Lebah adalah serangga mungil yang tidak mampu berpikir. Akan tetapi
mereka mampu menyelesaikan sejumlah pekerjaan besar yang tak
terbayangkan sebelumnya. Setiap pekerjaan tersebut membutuhkan
perhitungan dan perencanaan khusus. Sungguh mengagumkan bahwa kecerdasan
dan keahlian yang demikian ini ada pada setiap ekor lebah. Namun, yang
lebih hebat lagi adalah ribuan lebah bekerjasama secara teratur dan
terencana dalam rangka mencapai satu tujuan yang sama, dan mereka
melaksanakan bagian pekerjaan mereka masing-masing secara penuh dan
sungguh-sungguh tanpa kesalahan sedikitpun.
Kesulitan terbesar
dalam pengorganisasian sekelompok orang untuk bekerja secara bersama
adalah penyiapan jadwal kerja serta pembagian tugas dan tanggung jawab.
Dalam sebuah pabrik, misalnya, terdapat struktur jabatan yang rapi di
mana para pekerja melapor pada mandor, para mandor melapor pada
insinyur, para insinyur melapor pada manajer pelaksana dan para manajer
pelaksana melapor pada manajer umum. Pengoperasian pabrik yang efisien
memerlukan banyak tenaga kerja dan dana; pembuatan rencana jangka
panjang dan pendek; serta pengumpulan data statistik. Produksi dilakukan
berdasarkan rencana produksi yang telah disiapkan sebelumnya, dan
pengawasan kualitas dilakukan di setiap tahapannya. Setiap insinyur,
manajer dan manajer pelaksana memperoleh pendidikan dan pelatihan khusus
dalam jangka waktu tertentu sebelum ditempatkan pada posisi mereka
masing-masing.
Akan tetapi, setelah segala persyaratan ini
dipenuhi dan sistem organisasinya telah terbentuk, hanya beberapa ratus
tenaga kerja saja yang mampu bekerja bersama secara harmonis.
Demikianlah,
pembentukan kerja sama di antara beberapa ratus manusia cerdas dengan
gagasan mereka masing-masing memerlukan perencanaan yang rumit dan biaya
mahal. Namun, puluhan ribu lebah mampu membangun sistem organisasi
sempurna yang tak tertandingi oleh masyarakat manusia.
Tidak
seperti manusia, lebah tidak mendapatkan pendidikan atau pelatihan
apapun. Begitu lebah lahir, ia dengan segera melaksanakan tugas yang
dibebankan padanya.
Karyawan pabrik bekerja untuk mendapatkan gaji
pada akhir bulan. Sementara itu, seekor lebah tidak memperoleh
keuntungan pribadi dari pekerjaan yang ia lakukan. Pekerjaan yang
dilakukan karyawan pabrik, baik sebagai pekerja biasa ataupun manajer
pelaksana, terbatas hanya pada jam kerja tertentu dan mereka berhak
mendapatkan masa liburan. Sebaliknya, lebah bekerja sepanjang hidup,
tanpa istirahat, demi kepentingan dan kebaikan sesamanya.
Tidak
diragukan lagi, Allah, Dia-lah yang menjadikan masing-masing dari
puluhan ribu lebah tersebut bekerja harmonis tanpa henti, layaknya
roda-roda gigi dalam sebuah mesin. Dalam sebuah ayat, Allah mengingatkan
manusia tentang segala nikmat yang Allah berikan kepada manusia melalui
hewan ciptaan-Nya: “Dan
Kami tundukkan binatang–binatang itu untuk mereka; maka sebahagiannya
menjadi tunggangan mereka dan sebahagiannya mereka makan. Dan mereka
memperoleh padanya manfaat–manfaat dan minuman. Maka mengapakah mereka
tidak bersyukur?” (QS. Yaasiin, 36:72-73)
Rata-rata,
sekitar 60-70 ribu lebah hidup dalam sebuah sarang. Walaupun populasi
yang demikian padat, lebah mampu melakukan pekerjaannya secara terencana
dan teratur rapi.
Suatu
koloni lebah umumnya terdiri dari lebah pekerja, pejantan dan ratu.
Lebah pekerja boleh dikata mengerjakan seluruh tugas dalam sarang. Sejak
saat dilahirkan, para lebah pekerja langsung mulai bekerja, dan selama
hidup, mereka melakukan berbagai tugas yang berganti-ganti sesuai dengan
proses perkembangan yang terjadi dalam tubuh mereka. Mereka
menghabiskan tiga hari pertama dalam hidup mereka dengan membersihkan
sarang.
Kebersihan sarang sangatlah penting bagi kesehatan lebah
dan larva dalam koloni. Lebah pekerja membuang seluruh bahan berlebih
yang ada dalam sarang. Saat bertemu serangga penyusup yang tak mampu
mereka keluarkan dari sarang, mereka pertama-tama membunuhnya. Kemudian
mereka membungkusnya dengan cara menyerupai pembalseman mayat. Yang
menarik di sini adalah dalam pengawetan ini lebah menggunakan bahan
khusus yang disebut “propolis”. Propolis adalah suatu bahan istimewa
karena sifatnya yang anti bakteri sehingga sangat baik digunakan sebagai
pengawet.
Bagaimana lebah tahu bahan ini adalah yang terbaik
sebagai pengawet, dan bagaimana mereka mampu menghasilkannya dalam tubuh
mereka ?
Propolis adalah bahan yang hanya dapat dihasilkan dalam
kondisi laboratorium dengan teknologi dan tingkat pengetahuan ilmu kimia
yang cukup tinggi. Nyata bahwa lebah sama sekali tidak mempunyai
pengetahuan tentang ini, apalagi laboratorium dalam tubuhnya.
Lebih
jauh lagi, lebah pekerja bertanggung jawab memeriksa sel–sel yang akan
digunakan sang ratu untuk meletakkan telurnya. Selain itu, lebah pekerja
juga bertugas mengumpulkan kotoran yang ada dalam sel-sel yang telah
ditinggalkan oleh para larva yang telah lahir, serta membersihkan sel
penyimpan makanan. Lebah–lebah tersebut juga mengatur kelembaban dan
temperatur di dalam sarang, jika dibutuhkan, dengan kipasan angin
melalui kepakan sayap mereka pada pintu masuk sarang.
Penting
untuk diketahui bahwa seluruh tugas yang membutuhkan spesialisasi ini
dilakukan oleh lebah pekerja berumur 3 hari yang bertanggung jawab dalam
kebersihan.
Lebah pekerja menghabiskan waktunya setelah 3 hari
pertama tersebut dengan merawat para larva. Saat mereka menjadi lebih
dewasa, beberapa kelenjar sekresi dalam tubuh mereka mulai berfungsi;
ini memungkinkan mereka untuk merawat larva. Seluruh tugas yang
berhubungan dengan perawatan larva ini dikerjakan oleh lebah pekerja
yamg berumur 3 sampai 10 hari. Mereka memberi makan sebagian larva
dengan royal jelly, dan sebagian lagi dengan campuran madu-serbuk sari.
Mahluk hidup yang baru lahir ini telah mengetahui tugas yang menjadi
tanggung jawabnya dan memiliki pengetahuan untuk mengerjakannya dengan
cara yang sangat profesional.
Sang lebah berganti tugas saat ia
tumbuh lebih dewasa. Ketika mencapai hari ke 10 dari masa hidupnya,
kelenjar penghasil lilin dalam perut lebah pekerja mendadak telah matang
sehingga ia mampu menghasilkan lilin. Pada saat itulah seekor lebah
menjadi pekerja pembangun sel-sel penyimpan madu dengan menggunakan
lilin.
Fenomena ini memunculkan banyak pertanyaan. Bagaimana
mungkin seekor makhluk hidup yang baru saja lahir, dan, lebih dari itu,
yang tidak memiliki kecerdasan dan pengetahuan ini benar-benar memahami
seluruh tugas yang menjadi tanggung jawabnya? Bagaimana tubuh seekor
hewan tiba–tiba dapat teradaptasikan untuk merawat dan memberi makan
larva dengan berfungsinya beberapa kelenjar sekresi, padahal sesaat
sebelumnya ia terprogram untuk melakukan tugas kebersihan? Bagaimana
seekor lebah, yang 4 atau 5 hari sebelumnya adalah larva, dapat berpikir
dan merencanakan segala tugasnya tersebut? Bagaimana tubuhnya dapat
dengan tiba–tiba menghasilkan lilin dan berubah menjadi pekerja
konstruksi? Padahal konstruksi bangunan ini didasarkan pada penghitungan
rumit dan sangat tepat, yang tak akan mampu dilakukan oleh manusia
sekalipun.
Tidak ada keraguan, tidaklah mungkin lebah itu sendiri
yang melakukan perhitungan berdasarkan kecerdasannya sendiri. Begitulah,
ini adalah bukti nyata bahwa setiap fase dalam hidupnya, lebah tunduk
pada hikmah dan kekuasaan Penciptanya. Lebah menjalani setiap saat dalam
hidupnya dengan ilham yang diberikan oleh Allah, Pencipta Yang
Mahaperkasa.
Sumber: harunyahya.com