Ajengan Rijaluddin, atau biasa disapa Ajengan Jalu, ketemu tetangganya di kota kabupaten. Tetangganya itu bernama Fulanah.
Dulu, Fulanah sering turut mengaji bersama teman-temannya di majelis ta’lim ajengan Jalu, di kampung Hanjuang.
Sekarang, setelah pindah di kota kabupaten, Fulanah lepas kerudung. Meski rada malu-malu, ia mencium tangan ajengan Jalu, seraya bertanya kabar.
“Dari mana atau mau kemana, Fulanah?” tanya Ajengan Jalu.
“Dari salon, habis di-rebonding, Pak Ajengan,” jawabnya sambil menunduk. Sementara jarinya mengelus-elus rambut lurusnya yang terurai.
“Rebonding itu bagaimana?” tanya ajengan saraya kulit dahinya hampir saja melipat.
“Rambutnya dilurusin, Pak Ajengan, seperti ini,” jawabnya sambil menggerakkan kepalanya, sehingga rambutnya terlempar, seperti di iklan sampo.
“Oooh,” ajengan manggut-manggut.
Suatu hari, Ajengan Rijaludin memimpin sembahyang Magrib. Sebelum takbiratil ihram, ia menghadap makmun. “Tolong, shafnya di-rebonding!” sambil membenarkan pecinya. (Abdullah Alawi/nu.co.id)