunaan panca indera mereka serta bagian-bagian
lainnya, telah dijadikan motif utama sehingga setiap zaman dan setiap
bangsa memengaruhi ilmuwan untuk mengakui Tuhan sebagai pencipta semua
struktur yang mengagumkan ini.77
Antonie von Leeuwenhoek
(1632 - 1723)
Adalah von Leeuwenhoek yang telah menemu-kan bakteri. Von
Leeuwenhoek belajar untuk menga-sah sendiri lensa pembesarnya untuk
mengamati kain. Tergugah dengan apa yang dilihatnya, dia mulai
memproduksi alat pembesar lainnya dan menjadi orang pertama yang melihat
dan menggambarkan bakteri melalui mikroskop.
Tujuannya untuk menyanggah gagasan ge-nerasi spontan tanpa
Pencipta, dan mendorongnya untuk melakukan studi ilmiah yang penting.
Untuk merealisasikan tujuan itu, dia mempelajari sis-tem nutrisi pada
tumbu-han dan binatang, me-neliti spermatozoa, trans-portasi nutrisi
pada tum-buhan, serta struktur dan fungsi pelbagai bagian tumbuhan. Sel
darah juga menjadi subjek penelitiannya. Dia ada-lah orang pertama yang
mempelajari pembuluh kapiler dan melihat sel-sel darah melaluinya.
Sebelum Leewenhoek, tidak seorang pun tahu bahwa otot tersusun dari
serat.78
Isaac Newton (1642 - 1727)
Dianggap sebagai ilmuwan terbesar yang pernah hidup, Newton
adalah ahli matematika sekaligus ahli fisika. Sumbangan terbesarnya
terhadap sains adalah penemuan hukum gravitasi universal. Dia
menambahkan konsep massa pada hubungan antara daya dan percepatan;
mengenalkan hukum aksi dan reaksi, dan menge-mukakan tesis bahwa objek
bergerak akan terus bergerak pada garis lurus dengan kecepatan tetap
kecuali diberi daya. Hukum gerak Newton masih tetap digunakan selama
empat abad, dari perhitungan teknik paling seder-hana sampai proyek
teknologi yang rumit. Sumbangan Newton tidak terbatas hanya gravitasi,
tetapi juga meluas ke bidang mekanik dan optik. Dengan menemukan tujuh
warna cahaya, Newton menjadi peletak dasar disiplin ilmu baru bernama
optik.
Di samping penemuan-penemuannya yang inovatif, Newton
menulis esai kritik yang menolak ateisme dan mem-bela penciptaan. Dia
mendukung gagasan bahwa “pencip-taan adalah satu-satunya penjelasan
ilmiah.” Newton per-caya bahwa alam semesta mekanik, yang
dianalogikannya sebagai jam raksasa yang bekerja nonstop, pasti
merupakan karya Pencipta Yang Mahakuasa dan Mahabijak.
Di belakang penemuan-penemuan Newton yang mengubah arah
perjalanan dunia, adalah hasratnya untuk selalu dekat dengan Tuhan.
Newton menyelidiki ciptaan Tuhan untuk mengenal-Nya dengan lebih baik.
Untuk tujuan ini, dia membaktikan diri dalam penelitian dengan sekuat
tenaga. Newton mengemukakan alasan yang mendasari usaha keras untuk
sains dalam tulisannya yang terkenal Principia Mathemathica:
…Dia (Tuhan) itu abadi dan tak terbatas, Mahakuasa dan Mahatahu; yaitu
kurun waktu-Nya dari keabadian hingga keaba-dian; kehadiran-Nya dari
ketidakterhing-gaan sampai ketidakterhinggaan; Dia mengatur segala
sesuatu, dan menge-tahui segala sesuatu yang sedang dan dapat dilakukan.
Dia.... Mahaabadi dan Tak Terbatas; Dia Mahakekal dan Mahahadir. Dia
akan ada selamanya, dan hadir di mana saja; dan Dia dengan hadir selalu
serta di mana saja, Dia mengatur ruang dan waktu…Kita mengenal-Nya hanya
dari pengaturan-Nya yang paling bijak dan sempurna terhadap segala
sesuatu…Kita tunduk dan meng-agungkan-Nya sebagai hamba-Nya…79
John Flamsteed (1646 - 1719)
Dia adalah pendiri Observatorium Greenwich yang terkenal dan ahli
astronomi pertama kerajaan Inggris. Flamsteed, setelah penelitian tak
terhitung banyaknya, membuat peta bintang pertama pada era teleskop. Dia
juga seorang pendeta.
John Woodward (1665 - 1728)
Woodward adalah salah seorang penemu ilmu geologi. Salah
satu sumbangan Woodward yang berharga adalah pendirian museum
paleontologi di Cambridge, dan cabang geologi di sana.
Carolus Linnaeus (1707 - 1778)
Linnaeus, seorang ilmuwan yang sangat agamis, telah melakukan
banyak penelitian penting dalam botani. Dia membuktikan bahwa tumbuhan
berkembang biak dengan kawin, dan memperkenalkan kepada sains “Taksonomi
Biologis.”
Jean Deluc (1727 - 1817)
Deluc adalah seorang ahli fisika Swiss yang mencipta-kan
istilah “geologi.” Dia dan ayahnya mengembangkan termometer raksa dan
higrometer modern. Dia terkenal dengan kepercayaannya pada penciptaan,
serta penentang-annya terhadap gagasan bahwa alam semesta dan kehidupan
muncul secara kebetulan.
Sir William Herschel
(1738 - 1822)
Herschel adalah salah seorang ahli astronomi yang paling
sukses pada abad ke-18. Dia juga seorang ilmuwan beriman. Dia telah
membangun teleskop reflektor paling canggih di zamannya, mendata dan
mempelajari nebula dan galaksi, sesuatu yang sebelumnya tidak pernah
dilakukan. Herschel-lah yang mengatakan bahwa “Ahli astronomi yang tidak
beriman pasti gila,” menegaskan bahwa sangat mengherankan jika ilmuwan
yang mempelajari astronomi dan menyaksikan keselarasan sempurna alam
semesta, tidak bisa memercayai Tuhan.80
`
William Paley (1743 - 1805)
Paley adalah seorang ilmuwan yang meyakini pencip-taan.
Karyanya, Natural Theology menjadi salah satu buku laris pada masanya.
Paley merasa bahwa “jika karya seni dihasil-kan oleh manusia, maka
makhluk hidup harus dihasilkan oleh Zat yang jauh lebih unggul dari
manusia.” Menurut Paley, fakta bahwa seluruh makhluk hidup dilengkapi
dengan pelbagai keistimewaan yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup
dalam lingkungan mereka, merupakan “tanda penciptaan yang membuktikan
adanya rancangan, dan Pencipta yang merancangnya.”81
George Cuvier (1769 - 1832)
Cuvier adalah salah seorang ahli anatomi dan paleontologi
termasyhur. Dia dianggap sebagi pendiri ilmu anatomi perbandingan, dan
salah seorang perancang paleontologi menjadi disiplin ilmu terpisah. Dia
seorang kreasionis yang tegas, bahkan sering berpartisipasi dalam
perdebatan penting evolusi dan kreasi.82
Humphney Davy (1778 - 1829)
Dikenal sebagai orang beriman, Davy adalah salah seorang
ahli kimia terbesar di masanya, dan orang yang pernah menjadi guru
Faraday. Dia menjadi orang pertama yang menemukan banyak unsur kimia
yang penting, mengembangkan teori gerak panas, merancang lampu tambang,
menunjukkan bahwa intan adalah karbon, dan masih banyak lagi sumbangan
penting lainnya.
Adam Sedgwick (1785 - 1873)
Seorang ahli geologi Inggris yang terkemuka pada abad ke-19,
Sedgwick, terutama dikenal karena mengidentifikasi dan menamai sistem
batuan utama yang dikenal sebagai Kambrian dan Devonian. Dia juga
seorang pendeta, dan walaupun dia teman Charles Darwin, dia selalu
menentang gagasan evolusinya.83
Michael Faraday (1791 - 1867)
Diakui dunia sebagai salah seorang ahli fisika ternama
sepanjang waktu, Faraday terutama berbakat mengem-bangkan ilmu baru
tentang listrik dan magnet. Dia juga telah memberikan
sumbangan-sumbangan penting dalam bidang kimia.
Faraday adalah seorang ilmuwan yang percaya eksistensi
Pencipta, yakin bahwa sains dan agama saling selaras. Dia percaya,
karena satu Tuhan menciptakan dunia, maka seluruh alam semesta saling
berkaitan sebagai satu kesatuan. Berdasarkan gagasan ini, dia mengambil
kesimpulan bahwa listrik dan magnet berhubungan.84
Samuel Morse (1791 - 1872)
Morse adalah seorang ilmuwan hebat yang dikenal karena
menemukan telegrap. Dia juga membuat kamera pertama di Amerika.
Morse percaya akan eksistensi Pencipta yang telah
menciptakan segala sesuatu untuk alasan tertentu. Dia merasa bahwa dunia
material dan dunia spiritual bekerja dalam keselarasan. Hanya empat
tahun sebelum me-ninggal, Morse menulis: “Semakin dekat saya pada akhir
pencarian saya, keagungan dan kemuliaan penyembuhan Tuhan bagi manusia
yang berdosa semakin disyukuri dan masa depan disinari dengan harapan
dan kebahagiaan.”85
Joseph Henry (1797 - 1878)
Seorang ahli fisika Amerika ternama dan ilmuwan yang taat,
Joseph Henry, adalah guru besar di Universitas Princeton. Henry, yang
menemukan motor elektromag-nertis dan galvanometer, membiasakan diri
berhenti bekerja untuk beribadah kepada Tuhan, dan berdoa meminta
petunjuk-Nya, pada setiap persimpangan penting dalam semua
eksperimennya.86
Louis Agassiz (1807 - 1873)
Agassiz, yang dikenal luas sebagai ahli biologi Amerika terkemuka, adalah penentang gigih gagasan evolusi.
Agassiz melihat rencana agung Tuhan di mana pun di alam, dan
tidak bisa menerima teori yang tidak mengakui rancangan. Sebagaimana
yang ditulisnya dalam Essay on Classification:
Kombinasi dalam ruang dan waktu dari semua rancangan cermat ini
menunjukkan bukan sekadar pemikiran, melainkan juga perencanaan,
kekuatan, kebijaksanaan, kebesaran, kemahaagungan, kemahatahuan,
pemeliharaan. Singkatnya, semua fakta ini dalam hubungan alamiah mereka
menyatakan dengan jelas Tuhan Yang Esa, yang bisa diketahui, disembah
dan dicintai manusia.87
James Prescott Joule (1818 - 1889)
Di samping menemukan hukum pertama termo-dinamika, Joule
juga menunjukkan cara menghitung panas yang dihasilkan arus listrik yang
mengalir melalui kabel, dan menjadi orang pertama yang menghitung
kecepatan molekul gas. Penemuan terbesarnya adalah nilai konstan yang
dikenal sebagai “persamaan mekanika panas.” Penemuan ini menjadi dasar
pembentukan rumus hukum penghematan energi, suatu hukum ilmiah yang
paling mendasar dan universal.
Joule, sebagai penemu hukum-hukum ilmiah yang penting
tersebut, percaya bahwa dia bisa lebih dekat dengan Tuhan saat dia
berhasil mengetahui hukum-hukum alam. Kepercayaannya itu mendorongnya
untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Dia adalah salah satu dari 717
ilmuwan yang menandatangani pernyataan penolakan terhadap Darwin pada
tahun 1864. Dia menyatakan kepercayaannya tentang sains sebagai berikut:
Setelah mengetahui dan menaati kehendak Tuhan, tujuan selanjutnya tentu
mengetahui sesuatu dari sifat kebijaksanaan, kekuatan dan kebaikan-Nya
sebagaimana dibuktikan oleh ciptaan-Nya. Jelas bahwa mengenali
hukum-hukum alam berarti mengenali maksud Tuhan yang dinyatakan di
dalamnya.88
George Gabriel Stokes (1819 - 1903)
George Stokes adalah ahli fisika dan matematika Inggris yang
telah memberikan kontribusi besar dalam banyak bidang. Dia
mengembangkan ilmu pengetahuan tentang ketidaksesuaian gravitasi,
astrofisika, kimia, masalah-masalah sonik, dan panas. Dia menunjukkan
bahwa tidak seperti gelas, kwarsa dapat ditembus radiasi ultraungu.
Dengan Lord Kelvin, dia menjadi orang pertama yang menghargai eksplorasi
elektro-termo-dinamika James Joule. Stokes menunjukkan bahwa sinar-X
juga merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik Maxwell. Stokes
pernah menjabat sebagai direktur Victoria Institute of London, dan
anggota aktif Cambridge Philosophical Society.
Dia adalah ilmuwan yang meneliti alam dengan kepercayaan
kepada Pencipta, dan dia menulis secara khusus menekankan kepercayannya
kepada Tuhan. Dalam salah satu karyanya, dia berkata bahwa “hukum-hukum
alam dilaksanakan sesuai dengan kehendak-Nya, Dia yang menghendaki
mereka demikian mungkin menghendaki penghentian mereka.”89
Rudolph Virchow (1821 - 1902)
Kontribusi ilmiah Virchow yang utama adalah dalam bidang
kedokteran. Dia dianggap bapak patologi modern dan studi tentang
penyakit sel. Dia menjadi orang pertama yang menjelaskan leukimia, serta
aktif dalam penelitian antropologi dan arkeologi. Virchow adalah salah
seorang ilmuwan terkenal yang sangat menentang pemikiran evolusi Darwin
dan Haeckel. Dia juga aktif dalam politik dan berjuang keras menentang
pengajaran evolusi di sekolah-sekolah di Jerman.90
Gregory Mendel (1822 - 1884)
Dengan penemuannya berupa tiga hukum genetika, Mendel
tercatat dalam sejarah sebagai orang yang menemukan prinsip-prinsip
keturunan. Prinsip-prinsip keturunan Mendel tersebut menjadi bukti
sangat kuat untuk mengungkap kebohongan teori evolusi.
Berhasil menggugurkan teori evolusi dengan prinsip-prinsip keturunan
yang ditemukannya, Mendel semakin percaya bahwa Tuhan telah menciptakan
dunia, dan bahwa semuanya tidak mungkin terjadi secara kebetulan
belaka.91
Louis Pasteur (1822 - 1895)
Pasteur adalah salah seorang tokoh terkemuka dalam sejarah
sains dan kedokteran, terutama karena merumuskan teori kuman penyakit,
dan menentang teori evolusi dengan keras. Dia adalah orang pertama yang
menjelaskan basis dan kontrol organik fermentasi. Dengan penelitiannya
yang lebih jauh mendalami bakteriologi, dia memisahkan sejumlah
organisme penyebab penyakit, dan membuat vaksin untuk memeranginya -
terutama penyakit mengerikan, seperti rabies, difteri, antrak, dan
lain-lain. Dia juga mengem-bangkan proses pasteurisasi dan sterilisasi.
Pasteur, yang memiliki kepercayaan kuat terhadap Tuhan,
menjadi sasaran kritik tajam karena penentangannya terhadap teori
evolusi Charles Darwin. Dia adalah pembela gagasan keselarasan antara
sains dan agama, yang sering ditegaskannya dalam tulisan-tulisannya.
Sebagaimana yang dinyatakannya:
Semakin banyak yang saya tahu, keyakinan saya semakin mendekati
keyakinan petani Inggris (yaitu, keyakinan yang kukuh, total, dan tanpa
keraguan).92
Ilmu yang sedikit akan menjauhkan Anda dari Tuhan, tetapi ilmu yang lebih banyak akan membawa Anda kepada-Nya.93
William Thompson (Lord Kelvin) (1824 - 1907)
Lord Kelvin dikenal sebagai ahli fisika terkemuka pada
masanya, dan juga dikenal karena keimanannya yang kuat kepada Tuhan. Dia
sangat dihormati dalam masyarakat ilmiah karena kontribusinya untuk
fisika dan matematika, di samping penemuan-penemuan praktisnya. Dia
mengem-bangkan metode ampuh untuk mencairkan hidrogen dan helium. Dia
menentukan skala temperatur mutlak, sehingga temperatur itu sekarang
dinyatakan dengan ”derajat Kelvin.” Dia membangun termodinamika sebagai
disiplin ilmu yang formal, serta merumuskan hukum pertama dan kedua
dalam terminologi yang tepat.
Secara terbuka, dia menyatakan kepercayaannya kepada Tuhan dalam karya-karyanya. Dia berkata :
Jangan takut menjadi pemikir bebas, jika Anda berpikir cukup keras, Anda
akan terdorong oleh sains untuk percaya kepada Tuhan.94
Mengenai asal mula kehidupan, sains… secara mutlak menegaskan adanya daya kreatif Tuhan.95
J. J. Thomson (1856 - 1940)
Pada tahun 1897, J. J. Thomson menemukan elektron. Dia
adalah guru besar fisika di Universitas Cambridge. Di bawah ini adalah
pernyataan Thomson yang sangat religius, dalam Nature untuk menarik
perhatian terhadap fakta bahwa kesimpulan-kesimpulan yang dicapai sains
menun-jukkan eksistensi Tuhan:
Di menara yang jauh, puncak (ilmiah) tertinggi yang akan dikalahkan oleh
mereka yang mendakinya, tetap akan membuka peluang yang lebih luas,
memperdalam perasaan mereka yang berkeyakinan, menjadi semakin mantap
seiring kemajuan sains. Seagung itulah ciptaan-ciptaan Tuhan.96
Sir William Huggins (1824 - 1910)
Huggins dikenal sebagai ilmuwan beriman dan ahli astronomi
yang cemerlang. Dia adalah orang pertama yang menunjukkan bahwa bintang
tersusun dari sejumlah besar hidrogen serta sejumlah kecil unsur-unsur
yang sama dengan yang dimiliki bumi. Dia juga yang pertama
meng-identifikasi efek Dopler (bahwa cahaya bintang-bintang bergeser
dari merah menjadi biru ketika mereka bergerak saling menjauh) dalam
astronomi. Hal inilah yang membawanya pada gagasan mengenai alam semesta
yang berkembang.
Joseph Clerk Maxwell (1831 - 1879)
Maxwel hidup singkat, tetapi kehidupannya sangat produktif.
Dikenal sebagai bapak fisika modern, Maxwell menunjukkan kesatuan cahaya
dan listrik, dengan menem-patkan cahaya, listrik, dan magnetisme dalam
serangkaian persamaan. Einstein mengandalkan persamaan-persamaan Maxwell
untuk merumuskan teori relativitas.
Albert Einstein menyebut prestasi Maxwell “paling mendalam
dan bermanfaat yang dialami fisika sejak zaman Newton.” Dia menentang
keras teori evolusi, dan mampu secara matematis mutlak meruntuhkan
“hipotesis nebular” yang terkenal dari La Place, seorang ateis Prancis.
Dia juga menulis bantahan tajam terhadap pemikiran evolusioner Herbert
Spencer, pendukung setia Darwinisme. Dalam salah satu suratnya dia
berpendapat bahwa ilmuwan beriman mempunyai kewajiban untuk membuat
karya seperti itu bagi kepentingan agama.97
John Strutt (1842 - 1919)
John Strutt menekuni penelitian tentang gerak gelombang
elektromagnetis, memberikan kontribusi penting dalam bidang optik,
sonik, dan ilmu dinamika gas. Dia adalah salah seorang penemu argon dan
gas-gas langka. Dia juga dikenal sebagai orang yang taat bergama.
Sebagai pengantar penerbitan karya-karyanya, dia menulis:
“Ciptaan Tuhan sangat hebat.”98
George Washington Carver (1865 - 1943)
Pertanian menjadi disiplin ilmu yang penting sejak peralihan
abad ke-19. Carver adalah seorang peneliti pertanian terkemuka yang
membuat sejumlah penemuan penting.
Carver dikenal karena kepercayaannya kepada Tuhan, yang
hampir selalu dirujuknya dalam pidato dan wawancaranya. Sebagaimana
jawabannya kepada reporter untuk Atlanta Journal yang bertanya tentang
kekuatan cat tanah liat yang telah dikembangkan: “Saya hanya mengolah
apa yang telah diciptakan Tuhan, agar manusia dapat memanfaatkannya. Ini
adalah karya Tuhan, bukan karya saya.”99
Sir James Jeans (1877 - 1946)
Seorang ahli fisika terkemuka, Sir James Jeans percaya bahwa
alam semesta diciptakan oleh Pencipta dengan pengetahuan tidak
terbatas. Pernyataannya yang mene-gaskan pandangan tersebut adalah:
Kita menemukan bahwa alam semesta menunjukkan bukti Kekuatan yang
merancang dan mengen-dalikan, yang memiliki kesamaan dengan pemikiran
kita sendiri.100
Studi ilmiah tentang alam semesta telah menghasilkan
kesimpulan yang mungkin bisa diringkas… dalam pernyataan bahwa alam
semesta tampaknya telah dirancang oleh ahli matematika murni.101
Albert Einstein (1879 - 1955)
Albert Einstein, salah satu ilmuwan terpenting abad lalu,
dikenal juga karena keyakinannya kepada Tuhan. Dia tidak ragu mendukung
bahwa sains tidak akan ada tanpa agama. Sebagaimana yang dikatakannya:
Saya tidak bisa membayangkan ilmuwan sejati tanpa keimanan mendalam.
Situasi ini bisa dinyatakan dengan gambaran: sains tanpa agama akan
lumpuh.102
Einsten yakin bahwa rancangan alam semesta terlalu sempurna
untuk terbentuk secara kebetulan, yang berarti ia telah diciptakan oleh
Pencipta dengan pengetahuan-Nya yang mahaluas.
Bagi Einstein, yang sering merujuk keperca-yaannya kepada
Tuhan dalam tulisan-tulisannya, kekaguman terhadap keteraturan alami di
alam semesta sangat penting. Dalam salah satu tulisannya dia
menyebutkan, “Dalam diri setiap peneliti alam sejati akan ada perasaan
tunduk kepada Sang Pencipta.”103
Di tempat lain dia menulis :
Setiap orang yang serius melibatkan dirinya dalam penye-lidikian sains
menjadi teryakinkan bahwa ada Zat yang tercermin dalam hukum-hukum alam
semesta. Zat yang jauh lebih agung daripada manusia… Dengan demikian,
penyelidikan sains mengarah pada perasaan religius seperti itu…104
Georges Lemaitre
(1894 - 1966)
George Lemaitre mengemu-kakan teori Big Bang yang
meng-indikasikan penciptaan alam semesta. Dia beranggapan bah-wa alam
semesta yang mempu-nyai awal yang jelas, akan mem-punyai akhir. Dan
bahwa peng-akuan fakta ini berperan penting dalam membantu manusia untuk
memercayai Tuhan. Lemaitre yang juga seorang pendeta, yakin bahwa sains
dan agama akan membimbing pada kebenaran yang sama.105
Sir Alister Hardy (1896 - 1985)
Hardy adalah pendiri ilmu kelautan modern. The Templeton
Foundation, yang setiap tahun menghargai ilmuwan untuk kontribusinya
terhadap kemajuan dalam agama, memberikan anugerah kepada Sir Alister
Hardy pada tahun 1985, untuk studi empirisnya, yang untuk pertama
kalinya menyelidiki pengalaman-pengalaman religius secara ilmiah.
Wernher von Braun (1912 - 1977)
Wernher von Braun adalah salah seorang ilmuwan dunia
terkemuka. Dia adalah insinyur roket Jerman, dan mengembangkan roket V-2
yang terkenal selama Perang Dunia II.
Dr. von Braun, mantan direktur NASA, juga ilmuwan dengan
keimanan kuat. Pada kata pengantar sebuah antologi tentang penciptaan
dan rancangan di alam, dia memberikan kesaksian:
Penerbangan berawak ke luar angkasa merupa-kan prestasi mengagumkan,
tetapi hingga kini ia baru membuka pintu kecil bagi umat manusia untuk
memandang hamparan ruang angkasa yang menakjubkan. Melalui lubang kecil
ini, pan-dangan pada misteri besar alam semesta hanya akan menguatkan
kepercayaan kita akan kepas-tian penciptanya. Saya sulit memahami
ilmuwan yang tidak mengakui kehadiran rasionalitas tinggi di belakang
keberadaan alam semesta, sebagai-mana saya tidak memahami teolog yang
menolak kemajuan sains.106
Pada bulan Mei, 1947, Wernher von Braun menyatakan dalam sebuah artikel yang diterbitkan:
Seseorang tidak dapat terpapar hukum dan keteraturan alam semesta tanpa
menyimpulkan bahwa pasti ada maksud dan tujuan di belakang semua ini.
Semakin baik kita memahami kerumitan alam semesta dan segala isinya,
semakin banyak alasan yang kita temukan untuk mengagumi rancangan bawaan
yang menjadi da-sarnya. Dipaksa percaya pada kesimpulan tunggal — bahwa
segala sesuatu di alam semesta muncul secara kebetulan — sungguh akan
melanggar objektivitas sains itu sendiri… Proses acak seperti apa yang
dapat meng-hasilkan otak manusia atau sistem penglihatan manusia?107
Max Planck (1858 - 1947)
Max Planck, ahli fisika Jerman, menemukan konstanta fisika
yang dikenal dengan namanya. Guru besar fisika di Universitas Berlin
pada tahun 1900-an ini berpendapat bahwa bentuk radiasi bisa disamakan
dengan citra yang dibentuk oleh tetes hujan pada kaca jendela, dan
bukannya seperti air yang mengalir terus di sungai. Sebelum Planck,
ilmuwan berasumsi bahwa cahaya mengikuti gerak gelombang. Planck, yang
menemukan bahwa setiap partikel cahaya merupakan paket energi, menyebut
tiap paket sebagai “foton.” Konsep Foton menandai titik balik dalam
sejarah fisika. Cahaya tidak hanya bergerak melalui udara dalam bentuk
gelombang seperti suara, tetapi juga bergerak sebagai partikel.
Berjasa untuk pelbagai penemuan inovatifnya, Planck meyakini
“Kecerdasan Mahakuasa-lah yang mengatur alam semesta.” Max Planck
menyatakan bahwa Pencipta keteraturan alam semesta adalah Tuhan, dan
menegaskan kepercayaannya kepada Tuhan dengan kata-kata berikut:
Siapa pun yang secara serius melibatkan dirinya dalam pekerjaan ilmiah
apa pun bentuknya, pasti menyadari bahwa di balik pintu masuk kuil sains
ada tulisan: Anda harus memiliki keyakinan. Ini adalah kualitas yang
tidak bisa dilepaskan seorang ilmuwan.108
Charles Coulson (1910 - 1974)
Coulson, yang selama bertahun-tahun menjadi guru besar
matematika di Universitas Oxford, sering menyebut-kan kepercayaannya
kepada Tuhan, keinginannya untuk dekat dengan Tuhan, doanya kepada
Tuhan, dan keyakinannya bahwa tujuan hidupnya adalah untuk berada di
sisi Tuhan.109
PARA ILMUWAN TERDAHULU LAINNYA YANG MEYAKINI KEBERADAAN TUHAN
Setiap ilmuwan, yang namanya terdaftar dalam bagian ini,
yang telah memberikan kontribusi penting terhadap sains, percaya kepada
penciptaan. Para ilmuawan ini adalah contoh nyata bahwa memercayai
penciptaan tidak bertentangan dengan sains, dan bahwa sebaliknya, agama
sungguh-sungguh mendorong sains.
l Leonardo da Vinci (1452-1519): Seni, Rekayasa teknik, Arsitektur.
l Georgias Agricola (1494-1555): Mineralogi.
l John Wilkins (1614-1672): Astronomi dan mekanika.
l Walter Charleton (1619-1707): Presiden Royal College of Physicians.
l Isaac Barrow (1630-1677): Profesor Matematika.
l Nicolas Steno (1631-1686): Stratigrafi.
l Thomas Burnet (1635-1715): Geologi.
l Increase Mather (1639-1723): Astronomi.
l Nehemiah Grew (1641-1712): Kedokteran.
l William Whiston (1667-1752): Fisika, Geologi.
l John Hutchinson (1674-1737): Paleontologi.
l Jonathan Edwards (1703-1758): Fisika, Meteorologi.
l Richard Kirwan (1733-1812): Mineralogi.
l Timothy Dwight (1752-1817): Pendidik.
l James Parkinson (1755-1824): Kedokteran.
l William Kirby (1759-1850): Entomologi (ilmu serangga).
l Benjamin Barton (1766-1815): Botani, zoologi.
l John Dalton (1766-1844): Penemu teori atom modern.
l Charles Bell (1774-1842): Anatomi.
l John Kidd (1775-1851): Kimia.
l Johann Carl Friedrich Gauss (1777-1855): Geometri, Geologi, Magnetisme, Astronomi.
l Benjamin Silliman (1779-1864): Mineralogi.
l Peter Mark Roget (1779-1869): Fisiologi.
l William Buckland (1784-1856): Geologi.
l William Prout (1785-1850): Kimia.
l Edward Hitchcock (1793-1864): Geologi.
l William Whewell (1794-1866): Astronomi dan Fisika.
l Richard Owen (1804-1892): Zoologi, Paleontologi.
l Matthew Maury (1806-1873): Oseanografi, Hidrografi.
l Henry Rogers (1808-1866): Geologi.
l James Glaisher (1809-1903): Meteorologi.
l Philip H. Gosse (1810-1888): Ornitologi (ilmu tentang burung), Zoologi.
l Sir Henry Rawlinson (1810-1895): Arkeologi.
l John Ambrose Fleming (1849-1945): Elektronika.
l Sir Joseph Henry Gilbert (1817-1901): Kimia Pertanian.
l Thomas Anderson (1819-1874): Kimia.
l Charles P. Smyth (1819-1900): Astronomi.
l John W. Dawson (1820-1899): Geologi.
l Henri Fabre (1823-1915): Entomologi.
l Bernhard Riemann (1826-1866): Geometri.
l Joseph Lister (1827-1912): Bedah.
l John Bell Pettigrew (1834-1908): Anatomi, Fisiologi.
l Balfour Stewart (1828-1887): Listrik Ionosfer.
l P.G. Tait (1831-1901): Fisika, Matematika.
l Edward William Morley (1838-1923): Penerima Nobel fisika.
l Sir William Abney (1843-1920): Astronomi.
l Alexander MacAlister (1844-1919): Anatomi.
L A.H. Sayce (1845-1933): Arkeologi.
l James Dana (1813-1895): Geologi.
l George Romanes (1848-1894): Biologi and Fisiologi.
l William Mitchell Ramsay (1851-1939): Arkeologi.
l William Ramsay (1852-1916): Kimia.
l Howard A. Kelly (1858-1943): Kandungan dan Kebidanan.
l Douglas Dewar (1875-1957): Ornitologi.
l Paul Lemoine (1878-1940): Geologi.
l Charles Stine (1882-1954): Kimia Organik.
l A. Rendle-Short (1885-1955): Kedokteran.
l L. Merson Davies (1890-1960): Geologi, Paleontologi.
l Sir Cecil P.G. Wakeley (1892-1979): Kedokteran.
PARA ILMUWAN MODERN YANG MEYAKINI KEBERADAAN TUHAN
Kemajuan besar dicapai sains pada abad ke-20, dan banyak
penemuan, yang selama bertahun-tahun tidak di-ketahui, terungkap.
Kemajuan yang dicapai sains menun-jukkan satu fakta dengan jelas: fakta
penciptaan.
Setiap penemuan ilmiah menunjukkan kesempurnaan rancangan,
keteraturan, dan perencanaan, pada setiap bagian alam, baik hidup maupun
tidak. Dengan menyaksi-kan sendiri kebenaran ini, banyak ilmuwan
memahami bahwa rancangan seluruh alam semesta adalah buah dari
pengetahuan mahatinggi dan maju untuk menegaskan fakta penciptaan,
karena menyadari bahwa segalanya telah diciptakan oleh Tuhan Yang
Mahabesar.
Sekarang, banyak organisasi akademis terhormat di Barat,
terutama di Amerika Serikat, yang dibangun oleh para ilmuwan beriman.
Lembaga-lembaga ini bekerja untuk memperjelas bahwa bukti ilmiah
menegaskan rancangan sempurna alam semesta.
Sebagian ilmuwan beriman di masa kini, yang diakui karena prestasi ilmiahnya, adalah sebagai berikut:
Dr. Henry Fritz Schaefer
Dr. Fritz Schaefer adalah guru besar kimia pada Graham
Perdue, dan direktur Center for Computational Quantum Chemistry, di
Universitas Georgia. Dia dinominasikan untuk Penghargaan Nobel, dan
baru-baru ini disebut sebagai ahli kimia ketiga di dunia yang paling
sering dikutip. Schaefer, sebagai ilmuwan beriman, berhasrat lebih
mengenal Tuhan melalui pencarian ilmiahnya. Seperti yang dikatakannya:
Makna dan kegembiraan dalam sains saya muncul pada saat-saat ketika saya
menemukan sesuatu yang baru dan berkata kepada diri sendiri, “Jadi
begitulah Tuhan melakukannya!'110
Isaac Bashevis Singer
Singer, ahli fisika terkemuka saat ini, menolak teori
evolusi dan percaya kepada Tuhan. Pada sebuah konfe-rensi, dia
mengkritik teori evolusi dengan kisah yang sangat menarik: “Beberapa
ilmuwan menemukan sebuah pulau kosong. Para ilmuwan yang menginjakkan
kaki di pulau itu terkesan dengan apa yang mereka lihat di sana. Mereka
terpesona oleh hutan rimba dan binatang-binatang buas. Mereka mendaki
bukit yang tinggi dan mengamati sekitar mereka. Mereka tidak menemukan
tanda-tanda peradaban sedikit pun di pulau tersebut. Tetapi ketika
mereka kem-bali ke kapal, mereka menemukan sebuah jam tangan masih baru
di pantai. Jam itu masih berfungsi sempurna. Benda itu membangkitkan
minat para ilmuwan. Bagaimana jam tangan itu ada di sini? Mereka tahu
pasti, tidak ada orang yang pernah menginjakkan kaki di pulau itu
sebelum mereka. Jadi, tinggal satu kemungkinan. Jam ini, dengan ban
kulit yang halus, kaca, batere dan bagian-bagian lainnya, muncul secara
kebetulan di pulau ini dan tergeletak di pantai. Tidak ada alternatif
lain.” Untuk menegaskan khayalan evolusionis, Singer mengakhiri
ceritanya dengan kalimat: “Setiap jam pasti ada pembuatnya.”111
Segala sesuatu di alam semesta, hidup ataupun tidak,
memiliki rancangan unggul dan keteraturan sempurna. Karenanya, tidak ada
yang muncul secara kebetulan. Jelas bahwa segalanya adalah ciptaan
Pencipta Yang Mahakuasa. Mayoritas ilmuwan modern, seperti Singer,
meng-gunakan kesempurnaan dan keteraturan itu untuk menunjukkan pada
semua orang bahwa itu adalah ciptaan Tuhan.
Malcolm Duncan Winter. Jr.
Prof. Winter, yang menerima gelar M.D.-nya dalam kedokteran
dari Fakultas Kedokteran Universitas Northwestern, juga percaya bahwa
alam semesta dan manusia diciptakan oleh Pencipta Mahatinggi. Dia
menjelaskan pendapatnya itu dalam tulisan-tulisannya:
Bumi dan alam semesta dengan semua kompleksitasnya, kehidupan dalam
pelbagai bentuknya, dan akhirnya manusia sendiri dengan kemampuan
berpikirnya yang unggul, semuanya terlalu rumit untuk terjadi begitu
saja. Karena itu, harus ada Pemikir Utama, Pencipta, di belakang
semuanya. Pasti ada Tuhan.112
William Philips
Philips, yang mendapatkan Penghargaan Nobel sebelum usia 50
tahun, untuk pengembangan metode pendinginan dan perangkap atom dengan
cahaya laser, adalah ilmuwan beragama. Pada koferensi pers setelah
pengumuman kemenangannya atas Hadiah Nobel, dia berkata:
Tuhan telah memberi kita dunia yang sangat mengagumkan untuk kita hidup di dalamnya dan mengkajinya.113
Prof. Dale Swartzendruber
Prof. Swartzendruber, yang pernah bekerja sebagai asisten
peneliti tanah di Universitas California, dan kemudian menjadi dosen
ilmu tanah di Universitas Purdue, juga menjadi anggota Masyarakat Ilmu
Tanah Amerika. Prof. Swartzendruber menunjukkan, dengan pernyataan
berikut, bahwa alam semesta tidak mungkin terbentuk secara kebetulan,
tetapi merupakan karya Sang Pencipta:
Pada kenyataannya, ada teleologi, tujuan, rancangan “di mana-mana.”
Manusia tidak bisa lari dari padanya, di langit di atas atau di bumi di
bawah. Mengingkari Perancang Agung sangat tidak masuk akal, sama saja
dengan mengagumi sawah yang dipenuhi gandum menguning berayun-ayun dan
pada saat yang sama mengingkari keberadaan petani di rumahnya di tepi
jalan.114
William Dembski
Bidang penelitian yang ditekuni Dembski, salah seorang
ilmuwan matematika terkemuka saat ini, mencakup disiplin ilmu yang luas,
dari filsafat sampai teologi. Dembski menegaskan bahwa sains adalah
usaha untuk memahami dunia, dan ilmuwan tak lain adalah penemu dalam
pencarian ini. Dia mengemukakan sebagian pandangannya sebagai berikut:
Dunia adalah ciptaan Tuhan, dan ilmuwan dalam memahami dunia hanyalah
mengikuti jejak pemi-kiran Tuhan. Ilmuwan bukan pencipta melainkan
penemu… Hal penting tentang penciptaan adalah bahwa ia mengungkapkan
Sang Pencipta. Tindakan penciptaan selalu mengandung tanda
penciptanya.115
Prof. Stephen Mayer
Mayer adalah dosen filsafat di Whitworth College. Dia
memercayai penciptaan dan telah menghasilkan banyak karya tulis tentang
hal ini. Dalam beberapa tulisannya, dia berpendapat bahwa alam semesta
adalah produk rancangan cerdas, dan bahwa alam memberikan kesaksian
untuk ke-nyataan itu. Dalam salah satu artikelnya, dia mengacu pada
rancangan sel dan berkata:
Saya berpendapat bahwa baik “kebetulan”, “seleksi alam pre-biotik”,
maupun “persyaratan” fisika-kimia (dalam samaran teoretis apa pun) tidak
dapat menjelaskan asal mula informasi dalam sel pertama.116
Prof. Walter L. Bradley
Walter Bradley, yang sekarang menjadi guru besar di jurusan
teknik mesin, Universitas A&M Texas, adalah penulis The Mystery of
Life's Origin. Dia percaya bahwa kosmos dan segala sesuatu, baik makluk
hidup maupun benda mati, adalah hasil rancangan, dan bahwa bukti untuk
itu berkembang di mana-mana.
Kata-kata Bradley mengungkapkan kepercayaannya akan keberadaan Pencipta:
Pada musim semi tahun 1987, saya bersedia memberikan ceramah ajaran
Kristen dan sains di Universitas Cornell. Saya memutuskan untuk
bereksperimen dengan tingkat perlakuan masyarakat luas terhadap bukti
ilmiah untuk keberadaan Tuhan. Ternyata bukti berlimpah ruah untuk
keberadaan Pencipta Mahacerdas.117
Earl Chester Rex
Prof. Rex bekerja sebagai dosen matematika di Universitas
California Selatan, dan kemudian menjadi guru besar fisika di George
Pepperdine College. Prof. Rex memercayai bahwa seluruh alam semesta
diciptakan oleh Tuhan, dan berada di bawah pengawasan-Nya. Itu sebabnya
dia menyatakan, semua teori saat ini tentang asal mula dan pemeliharaan
alam semesta yang mengabaikan atau mengingkari penciptaan, tidak
menjelaskan semua fakta yang relevan, atau menjadi rumit dan kabur.118
Dr. Allan Sandage
Dr. Allan Sandage, salah seorang ahli astronomi terkemuka
saat ini, memilih untuk menerima Tuhan pada usia 50 tahun. Dalam
wawancara yang diterbitkan majalah Newsweek, dengan judul “Sains
Menemukan Tuhan,” sebagai liputan utama, Sandage menjelaskan mengapa dia
menerima agama:
Sains-lah yang mengarahkan saya pada kesimpulan bahwa dunia terlalu
rumit daripada yang dapat dijelaskan sains. Hanya melalui supranatural
saya dapat memahami misteri eksistensi. 119
Prof Cecil Boyce Hamann
Hamann, yang menjadi anggota dewan pengajar di Greenville
College, Universitas Kentucky, dan Fakultas Kedokteran Universitas St.
Louis, sekarang mengajarkan biologi di Asbury College. Dia adalah
ilmuwan dengan kepercayaan yang kuat kepada Tuhan. Hamann menyatakan
sebagai berikut:
Ke mana pun saya memandang di dalam dunia sains, selalu ada bukti
rancangan, hukum dan keteraturan dari Zat Yang Mahatinggi. Ya, saya
percaya kepada Tuhan. Saya percaya kepada Tuhan, satu-satunya Zat yang
menciptakan dan memelihara alam semesta, juga Tuhan yang memerhatikan
makhluk istimewa-Nya, manusia.120
Paul Ernest Adolph
Prof. Adolph, mantan dosen anatomi di Universitas St. John,
adalah anggota The Fellow of American College of Surgeons. Dia
menyatakan keyakinannya yang kuat adalah berkat penelitian ilmiahnya.
Prof. Adolph pernah berkata tentang keyakinannya:
…Saya akan menyatakan bahwa saya menerima dengan pasti eksistensi dan
realitas Tuhan. Keyakinan saya tumbuh tidak hanya dari peng-alaman
spiritual, tetapi praktik kedokteran selalu memperkuat apa yang telah
saya terima dengan keyakinan. Ya, sungguh, Tuhan itu ada!121
Laster John Zimmerman
Prof. Zimmerman, yang meneriam gelar Ph.D.-nya dari
Universitas Purdue, dan menjadi guru besar pertanian dan matematika di
Goshen College, menyatakan kepercayaannya kepada Tuhan sebagai berikut:
Seluruh alam diciptakan oleh Tuhan, dan Dia memeliharanya terus-menerus.
Semakin saya mempelajari dan meneliti fenomena alam pada tanah dan
tumbuhan, kepercayaan saya kepada Tuhan terus bertambah, dan setiap hari
saya membungkukkan diri di hadapan-Nya dalam ketakjuban dan pujian.122
Enrico Medi
Enrico Medi, ilmuwan terkemuka Italia, membicarakan banyak
keajaiban yang ditemukan ilmuwan dan kesimpulan yang pada akhirnya
dicapainya, pada koferensi internasional di Roma tahun 1971:
… ada sebab di luar ruang, di luar waktu, Penguasa makhluk, yang
menghendaki makhluk menjadi seperti ini. Dan dia adalah Tuhan…123
Wayne U. Ault
Prof. Ault mendapatkan gelar pascasarjana dari Universitas
Columbia, dan menjadi anggota peneliti Laboratorium Geokimia, New York.
Prof. Ault menyatakan bahwa penelitian ilmiah menguatkan keimanan
seseorang kepada Tuhan:
Pencarian ilmu pengetahuan dan rasa ingin tahu yang mempertanyakan
'mengapa dan bagaimana alam,' merupakan sebagian dari ciri akal. Setelah
ilmuwan merasakan keyakinan kepada Pencipta alam semesta, keyakinan ini
hanya bisa tumbuh ke segala penjuru sebagai hasil dari banyak studi.124
Prof. Michael P. Girouard
Michael Girouard, guru besar biologi Universitas Loui-siana
Selatan, percaya bahwa kehidupan tidak mungkin terj-adi secara
kebetulan, dan bahwa struktur yang sempurna dan sangat kompleks pada
protein dan sel unit dasar kehidupan semuanya diciptakan Tuhan.
Dalam ceramah yang berjudul, “Is it Possible Life To Emerge
by Coincidences?” (Mungkinkah kehidupan Muncul secara Kebetulan?), yang
dipresentasikannya pada seminar internasional kedua, bertema “The
Collapse of the Theory of Evolution: The Fact of Creation” (Keruntuhan
Teori Evolusi: Fakta Penciptaan), yang diselenggarakan oleh Science
Research Fundation pada tanggal 5 Juli 1998 di Istanbul, Prof. Girouard
mendukung pendapat tersebut dengan bukti ilmiah, dan menutup ceramahnya
sebagai berikut:
Konstruksi makhluk hidup jauh lebih rumit daripada hasil yang diperoleh
dalam eksperimen laboratorium. Jika kita kembali pada hukum-hukum kimia
dan fisika untuk men-dapatkan penjelasan, inilah yang kita pelajari:
Pasti ada Zat Mahapandai, Pencipta; Sang Pencipta yang merumuskan
hukum-hukum ini. Ini adalah penjelasan yang paling ilmiah. Hukum-hukum
fisika dan kimia memaparkan kepada kita dengan pasti bahwa evolusi dan
pembentukan makh-luk hidup dari benda mati adalah mustahil. Dengan
demikian, temuan-temuan ilmiah ini tidak hanya mengakhiri ceramah saya,
tetapi juga mengakhiri evolusi.125
Prof. Edward Boudreaux
Dr. Edward Boudreaux, guru besar kimia Universitas New
Orleans, percaya bahwa unsur-unsur kimia pasti disusun dengan sengaja
oleh Tuhan agar kehidupan terbentuk. Prof. Boudreaux berkata dalam
ceramahnya berjudul “The Design in Chemistry”, yang di-sampaikan pada
konferensi internasional kedua, bertema “The Collapse of the Theory of
Evolution: The Fact of Creation”, yang diselenggarakan di Istanbul,
bahwa “Dunia tempat kita hidup, dan hukum-hukum alamnya secara tepat
telah diatur oleh Pencipta untuk kepentingan kita, manusia”.126
Prof. Kenneth Cumming
Prof. Kenneth Cumming, ilmuwan dunia terkemuka dari
Institute for Creation Research di Amerika Serikat, adalah seorang ahli
biokimia dan paleontologi. Dia menyatakan bahwa dia menentang teori
evolusi dan memercayai eksistensi Tuhan.
Saya berpendapat bahwa banyak bukti yang mengatakan bahwa gagasan ini
(teori evolusi) telah tumbuh melampaui nilainya: teori ini perlu
ditentang dan perlu dinyatakan hancur di hadapan perspektif penciptaan
yang menyatakan: Zat Mahacerdas dan Mahaagung telah menciptakan semua
yang kita lihat. Dan, variasi yang kita lihat adalah bagian dari ciptaan
itu. Jawaban seperti inilah yang akan kita berikan untuk mendukung
perspektif kita.127
Prof. Carl Fliermans
Prof. Carl Fliermans, ilmuwan yang dikenal luas di Amerika,
adalah guru besar mikrobiologi Universitas Indiana. Dia melakukan
penelitian tentang “netralisasi sampah kimia dengan bakteri” yang
disponsori oleh Departemen Pertahanan Amerika. Pada konferensi “The
Collapse Theory of Evolution: The Fact of Creation”, yang dihadirinya di
Istanbul, dia menolak klaim evolusi dalam dunia biokimia. Dalam
ceramahnya, dia mengemukakan kepercayaannya kepada Tuhan sebagai
berikut:
Biologi modern membuktikan bahwa bentuk kehidupan tidak terjadi secara
kebetulan, yang berarti membuktikan penciptaan agung oleh Tuhan.128
Prof. David Menton
Prof. David Menton, yang me-negaskan kepercayaannya kepada
Tuhan dengan mengatakan, “Saya telah meneliti anatomi makhluk hidup
selama 30 tahun. Setiap kali, saya berhadapan dengan realitas penciptaan
Tuhan yang sem-purna.”129, adalah seorang guru besar anatomi
Universitas Washington.
Prof. John Morris
Professor Morris, ahli geologi terkenal, adalah presiden
Institute for Creation Research, sebuah organisasi paling produktif di
Amerika yang dibentuk oleh para ilmuwan pendukung penciptaan. Dalam
ceramahnya, Prof. Morris merujuk keyakinannya kepada Tuhan, dan
kepercayaannya bahwa teori evolusi telah diruntuhkan oleh sains:
Seperti yang dilakukan banyak ilmuwan terkemuka dan hebat, kita sebagai
orang beriman kepada Tuhan, yakin bahwa Tuhan adalah Sang Pencipta.
Tuhanlah yang mengatur hidup kita dan kepada-Nya-lah kita harus
berpaling. Kita berhutang hidup pada-Nya dan kita bertanggung jawab
untuk memperoleh rahmat-Nya.130
Arthur Peacocke
Arthur Peacocke, yang disiplin ilmu utamanya adalah
biokimia, adalah direktur Ian Ramsey Centre di Universitas Oxford. Dia
menyatakan kepercayaannya kepada Tuhan sebagai berikut:
Tuhan menciptakan dan selalu hadir pada setiap waktu dunia yang
tercipta; Tuhan melampaui masa lalu dan sekarang: Tuhan Mahaabadi, dalam
artian, tiada selang waktu di mana Dia tidak ada, dan tiada masa datang
di mana Dia tidak ada.131
Albert McCombs Winchester
Setelah menyelesaikan studi doktoralnya di Universitas
Texas, Prof. Winchester bekerja sebagai guru besar biologi di
Universitas Baylor, dan menjadi presiden Academi Sains Florida. Dia
berpendapat bahwa penelitian ilmiah menguatkan kepercayaannya kepada
Tuhan:
Hari ini, saya dengan gembira menyatakan, setelah beberapa tahun belajar
dan bekerja dalam dunia sains, iman saya kepada Tuhan bukannya
terguncang, tetapi justru menjadi lebih kuat dan memperoleh landasan
lebih kukuh daripada sebelumnya. Sains menumbuhkan pemahaman mengenai
keagungan dan kemahabesaran Tuhan, yang terus bertambah kuat pada setiap
penemuan baru.132
Mehdi Golshani
Ahli fisika, Mehdi Golshani, dari Universitas Teknologi
Sharif di Tehran, dalam wawancaranya dengan Newsweek, menjabarkan
kepercayaannya kepada Tuhan dan bahwa penelitian ilmiah saling
melengkapi dengan agama:
Fenomena alam adalah tanda-tanda Tuhan di alam semesta dan
mempelajarinya hampir merupakan kewajiban religius. Al Quran
menganjurkan manusia untuk ”berjalan di muka bumi, kemudian melihat
bagaimana Dia memulai penciptaan.” Penelitian merupakan ibadah, karena
mengungkap lebih banyak keajaiban ciptaan Tuhan.133
Prof. Edwin Fast
Setelah menyelesaikan studi doktoralnya di Universitas
Oklahoma, dan mengajar pada universitas yang sama di jurusan fisika,
Prof. Fast berpendapat bahwa sangat tidak mungkin bagi atom, bahan dasar
materi, untuk bersatu secara spontan membentuk seluruh alam semesta dan
makhluk hidup. Dia menyatakan kepercayaannya akan penciptaan sebagai
berikut:
Dengan mundur cukup jauh, orang tentu akhirnya mencapai kesimpulan,
bahwa eksistensi “hukum-hukum alam” yang menggambarkan sistematika di
alam semesta, merupakan bukti keberadaan suatu kecerdasan yang memilih
untuk menentukan cara kerja alam semesta sebagaimana yang kita amati.
Sang Sebab yang men-ciptakan partikel-partikel secara logis juga
menentukan karakteristik yang harus mereka miliki.134
Charles H. Townes
Townes, yang menemukan prinsip di belakang laser, melakukan
studinya di Universitas Berkeley. Townes menyatakan kepercayaannya
kepada Tuhan demikian:
Sebagai orang yang religius, saya merasakan dengan kuat kehadiran dan
tindakan Zat Pencipta yang jauh di luar diriku tetapi selalu akrab dan
dekat.135
John Polkinghorne
John Polkinghorne, yang mempunyai karir cemerlang dalam
bidang fisika partikel di Universitas Cambridge, membuat pernyataan
berikut dalam sebuah wawancara dengan Newsweek:
Ketika Anda menyadari bahwa hukum-hukum alam harus disesuaikan dengan
ketepatan luar biasa agar menghasilkan alam semesta yang kita lihat,
semua itu menumbuhkan gagasan bahwa alam semesta tidak terjadi begitu
saja, tetapi pasti ada suatu tujuan di belakangnya. Bagi saya, komponen
kepercayaan kepada Tuhan yang mendasar adalah bahwa ada pemikiran dan
tujuan di balik alam semesta.136
Hugh Ross
Hugh Ross, yang mendapatkan gelar Ph.D dalam astronomi dari
Universitas Toronto, adalah presiden “Reasons to Believe”, institusi
kreasio-nis di Amerika Serikat. Dia banyak menulis karya tentang
hubungan antara kosmologi dan penciptaan. Beberapa di antaranya adalah :
The Creator and The Cosmos, Creation and Time, dan Beyond The Cosmos.
Sebagian pendapat Ross tentang penciptaan alam semesta oleh Pencipta
Tunggal, adalah sebagai berikut:
Apabila permulaan waktu berbarengan dengan permu-laan alam semesta,
sebagaimana dikatakan teorema ruang-waktu, maka Sang Pencipta alam
semesta ten-tunya suatu entitas yang bekerja dalam dimensi waktu yang
sepenuhnya mandiri dan ada lebih dulu daripada dimensi waktu kosmos. Ini
memberitahu kita bahwa Sang Pencipta bersifat transenden, bekerja di
luar jangkauan batas-batas dimensi alam semesta.137
Pencipta yang cerdas dan transenden pasti telah menciptakan alam
semesta. Pencipta yang cerdas dan transenden pasti telah merancang alam
semesta. Pencipta yang cerdas dan tran-senden pasti telah merancang
planet bumi. Pencipta yang cerdas dan transenden pasti telah merancang
kehidupan.138
Prof. Dr. Duane Gish
Duane Gish, yang memperoleh gelar Ph.D. dalam biokimia dari
Universitas California, Berkeley, adalah ilmuwan terhormat yang dikenal
karena keimanannya, serta penentangannya terhadap teori evolusi. Gish
banyak memberikan ceramah di pelbagai seminar tentang ketidakvalidan
teori evolusi, dan dia adalah salah seorang pendukung kreasionis
terkemuka di dunia saat ini.
Prof. Gish telah tiga kali berpartisipasi sebagai pem-bicara
pada seminar internasional bertema, “The Collapse of Evolution: The
Fact of Creation”, yang diselenggarakan pada tahun 1998 di Turki.
Mengenai runtuhnya teori evolusi dan keyakinannya yang kuat pada
penciptaan, menurut Gish:
Teori evolusi sedang mengalami krisis tanpa akhir. Sebaliknya, gagasan
kreasionisme didukung bukti nyata. Hari ini, beribu-ribu ilmuwan
mendapati bahwa gagasan penciptaan semakin meyakinkan.139
Dr. Pierre Gunnar Jerlstrom
Jerlstrom, yang menerima Ph.D. dalam bidang biologi
molekuler dari Universitas Griffith, telah mengadakan banyak studi dalam
bidangnya, dan telah dianugerahi beberapa penghargaan ilmiah.
Artikel-artikel Dr. Jelstrom dipublikasikan di pelbagai jurnal ilmiah.
Dia juga dikenal karena kepercayaannya akan penciptaan.
Dr. Stephen Graccot
Graccot mendapatkan gelar Ph.D. dari Universitas Australia,
dalam bidang kimia organometalik dari senyawa logam kompleks yang
bersifat optik aktif (organometallic chemistry of optically active metal
complexes.) Dia bekerja bertahun-tahun sebagai ilmuwan peneliti dalam
bidang penyulingan alumunium, kimia lingkungan, kimia analitik dan kimia
industri. Dia memublikasikan banyak karya ilmiah dalam bidang-bidang
ini. Setelah bertahun-tahun menjadi evolusionis pasif, dia terpesona
oleh kelogisan, kelengkapan, dan banyaknya bukti ilmiah yang mendukung
Penciptaan Khusus. Gracot juga seorang pembicara publik yang dinamis
tentang topik ini.
Dmitry Koyznetsov
Ilmuwan Rusia, Koyznetsov, mengatakan bahwa banyak ilmuwan
yang akhirnya percaya kepada Tuhan dan agama setelah dihadapkan pada
fakta-fakta ilmiah yang mereka temukan. Koyznetsov juga seorang ahli
debat yang berapi-api melawan evolusionis.140
Dr. Emil Silvestru
Dr. Emil Silvestru telah bekerja sebagai lektor di
Universitas Babes-Bolyai, Rumania. Sebagai ahli geologi gua dunia
terkemuka, dia telah memublikasikan banyak karya ilmiah dalam jurnal
akademik di seluruh dunia. Sampai sekarang, dia menjabat sebagai ilmuwan
kepala di institut speleologi pertama dunia (speleologi = studi tentang
gua). Dia seorang ilmuwan kreasionis.
Dr. Andre Eggen
Dr. Andre Eggen, yang telah mengadakan banyak penelitian
tentang genetika binatang, telah bekerja sebagai ilmuwan peneliti untuk
pemerintah Prancis. Eggen percaya akan penciptaan.
Dr. Ian Macreadie
Dr. Ian Macreadie adalah ahli biologi molekuler yang telah
melakukan penelitian luas tentang biologi molekuler dan mikrobiologi.
Penulis lebih dari 60 paper penelitian ini menjadi pimpinan ilmuwan
peneliti di Biomolecular Research Institute of Australia's Commonwealth
Scientific and Industrial Research Organization (CSIRO). Dr. Macreadie,
yang percaya akan penciptaan, juga menerima anugerah tertinggi dari
Australian Society for Microbiology, karena kontribusinya yang luar
biasa terhadap penelitian.
Prof. Andrew Conway Ivy
Andrew Ivy, salah satu ahli fisiologi terkenal di dunia,
adalah ketua jurusan Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Northwestern antara tahun 1925-1946. Prof. Ivy adalah wakil
presiden Universitas Illinois dari tahun 1946 sampai 1953, kemudian
menjabat sebagai guru besar kehormatan fisiologi dan ketua jurusan ilmu
klinis Universitas Illinois, Sekolah Kedokteran, Chicago. Ketika
ditanya, “Apakah ada pencipta yang menciptakan alam semesta?” dia
menjawab “Ya, saya sangat yakin akan keberadaan Tuhan seyakin saya akan
apa pun,” dan lanjutnya:
Percaya pada eksistensi Tuhan adalah satu-satunya yang memberikan makna
penuh, tuntas dan rasional bagi eksistensi. Percaya kepada Tuhan adalah
alasan tunggal untuk kepastian absolut bahwa manusia adalah seseorang
dan sesuatu yang lebih dari sekadar paket materi dan energi. Percaya
kepada Tuhan adalah sumber dan basis bagi konsepsi akal manusia yang
paling inspiratif.141
Dr. Raymond Jones
Dr. Jones telah bekerja selama bertahun-tahun di lembaga
ilmiah pemerintah Australia, CSIRO. Dia lebih dikenal karena memecahkan
masalah Leucaena, yang telah menghasilkan jutaan dolar bagi industri
pertanian Australia. Jones adalah seorang ilmuwan kreasionis.
Jules H. Poirer
Jules H. Poirer telah bekerja bagi Angkatan Laut Amerika
Serikat sebagai spesialis senior perancangan elektronika untuk
proyek-proyek penting pertahanan dan ruang angkasa. Dia mempelajari
teknik elektro, fisika dan matematika di Universitas California,
Berkeley. Sepanjang karier profesionalnya, Jules Poirer telah berjasa
memberikan banyak solusi dan inovasi rancangan, yang membantu pertahanan
dan program luar angkasa AS. Menemukan sifat-sifat cerdas pada
binatang, poirier menyimpulkan bahwa mereka pasti diciptakan oleh
Pencipta. Dia adalah penulis From Darkness to Light to Flight: Monarch
the Miracle Butterfly, dengan bahasan yang mendetail.
Michael J. Behe
Michael J. Behe adalah salah seorang ilmu-wan terkemuka yang
percaya bahwa alam dan semua makluk hidup adalah karya dengan
pe-rancangan cerdas. Behe adalah guru besar bio-kimia Universitas Lehigh
di Pennsylvania. Dia telah memublikasikan banyak artikel di koran-koran
terkemuka seperti New York Times dan Boston Review. Behe adalah penulis
buku Darwin's Black Box, yang telah membuktikan bahwa secara bio-logis
teori evolusi tidak bisa dibenarkan. Buku ini beredar lebih dari 80 kali
cetak ulang di seluruh dunia.
Behe membuktikan invaliditas teori evolusi dengan konsep
yang disebutnya “irreducible complexity” (komplek-sitas yang tidak dapat
diperkecil). Menurut gagasan ini, banyak organ terdiri dari
bagian-bagian yang cocok dan saling berinteraksi sehingga menghasilkan
fungsi dasar. Pemindahan satu bagian saja menyebabkan sistem berhenti
berfungsi sama sekali. Untuk alasan ini, perkembangan kebetulan atau
sedikit demi sedikit merupakan hal yang mustahil.
Dalam Darwin's Black Box, Behe menulis:
Mereka dirancang bukan oleh hukum-hukum alam, tidak juga oleh peristiwa
kebetulan dan keterpaksaan, tetapi mereka direncanakan. Sang Perancang
sudah mengetahui seperti apa rupa sistem itu setelah terbentuk nanti,
kemudian mengambil langkah-langkah untuk mencipta-kan sistem itu.
Kehidupan di bumi pada tingkatannya yang paling fundamental, dalam
komponennya yang sangat kritis, adalah produk aktivitas cerdas.
Kesimpulan rancangan cerdas mengalir alami dari data itu sendiri…
Menyimpulkan bahwa sistem biokimia dirancang oleh agen cerdas adalah
proses monoton yang tidak membutuh-kan prinsip-prinsip logika dan ilmiah
yang baru. Ia muncul hanya dari kerja keras yang telah dilakukan
biokimia selama 40 tahun belakangan, yang dikombinasikan dengan
pemikiran cermat tentang bagaimana kita mencapai kesimpulan penciptaan
setiap hari.142
Philip Johnson
Johnson, yang mengajar hukum di Universitas California,
Berkeley, telah melakukan penelitian ekstensif mengenai aspek ideologis
teori evolusi. Johnson adalah penulis tiga buku mengenai hal ini,
berjudul Darwin in Trial, Reason in the Balance, dan Objection
Sustained, di samping dua bukunya yang tebal tentang hukum kriminal, dan
banyak artikel. Johnson dikenal karena perlawanannya yang kuat terhadap
teori evolusi, juga ilmuwan yang percaya kepada Tuhan. Kepercayaan dan
pencarian Johnson terlihat jelas dalam kata-katanya:
… Saya ingin menyusun perlawanan terhadap evolusi materialistik. Marilah kita bersatu di sekitar Pencipta.143
Charles Birch
Charles Birch adalah guru besar emeritus Universitas Sidney,
Australia. Dia dikenal karena kepercayaannya yang kuat akan penciptaan.
Dia dianugerahi Penghargaan Templeton untuk Kemajuan dalam Agama, pada
tahun 1990. Kepercayaannya terungkap dalam pernyataannya berikut:
Tuhan sebagai sumber semua nilai adalah lebih dekat daripada tangan dan
kaki, lebih dekat daripada napas. Pemahaman akan Tuhan adalah nyata…
Tuhan merupakan sebab dalam penciptaan dunia dan akibat dalam memahami
dunia.144
S. Jocelyn Bell Burnell
Jocelyn Bell Burnell adalah guru besar fisika Universitas
Terbuka di Inggris, sekaligus ketua jurusan. Sebagai ahli astronomi, dia
adalah salah satu penemu bintang berputar yang disebut pulsar. Burnell,
yang mempunyai kepercayaan kuat kepada Tuhan, menulis:
Saya percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa dan Maha Mengetahui, tetapi juga Pengasih dan Pengampun… Saya yakin Tuhan itu ada.145
Prof. Owen Gingerich
Owen Gingerich adalah guru besar astronomi dan sejarah sains
di Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonian, Cambridge, Massachusetts. Dia
mempunyai keyakinan mendalam kepada Tuhan, yang dinyatakan dalam
perkataannya:
Saya percaya kepada Tuhan sebagai Sang Mahacerdas yang merencana-kan dan
mengatur penciptaan alam semesta. Saya percaya bahwa pencip-taan
manusia adalah tujuan utama alam semesta dan bahwa umat manu-sia telah
diciptakan dalam bayang-bayang Tuhan, terutama berkaitan dengan
kesadaran, suara hati, dan kebebasan moral untuk memilih benar dan
salah.146
Prof. Carl Friedrich von Weizsacker
Von Weizsacker, ahli fisika dan filosof, adalah guru besar
Lembaga Max-Planck di Jerman. Dia mengekspresikan kepercayaannya kepada
Tuhan sebagai berikut:
Pada suatu malam yang indah penuh bintang di Gunung Jura, Swiss, saya
menyadari dua kepastian: di sini hadir Tuhan; dan bintang-bintang adalah
bola gas, sebagaimana yang diajarkan fisika kepada kita dewasa ini.147
Prof. David Berlinski
David Berlinski, yang memperoleh gelar Ph.D dalam matematika
dari Universitas Princeton, percaya bahwa makhluk hidup tidak
berevolusi, tetapi mereka merupakan hasil rancangan cerdas. Dalam
karya-karyanya, Berlinski sering merujuk Tuhan sebagai pencipta
rancangan ini. Kutipan Berlinski di bawah ini adalah contohnya:
Struktur kehidupan sangat kompleks, dan struktur kompleks dibuat di
dalamnya. Dunia manusia murni hanya dengan suatu proses yang sengaja
dirancang. Tindakan cerdas diperlukan bahkan untuk menciptakan sebuah
benda kecil; mengapa struktur kehidupan harus berbeda? 148
Biologi molekuler telah mengungkap bahwa makhluk hidup apa pun adalah ciptaan Tuhan.149
Prof. William Lane Craig
William Craig memperoleh gelar doktornya dalam filsafat dari
Universitas Birmingham, Inggris, sebelum mendapatkan gelar doktor dalam
teologi dari Universitas Ludwig Maximiliens, Munchen, Jerman Barat. Dia
percaya bahwa alam semesta diciptakan Tuhan dengan maksud tertentu.
Pandangan Craig tercermin dalam perkataannya:
Alam semesta memiliki sebab keberadaannya. Bahkan, saya berpendapat, tak
dapat dibantah lagi bahwa sebab alam semesta adalah Pencipta Tunggal.
Karena bagaimana lagi akibat sementara dapat timbul dari sebab abadi?…
kita telah melihat baik berdasarkan argumen filosofis maupun penegasan
ilmiah bahwa sangat masuk akal alam semesta memiliki awal. Mengingat
prinsip nyata bahwa apa pun yang mulai ada pasti mempunyai sebab
keberadaannya, kita telah diarahkan untuk menyim-pulkan bahwa alam
semesta mempunyai sebab keberadaannya. Berdasar-kan argumen kita, sebab
ini tidak mempunyai sebab, abadi, tidak berubah, tanpa batas waktu, dan
nonmaterial. Dengan kata lain, ia haruslah agen tunggal yang bebas
memilih untuk menciptakan akibat dalam waktu. Oleh karena itu,
berdasarkan argumen kosmologis kalam, saya berkesim-pulan bahwa sangat
masuk akal untuk percaya bahwa Tuhan itu ada.150
Sungguh, mengingat kebenaran pepatah ex nihilo nihil fit (dari ketiadaan
muncul ketiadaan), Big Bang membutuhkan sebab yang supranatural. Karena
singularitas kosmologis awal menggambarkan batas-batas seluruh
trayektori ruang-waktu, tidak mungkin ada sebab fisik untuk Bing Bang.
Tetapi, sebab itu harus melampaui ruang dan waktu fisik: ia harus
independen dari alam semesta, dan mempunyai kekuatan yang tak
terbayangkan. Lebih jauh lagi, sebab ini harus tunggal, yang bebas
berkehendak. Sang Sebab untuk asal mula alam semesta, dengan demikian,
harus Pencipta tunggal, yang pada waktu tertentu di masa lalu
menciptakan alam semesta dengan kehendaknya yang bebas.151
Dr. Kurt Wise
Ahli paleontologi, Dr. Kurt Wise, yang menjadi lektor sains
di jurusan matematika dan ilmu alam Bryan College, dikenal untuk
bantahannya terhadap teori evolusi dan kepercayaannya yang kuat kepada
Tuhan. “Penciptaan bukanlah teori,” katanya. “Fakta bahwa Tuhan telah
menciptakan alam semesta bukanlah suatu teori. Ini kebenaran.”152
Siegfrid Hartwig Scherer
Siegfrid Hartwig Scherer, yang memperoleh gelar Ph.D. dalam
bidang antropologi fisik dari Universitas Zurich, adalah penulis buku
Ramapithecus-Vorfahr des Menschen? (Ramapithecus - Nenek Moyang
Manusia?) Dalam karya-karyanya, dia menunjukkan bahwa reka-man fosil
menolak teori evolusi, dan bahwa kera besar bukan nenek moyang manusia.
Dia yakin bahwa semua makhluk adalah ciptaan Tuhan.
J.P. Moreland
J.P. Moreland, yang memperoleh Ph.D. dalam filsafat dari
Universitas California Selatan, adalah ilmuwan berkeyakinan kuat, dan
penulis buku Christianity and the Nature of Science, dan The Creation
Hypothesis.
Paul A. Nelson
Dia menerima gelar Ph.D. dalam filsafat dari Univer-sitas
Chicago. Dia adalah salah seorang ilmuwan yang per-caya bahwa kehidupan
merupakan hasil rancangan cerdas.
Prof. Jonathan Wells
Jonathan Wells, yang memperoleh Ph.D. dalam studi keagamaan
dari Yale, dan ahli biologi penelitian pasca-doktoral di jurusan biologi
molekuler dan sel, Universitas California, Barkeley, adalah penulis
Charles Hodge's Critique of Darwinism. Well berpendapat bahwa
perkembangan sains terakhir menunjukkan bahwa kehidupan adalah hasil
rancangan.
Dr. Don Batten
Don Batten telah melakukan penelitian ekstensif ten-tang
fisiologi tumbuhan dan memenangi sejumlah penghar-gaan akademik untuk
studi-studinya. Dia juga seorang ilmuwan yang taat dan percaya akan
eksistensi Tuhan. Dia telah menulis sejumlah buku dan artikel tentang
tanda-tanda penciptaan di bumi, di samping dalam bidangnya sen-diri,
yaitu fisiologi tanaman. Dia juga berkeliling dunia un-tuk menyampaikan
ceramah, menjelaskan isyarat Tuhan da-lam bahasa non-akademis. Ilmuwan
Australia ini membe-rikan ceramah keliling pertamanya di Inggris pada
1995.
Dr. Werner Gitt
Dr. Gitt adalah direktur dan guru besar Institut Fisika dan
Teknologi Federal Jerman (Physikalisch-Technische Bundesanstalt,
Braunsschweig). Dia menulis banyak paper ilmiah dalam bidang ilmu
informasi, matematika, dan teknik kontrol. Dr. Gitt, yang percaya akan
pencip-taan, juga telah menulis banyak buku yang di dalamnya dia
mengkritik teori evolusi. Judul-judul bukunya adalah Did God Use
Evolution?, In the Beginning was Information, Stars and Their Purpose:
Signposts in Space, dan If Animals Could Talk.
Dr. John Baumgardner
Dr. John Baumgardner, yang memperoleh Ph.D. dalam bidang
geo-fisika dan fisika ruang angkasa dari Universitas Kalifornia, Los
Angeles, menemukan kebuntuan teori evolusi berkat penelitiannya, dan
mengakui penciptaan, meskipun dia telah menerima pendidikan evolusionis.
Prof. Dr. Donald Chittick
Prof. Dr. Donald Chittick menerima Ph.D. dalam bidang kimia
fisik dari Oregon State University. Dia telah dianugerahi banyak
penghargaan untuk penelitiannya. Dia memberikan ceramah dengan tema-tema
seperti “Bukti Penciptaan” dan “Penciptaan dan Bumi Dini”.
Dr. Gary E. Parker
Sambil menempuh M.S.-nya dalam bidang biologi/fisiologi di
Ball State, Dr. Parker mendapatkan berbagai penghargaan akademis. Dia
me-mulai kariernya sebagai seorang evolusionis. Berhadapan dengan bukti
ilmiah meyakinkan yang mendukung penciptaan, Dr. Parker mening-galkan
teori evolusi dan mengakui eksistensi Pencipta. Dia memubli-kasikan
sejumlah buku tentang biologi dan sains penciptaan, serta memberikan
ceramah tentang kreasionisme di berbagai belahan dunia.
Dr. Margaret Helder
Dr. Helder adalah seorang ilmuwan, ahli biologi, dan wakil
presiden Creation Science Association of Alberta, Kanada. Dia juga
wanita ter-kemuka dalam sains penciptaan. Dia telah menulis banyak
artikel tentang tanda-tanda penciptaan di sekitar kita.
Prof. Dr. Jonathan D. Sarfati
Dr. Sarfati, yang mendapatkan Ph.D. dalam bidang kimia dari
Univer-sitas Wellington, menjadi penulis-mitra banyak karya ilmiah dalam
jurnal-jurnal ilmiah terkenal. Dia sudah lama tertarik untuk membela
keimanan, dan sekarang menjadi ilmuwan peneliti aktif dalam
kreasionisme.
Prof. Robert Matthews
Robert Matthews, sarjana fisika dari Universitas Oxford dan
anggota Royal Statistical Society dan Royal Astronomical Society,
menggambarkan keajaiban penciptaan Tuhan dalam bukunya yang diterbitkan
pada tahun 1992:
Seluruh proses biasanya berlangsung dalam keselarasan sempurna,
menghasilkan janin, kemudian bayi hidup, seorang anak dan akhirnya
menjadi dewasa. Sebagaimana digambarkan dalam biologi, seluruh proses
itu tampak ajaib. Bagaimana bisa kerumitan yang menakjubkan itu
dihasilkan dari permulaan yang begitu sederhana? Bagaimana, singkatnya,
sel tunggal yang jauh lebih kecil daripada titik pada huruf “i”
menghasilkan makhluk yang sadar? Banyak proses yang terlibat di dalamnya
masih menjadi misteri, salah satu misteri paling menakjubkan dari semua
misteri yang belum terpecahkan.153
Dr. Claude Tresmontant
Dr. Claude Tresmontant, dari Universitas Paris, dalam sebuah
wawancaranya dengan majalah Realities, menggambarkan keyakinannya akan
penciptaan, dan kepercayaannya bahwa bumi tidak mungkin muncul secara
kebetulan:
Tidak ada teori kebetulan yang dapat menjelaskan proses penciptaan
dunia. Tidak masuk akal mengatakan bahwa peristiwa kebetulan bisa
menghasilkan makhluk hidup.154
Dr. Don Page
Don Page memperoleh Ph.D. dalam bidang fisika dari Institut
Teknologi California pada tahun 1976, dan sejak saat itu bekerja dengan
ilmuwan-ilmuwan terkemuka. Page percaya bahwa memahami alam semesta
membantu menumbuhkan kesadaran akan kekuasaan dan pengetahuan Tuhan,
meskipun tidak cukup untuk mengerti sepenuhnya.
Dr. Andrew Snelling
Dr. Snelling, Ph.D. dalam bidang geologi, telah terlibat
dalam proyek-proyek penelitian dengan CSIRO (Commonwealth Scientific
Industrial Research Organization), ANSTRO (Australian Nuclear Science
and Technology Organization) dan banyak ilmuwan universitas di seluruh
Australia, de-ngan para ilmuwan dari Amerika, Inggris, Jepang, Swedia,
dan Badan Energi Atom Internasional. Sebagai hasil penelitian ini,
Andrew terlibat dalam penulisan paper ilmiah yang dipublikasiakan dalam
jurnal-jurnal ilmiah internasional. Dia dianugerahi sejumlah penghargaan
untuk kontribusinya terhadap sains penciptaan, dan telah menulis banyak
artikel tentang tanda-tanda penciptaan pada makhluk hidup.
Dr. Carl Wieland
Dr. Carl Wieland, seorang dokter medis yang meyakini
kreasionisme, adalah pembicara yang sangat terkenal, banyak mengulas
bukti ilmiah penciptaan. Dia juga menulis banyak artikel dengan tema
itu, yang telah diterbitkan secara internasional.
PARA ILMUWAN MODERN LAINNYA YANG MEYAKINI
KEBERADAAN TUHAN
Seluruh ilmuwan sukses di masa kini yang namanya tercantum
pada bagian ini, menentang gagasan bahwa bahwa makhluk hidup muncul
secara kebetulan. Mereka percaya bahwa Tuhan menciptakan seluruh alam
semesta menurut rancangan cerdas.
l John K.G. Kramer, Biokimia.
l Dr. Jerry Bergman, Psikologi.
l Dr. Kimberly Berrine, Mikrobiologi and Imunologi.
l Jay L. Wile, Kimia Nuklir.
l Prof. Vladimir Betina, Biokimia and Biologi.
l Dr. Andrew Bosanquet, Biologi and Mikrobiologi.
l Dr. David R. Boylan, Teknik Kimia.
l Dr. Clifford Burdick, Geologi.
l Robert Kaita, Fisika Plasma.
l Alexander V. Lalomov, Geologi.
l Prof. Dr. Steve Austin, Geologi.
l Prof. Robert Newman, Astrofisika.
l Prof. Siegfried Scherer, Biologi.
l Dr. Russell Humphreys, Fisika.
l Dr. Geoff Downes, Fisiologi Tanaman
l Dr. Larry Butler, Biokimia.
l Prof. Linn E. Carothers, Statistik.
l Prof. Sung-Do Cha, Fisika.
l David Dewitt, Ilmu Saraf.
l Prof. Dr. Eugene F. Chaffin, Fisika.
l Dr. Choong-Kuk Chang, Rekayasa Genetik.
l Prof. Chung-Il Cho, Biologi.
l Dr. Harold Coffin, Palaeontologi.
l Dr. Jack W. Cuozzo, Kedokteran.
l Dr. Malcolm Cutchins, Teknik Penerbangan.
l Dr. Lionel Dahmer, Kimia Organik.
l Dr. Raymond V. Damadian, Fisika.
l Dr. Chris Darnbrough, Biokimia.
l Dr. S. E. Aw, Biokimia.
l Dr. Thomas Barnes, Fisika.
l Dr. Paul Ackerman, Psikologi.
l Dr. Douglas Dean, Kimia Biologis.
l Dr. Don DeYoung, Astronomi, Fisika Atmosfer.
l Prof. Danny Faulkner, Astronomi.
l Prof. Dennis L. Englin, Geofisika.
l Prof. Robert H. Franks, Biologi.
l Dr. Donald Hamann, Ilmu Makanan.
l Dr. Barry Harker, Filosofi.
l Dr. Charles W. Harrison, Fisika Terapan.
l Dr. Harold R. Henry, Rekayasa.
l Dr. Joseph Henson, Entomologi.
l Robert A. Herrmann, Matematika.
l Dr. Russell Humphreys, Fisika.
l Dr. Jonathan W. Jones, Kedokteran.
l Dr. Valery Karpounin, Matematika.
l Dr. Dean Kenyon, Biologi.
l Dr. John W. Klotz, Biologi.
l Dr. Vladimir F. Kondalenko, Sitologi, Patologi Sel.
l Dr. Leonid Korochkin, Genetika, Biologi Molekuler, Neurobiologi.
l Prof. Jin-Hyouk Kwon, Fisika.
l Prof. Myung-Sang Kwon, Imunologi.
l Prof. John Lennox, Matematika.
l Dr. John Leslie, Biokimia.
l Prof. Lane P. Lester, Biologi, Genetika.
l Prof. George D. Lindsey, Pendidikan Sains.
l Dr. Alan Love, Kimia.
l Prof. Marvin L. Lubenow, Antropologi.
l Dr. Andrew McIntosh, Aerodinamika.
l Dr. John Mann, Pertanian.
l Dr. Frank Marsh, Biologi.
l Dr. Ralph Matthews, Kimia Radiasi.
l Dr. John Meyer, Fisiologi.
l Dr. Henry M. Morris, Hidrologi.
l Dr. Len Morris, Fisiologi.
l Dr. Graeme Mortimer, Geologi.
l Prof. Hee-Choon No, Rekayasa Nuklir.
l Dr. David Oderberg, Filosofi.
l Prof. John Oller, Bahasa.
l Prof. Chris D. Osborne, Biologi.
l Dr. John Osgood, Kedokteran.
l Dr. Charles Pallaghy, Botani.
l Prof. J. Rendle-Short, Kedokteran Anak.
l Dr. Jung-Goo Roe, Biologi.
l Dr. David Rosevear, Kimia.
l Dr. Young-Gi Shim, Kimia.
l Dr. Mikhail Shulgin, Fisika .
l Dr. Roger Simpson, Teknik.
l Dr. Harold Slusher, Geofisika.
l Prof. Man-Suk Song, Ilmu Komputer.
l Prof. James Stark, Pendidikan Sains.
l Prof. Brian Stone, Teknik.
l Dr. Lyudmila Tonkonog, Kimia, Biokimia.
l Dr. Larry Vardiman, Ilmu Atmosfer.
l Dr. Joachim Vetter, Biologi.
l Dr. Noel Weeks, Zoologi.
l Dr. A. J. Monty White, Kimia, Kinetika Gas.
l Prof. A. E. Wilder-Smith, Kimia Organik dan Farmakologi.
l Dr. Clifford Wilson, Arkeologi.
l Prof. Verna Wright, Kedokteran.
l Prof. Seoung-Hoon Yang, Fisika .
l Dr. Ick-Dong Yoo, Genetika.
l Dr. Sung-Hee Yoon, Biologi.
BAB 6 KESIMPULAN
Agama adalah sumber utama yang memberi manusia pengetahuan akurat
berkenaan dengan penciptaan alam semesta dan kehidupan. Tetapi ketika
kita menyebut “agama”, kita mengacu pada Al Quran sebagai sumber
informasi sejati. Kitab-kitab suci agama lain telah mengalami perubahan
dan tidak dapat lagi dianggap sebagai Kitab Ilahiah.
Al Quran, di lain pihak, sudah pasti merupakan firman Tuhan
yang tidak mengandung kontradiksi. Al Quran-lah kitab yang telah
diturunkan Allah kepada utusan-Nya sebagai petunjuk. Dengan ayat-Nya,
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya.” (QS. Al Hijr, 15: 9), Allah menyatakan bahwa
Al Quran adalah kitab terakhir, dan berada dalam penjagaan-Nya. Oleh
karena itu, sains akan berkembang cepat hanya apabila dituntun oleh Al
Quran, dan mengambil kebenaran darinya. Karena, hanya dengan demikian
sains mengikuti jalan Allah. Ketika jalan yang bertentangan dengan agama
diambil, para ilmuwan menyia-nyiakan waktu dan sumberdaya, serta
menghalangi kemajuan sains.
Sebagaimana upaya dalam semua bidang lain, jalan yang harus
diikuti dalam bidang ilmiah sekali lagi adalah “jalan” yang
diperintahkan Allah dalam Al Quran. Sebagai-mana firman Tuhan,
“Sesungguhnya Al Quran ini mem-berikan petunjuk kepada (jalan) yang
lebih lurus.” (QS. Al Israa,17: 9)
PICTURE TEXT
BAB 1
Tanda-tanda keberadaan Allah, Sang Pencipta Agung, di alam semesta
sangat jelas bagi siapa pun yang memikirkan dan menggunakan akal serta
mengikuti nuraninya.
=
“(Dia) Pencipta langit dan bumi...”
(QS. Asy-Syuura, 42: 11) !
=
Setiap makhluk hidup di alam semesta memiliki rancangan sempurna.
Contohnya, seperti yang dinyatakan ahli fisika Lipson, syaraf yang
sangat kecil merupakan mahakarya teknik elektro.
=
BAB 2
Ilmuwan yang mengejar tujuan yang salah, menyebabkan usaha terbuang
sia-sia dalam sains.
=
Dengan teleskop raksasa ini, Hubble menemukan bahwa bintang bergerak
menjauh, tidak hanya dari kita tetapi juga dari sesama bintang.
=
Dalam waktu singkat, satelit COBE menemukan bukti yang membenarkan hipotesis “Big Bang”.
=
Alam semesta terjadi melalui ledakan dari titik massa tunggal yang
memiliki volume nol. Ledakan yang disebut Big Bang ini menunjukkan
secara nyata bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan. Hal ini,
untuk selamanya, menghancurkan klaim kaum materialis mengenai alam
semesta tanpa batas.
=
Ketika kita melihat desain yang rumit, kita segera memahami bahwa ia dihasilkan oleh suatu zat yang cerdas.
=
Hanya orang dengan kecerdasan tinggi yang dapat merekonstruksi kepingan
puzzle Albert Einstein seperti terlihat di sini. Jadi, jelaslah bahwa
sistem yang jauh lebih rumit dan sempurna — daripada puzzle ini — di
alam semesta dirancang oleh Allah, Pemilik pengetahuan dan kebijakan
tanpa batas.
=
Seperti halnya ideologi rasialis yang membawa kehancuran bagi umat
manusia dengan Perang Dunia II, ideologi materialisme membawa dunia
sains ke dalam kegelapan.
=
Dalam pemahaman sains Abad Pertengahan, orang mengira bahwa makhluk
hidup dapat muncul dari benda mati. Contohnya, belatung yang berkembang
pada daging terbuka muncul secara spontan. Namun gagasan ini dipadamkan
oleh penemuan F. Redi, kemudian oleh penemuan L. Pasteur.
=
Louis Pasteur
=
Kini, masyarakat ilmiah telah menunjukkan bahwa benda mati tidak dapat
mengatur diri melalui peristiwa acak, dan kemudian bergabung dengan
benda mati lainnya untuk membentuk sel kompleks dan sempurna. Allah,
Tuhan semesta alam, menciptakan segalanya, dan hanya Dia yang memiliki
kekuasaan untuk menghidupkan.
=
“Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian
dari hewan itu ada yang melata di atas perutnya dan sebagian berjalan
dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki;
Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah
Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. An-Nuur, 24: 45) !
=
“Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman.Dan pada penciptaan
kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka
bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini.”
(QS. Al Jaatsiyah, 45: 3-4) !
=
Carl Linnaeus, penemu taksonomi yang memercayai bahwa Tuhan menciptakan
semua makhluk hidup, mengelompokkan bentuk-bentuk kehidupan dalam
kelas-kelas berbeda.
=
Klaim bahwa reptil berevolusi menjadi mamalia sangat bertentangan dengan
temuan-temuan sains. Salah satu bukti adalah perbedaan nyata antara
sisik reptil dan bulu mamalia.
=
Bulu burung sangat berbeda dengan sisik reptil. Bulu dilengkapi sifat yang sangat rumit untuk memungkinkan burung terbang.
=
Alan Feduccia
=
Evolusionis mengklaim bahwa kaki depan dinosaurus tertentu berubah
menjadi sayap ketika mereka mengejar lalat. Evolusionis tidak ragu-ragu
membuat teori imajiner dan tidak masuk akal.
=
Eksperimen mutasi yang dilakukan pada lalat selama beberapa puluh tahun
tidak menghasilkan satu pun mutasi yang menguntungkan. Ini hanya satu
dari sekian usaha sia-sia evolusionis untuk menemukan mutasi
menguntungkan.
=
Kelainan fisik adalah salah satu contoh efek berbahaya mutasi. Mutasi acak hanya merusak struktur yang sempurna.
=
Richard Leakey dan Alan Walker, dua ilmuwan yang mencari bukti evolusi
di bidang paleontologi selama bertahun-tahun, menghabiskan hidup mereka
untuk tujuan ini. Keduanya belum juga menemukan apa yang mereka cari.
=
“Penggalian yang dilakukan untuk menemukan bukti evolusi” di gurun
Afrika di bawah sinar terik matahari, dengan anggaran jutaan dolar,
telah terbukti tidak menghasilkan dan tidak berguna. Evolusionis yang
tidak mau melihat usahanya sia-sia, dalam keputusasaan, akhirnya
melakukan “penipuan”.
=
Bahan penyusun DNA yang rumit, dengan setiap sifatnya yang memiliki tujuan tertentu, menunjukkan bahwa DNA telah diciptakan.
=
Pola perilaku lebah begitu rumit sehingga baru-baru ini saja ilmuwan berhasil menemukan tujuan perilaku mereka.
=
Segala usaha ilmuwan evolusionis tidak menghasilkan apa pun. Akibatnya
banyak ilmuwan kehilangan semangat untuk mengadakan penelitian.
=
“Saya ragu apakah pekerjaan ini patut menghabiskan begitu banyak waktu.”
Darwin menyatakan kehilangan kepercayaan dirinya dalam usaha
membuktikan teori evolusi.
=
Tengkorak palsu yang dipergunakan dalam penipuan manusia Piltdown.
=
Tidak peduli betapa keras evolusionis mencoba membuktikan sebaliknya,
setiap temuan ilmiah selalu menunjuk keberadaan Allah dan kepelikan
ciptaan-Nya. Bentuk kehidupan kompleks yang muncul tiba-tiba dalam
Periode Kambrian adalah bukti penciptaan ini.
=
Fosil trilobita dari Periode Kambrian, dan kerumitan mata majemuknya adalah bukti penciptaan.
=
Struktur mata trilobita serumit mata capung yang hidup pada masa kini.
=
Alasan mengapa bulu merak membuat Darwin “muak” adalah, ia membuktikan keberadaan Sang Pencipta Yang Mahabesar.
=
BAB 3
“Dan demikian (pula) diantara manusia, binatang-binatang melata dan
binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan
jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi
Maha Pengampun.”
(QS. Faathir, 35: 28) !
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia, yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang
yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”
(QS. Ali ‘Imran, 3: 18) !
=
Al Biruni adalah salah seorang ilmuwan muslim abad ke-11. Ia sudah
mengetahui bahwa bumi berotasi pada sumbunya 600 tahun sebelum Galileo,
dan menghitung lingkar bumi 700 tahun lebih dulu sebelum Newton.
=
Ali Khuschu, seorang ilmuwan abad ke-15 adalah orang pertama yang
membuat peta bulan, dan satu daerah di bulan dinamai dengan namanya.
=
Michael Denton
=
Scientific American,
September 1999
=
Gereja Katolik, dengan mengabaikan kebenaran yang dibawa Nabi Isa,
mengadopsi praktik-praktik ibadah tertentu yang menyimpang dari agama.
Bahkan, para ilmuwan seperti Galileo menghadapi reaksi keras dari
Gereja. Gambar ini menunjukkan Galileo sedang dimintai keterangan dalam
pengadilan.
=
Ketika kita memasuki sebuah gua dan melihat lukisan sempurna yang
mengesankan pada dinding gua, maka kita menyimpulkan “pasti ada zat
cerdas yang pernah datang ke gua itu sebelum kita, yang telah
menghasilkan banyak karya tersebut.” Kita memang tidak pernah melihat
zat cerdas itu, tetapi kita mengakui keberadaannya melalui
karya-karyanya.
=
Robert Shapiro
=
Setiap makhluk diciptakan Allah dengan keserasian luar biasa dan
rancangan sempurna. Mencermati rancangan pada bulu burung hantu, atau
mengamati cara terbangnya yang begitu lihai pada malam hari, seseorang
yang menggunakan akal dan mengikuti nuraninya akan melihat dan meyakini
kekuasaan serta pengetahuan abadi Allah.
=
BAB 4
Sensor sensitif di satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada
tahun 1992, menangkap sisa-sisa “Big Bang.” Penemuan ini menjadi bukti
untuk “Big Bang,” yang memberikan penjelasan ilmiah bahwa alam semesta
diciptakan dari ketiadaan.
=
Semua benda luar angkasa ini bergerak dalam orbit yang diperhitungkan
dengan tepat. Selama berjuta-juta tahun, setiap benda langit ini
“beredar" pada orbitnya sendiri dalam keselarasan dan keteraturan
sempurna dengan benda langit lainnya.
=
Seperti yang digambarkan di sini, benda-benda langit yang berhamburan di
ruang angkasa dapat mengancam bumi. Tetapi, Allah yang menciptakan
segalanya dengan sempurna telah menjadikan atmosfer sebagai atap
pelindung.
=
Sabuk Van Allen, lapisan yang ditimbulkan medan magnet bumi, juga
bertindak sebagai perisai terhadap radiasi berbahaya yang mengancam
planet kita.
=
Atmosfer terdiri dari tujuh lapisan yang memiliki sifat berbeda-beda,
seperti tekanan dan komponen gasnya. Setiap lapisan memiliki tugas
penting bagi kehidupan di bumi.
=
Saat ini sudah menjadi fakta bahwa atmosfer bumi terdiri dari
lapisan-lapisan berbeda yang letaknya saling bertumpukan. Sebagaimana
digambarkan Al Quran, atmosfer terdiri tepat dari 7 lapisan.
=
Gunung memiliki akar yang tertanam dalam di bawah permukaan tanah.
(Earth, Press and Siever, hlm. 413)
=
Bagian skematik. Gunung, seperti pasak, mempunyai akar yang tertanam dalam tanah.
(Anatomy of the Earth, Cailleux, hl. 220)
=
Ilustrasi lain yang menunjukkan bagaimana bentuk gunung menyerupai pasak, karena
akarnya yang menghunjam dalam. (Earth Science, Tarbuck and Lutgens, hlm. 158)
=
Gambar di sebelah kiri menunjukkan posisi benua-benua di masa lalu. Jika
kita asumsikan bahwa pergerakan benua akan berlanjut dengan cara yang
sama, jutaan tahun kemudian, mereka akan berada pada posisi seperti yang
ditunjukkan di sebelah kanan.
=
Di bumi, air didaur ulang menurut “kadar” tertentu. Kehidupan di bumi tergantung pada siklus lain.
=
Air Laut Mediterania memasuki Atlantik melalui Gibraltar. Tetapi
temperatur, salinitas, dan kekerapan mereka tidak berubah, karena
pembatas yang memisahkan mereka.
=
Meskipun ada gelombang besar, arus kuat, dan pasang di laut-laut ini,
mereka tidak saling bercampur, dan tidak pula melintasi pembatas di
antara mereka. Hal tersebut terbukti secara ilmiah hanya baru-baru ini,
namun fakta ini sudah dinyatakan dalam surat Ar Rahman 14 abad yang
lalu.
=
Di dalam Al Quran, dikatakan bahwa jenis kelamin laki-laki atau
perempuan diciptakan “dari air mani apabila dipancarkan.” Tetapi, sampai
baru-baru ini orang mengira bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh
sel-sel ibu. Pada abad ke-20, sains baru menemukan informasi yang
dinyatakan Al Quran berabad-abad lalu.
=
Kromosom prialah yang menentukan jenis kelamin.
=
Sperma yang disemburkan ke dalam uterus.
=
...lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging...
=
Dalam surat Az-Zumaar ayat 6 dijelaskan bahwa manusia diciptakan dalam
rahim seorang ibu melalui tiga tahap. Biologi modern pun telah
membuktikan bahwa perkembangan embrio bayi berproses pada tiga ruang
terpisah dalam perut sang ibu.
=
BAB 5
Bacon, yang pada abad ke-13 meramalkan pelbagai inovasi teknologi,
berkata, “Maka sains ini sangat berguna jika berkenaan dengan kalangan
beriman, karena kita melihat di dalamnya pengetahuan khusus tentang masa
depan, sekarang, dan masa lampau.”
=
Francis Bacon
=
Cover-dalam buku karya Galileo, Dialogue Concerning the Two Chief World Systems, yang selesai ditulisnya pada tahun 1629.
=
Galileo berpendapat bahwa bumi itu bulat, dan menjadi orang pertama yang
menemukan daerah gelap, kawah, dan bukit-bukit di bulan.
=
Dua teleskop pertama Galileo di Museum of Science, Florida. Gambar kanan memperlihatkan lensa cembung teleskop.
=
Banyak ilmuwan yang terkenal dengan penemuan dan juga ketaatan
religiusnya. von Helmont, penemu termometer dan barometer, dan Pascal,
adalah contoh ilmuwan seperti itu.
=
Mikroskop Leeuwenhoek yang digunakannya untuk meneliti bakteri.
=
Kiri: Newton sedang memisahkan cahaya menjadi spektrum warna dengan prisma.
Kanan: Hasil gambar Isaac Newton yang menunjukkan jalannya cahaya dari
lubang kecil melalui sebuah lensa, dan kemudian melalui dua prisma yang
memisahkan cahaya menjadi warna-warna.
=
Sir William Herschel meneruskan penelitiannya dengan teleskop yang dirancangnya, didukung dana dari Raja George III.
=
Gregory Mendel merumuskan hukum keturunan dari eksperimennya terhadap
kacang polong. Mendel, yang juga seorang rahib, mengacaukan teori
evolusi Darwin dengan temuannya.
=
Menurut efek Dopler, spektrum gelombang cahaya berubah sebanding dengan
jarak galaksi ke bumi. Gambar ini menunjukkan perubahan tersebut. Sir
Huggins, orang pertama yang mengidentifikasi efek Dopler, adalah ilmuwan
yang percaya kepada Tuhan.
=
Albert Einstein adalah salah satu ilmuwan terbesar dalam sejarah.
Einstein juga dikenal karena keyakinannya kepada Tuhan, di samping
penemuan-penemuan pentingnya.
=
Lemaitre, terlihat sedang bersama Eisntein, adalah seorang ilmuwan yang
relijius yang mengajukan teori Big Bang (dentuman besar) tentang
penciptaan alam semesta.
=
Wernher von Braun (lengan dibalut) adalah seorang insinyur roket Jerman
terkemuka. Dia membuat roket V-2 dalam Perang Dunia II yang terlihat
pada gambar di atas. Dr. von Braun adalah ilmuwan terkemuka di zamannya.
=
Dr. von Braun, seorang beriman yang taat, di sini terlihat bersama
Presiden AS, John F. Kennedy. Dr. von Braun menyatakan sulit memahami
ilmuwan yang tidak dapat mengakui keberadaan Tuhan.
=
Orang yang melihat ladang jagung tidak meragukan keberadaan petani yang
menanam jagung. Prof. Dale Swartzendruber mengatakan bahwa ada tujuan
dan rencana yang agung di alam semesta. Mengingkari keberadaan Pencipta,
yang merancang tujuan dan rencana ini, jauh lebih tak masuk akal
daripada mengingkari keberadaan petani pada contoh di atas.
=
Prof. Meyer adalah ilmuwan beragama yang percaya bahwa sel terlalu rumit untuk muncul secara kebetulan.
=
Prof. Michael P. Girouard (paling kanan) berpartisipasi sebagai
pembicara pada konferensi internasional “Keruntuhan Teori Evolusi: Fakta
Penciptaan”, yang diselenggarakan oleh Science Research Foundation, di
Istanbul.
=
Poster Seminar Inter-
nasional Kedua, bertema “The Collapse of the
Theory of Evolution:
The Fact of Creation”,
yang diselenggarakan
oleh Science Research Foundation, tanggal 5 Juli
1998, di Istanbul.
=
Prof. Boudreaux menyampaikan ceramah berjudul “The Design in Chemistry”,
pada konferensi internasional, bertema “The Collapse of the Theory of
Evolution: The Fact of Creation”, yang diselenggarakan di Istanbul dan
Ankara.
=
llmuwan terkenal dunia, Prof. Cumming, adalah anggota Institute for Creation Research di Amerika
=
Prof. Menton adalah salah seorang ilmuwan terkemuka yang berpartisipasi
dalam serangkaian konferensi yang diselenggarakan Science Research
Foundation di Turki.
=
The Science Research Foundation menyelenggarakan konferensi
internasional bertema “The Collapse of Evolution: The Fact of Creation”
pada tanggal 4 April 1998 dan 5 Juli 1998 di Istanbul, serta 12 Juli,
1998 di Ankara. Para ilmuwan terkemuka yang beriman diundang sebagai
pembicara.
=
Sumber: http://id.harunyahya.com/id/works/30304/AL_QURAN_DAN_SAINS